Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Hidup Sesudah "Mati Suri" (Kisah Gadis Lumpuh dengan Impiannya)

Namanya Inti Sari. Biasa dipanggil Sari. Lahir di Banyuwangi, Jawa Timur 39 tahun silam. Ia merupakan anak kedelapan dari sepuluh bersaudara. Ia terlahir dari keluarga petani yang sederhana. Kedua orang tuanya pun sederhana sekali menilai pendidikan. Dokumen pribadi "Anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Sebab akan mengurus dapur nantinya," tutur Sari menirukan ucapan Bapaknya. Maka begitulah. Sari akan dinikahkan selepas tamat Sekolah Dasar. Berhubung masih  ingin sekolah dan bercita-cita memiliki usaha konveksi, Sari tentu saja menolak keras keinginan Bapak. Pergilah ia ke rumah pamannya di Denpasar, Bali. Kepada Pamannya ia utarakan keinginan untuk kembali bersekolah. Ia belum ingin menikah. Pamannya memahami hal itu. Jadilah ia sebagai seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bali. Masa-masa yang paling indah baginya. Sejak saat itu, cita-cita dan mimpi-mimpi mulai ia rintis. Namun, untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak. Memasuki

Antara Aku, Gramedia dan Oasis

Bagi pencinta buku, nama Gramedia tentu sudah tidak asing terdengar. Puluhan tahun sudah toko buku Gramedia menjadi tujuan utama pencarian buku. Kelengkapan bukunya sudah tidak diragukan lagi. Di toko buku Gramedia, pelajar dan mahasiswa tak cuma memperoleh buku pelajaran. Picture by Kompas.com Perlengkapan sekolah, alat musik dan olahraga juga tersedia di sana. Di toko buku Gramedia para pekerja bisa mendapatkan perlengkapan kantor. Sederhananya toko buku Gramedia merupakan tujuan favorit keluarga. Terlebih pada akhir pekan.  Bagi saya, toko buku Gramedia layaknya keragaman kosa kata.  Saat seorang kawan bertanya tentang buku terbaru dari penulis yang diinginkan, saya katakan, "Lihat saja di Gramedia!"   Begitu pula saat ada kawan yang kebingungan mencari peralatan sekolah untuk tugas anaknya. Dalam cepat saya katakan, "Cari saja di Gramedia!"   Apa pun keperluannya cari saja di toko buku Gramedia. Asal jangan mencari bahan kue dan bahan bangunan...hehehe. Kala

Maria A.Sardjono "Mimpi Saya 30 Tahun Silam"

Bermimpilah setinggi langit mumpung mimpi itu gratis. Mimpikanlah apa pun yang menjadi keinginanmu meski menurut orang lain hal itu tidak mungkin. Selama masih di dunia everything is possible . Apapun bisa menjadi mungkin.  Hanya saja kapan waktunya dan akan seperti apa wujud mimpi itu, biarkan menjadi urusan Tuhan. Sebagian novel Maria A. Sardjono (koleksi pribadi) Hal itulah yang saya alami di Sabtu pagi yang cerah pada 3 Oktober 2015. Saya yang menyukai buku dan mengoleksi beberapa buku kerap kali berkhayal. "Kapan ya bisa bertemu dengan penulisnya? Kok bisa sih menulis sebagus ini? Seperti apa sih orangnya?" Dan salah satu mimpi itu adalah ingin bertemu dengan Maria A.Sardjono. Penulis novel Sekar , Dua Perempuan Tiga Lelaki dan yang terbaru Cinta yang Tak Pernah Pupus.   Tokoh perempuan dalam novel yang ditulisnya membuat saya tertarik. Sosok perempuan yang tegas, cerdas dan tegar serta kuat pendirian. Juga kuat menjaga adat dan tradisi. Tanpa meninggalkan kelembutan

Masa Depan Bahasa Daerah Kita

                       Dokumen pribadi Suatu pagi saat saya berbelanja di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Kala  liburan akhir tahun empat tahun silam. Ada satu hal yang menyentuh perasaan ini.   Tapi  Bukan tentang bakul-bakul penjual dagangan di sana yang sebagian besar embah-embah (perempuan tua) yang seharusnya tinggal  manis di rumah bermain bersama cucu. Melainkan tentang percakapan antara penjual dan pembelinya.(termasuk saya). Mereka  bakul-bakul itu menawarkan dagangannya dengan logat Jawa yang sangat kental dan khas. Sesekali terselip bahasa Indonesia yang medok (tetap nadanya Jawa). Sementara pembelinya yang merupakan  turis domestik berusaha menanggapi dengan logat Jawa juga.  Namun blepotan. Bukan orang Jawa asli biasanya (termasuk saya). Berharapnya akan diberi harga murah ne podo-podo Jowone.. .hehehe....Namanya juga usaha. Sah-sah saja toh. Nah, ada seorang turis asing yang tiba-tiba menawar barang dengan bahasa Jawa yang fasih dan lancar. Perasaan saya langsung mak nyes