Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Peraturan yang Salah Kaprah

Jalanan itu ibarat tempat uji kesabaran. Berbagai tingkah polah orang bisa kita jumpai di jalan. Yang jika tidak kuat-kuat iman bisa membuat emosi jiwa dan tanpa sadar bisa mengumpat orang dengan kata-kata kotor. Hal ini yang saya alami saat berangkat beraktifitas. Seperti biasa saya berangkat pagi-pagi sekali untuk menghindari macet. Dengan mengendarai sepeda motor saya melaju di jalan-jalan tikus (gang). Sampai di salah satu ruas jalan menuju Bintaro, terjadi kemacetan panjang di dalam gang. Ini sesuatu yang mustahil sebenarnya. Mengingat jalan yang saya lalui satu arah. Saya pun penasaran ingin tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Dan benar, rupanya di depan motor dan motor berhadapan tanpa bisa bergerak satu sama lain. Seorang bapak setengah baya dari posisi sebelah dalam menegur pengendara motor yang datang dari arah depan. "Mas! Ini tuh satu arah. Kenapa Masnya masuk dari sini. Jadinya kan bikin macet. Gak bisa maju yang dari dalam." Bukannya meminta maaf eh

Roti Bakar in Memory

Adzan subuh baru saja berkumandang ketika hujan turun dengan tiba-tiba. Tanpa sadar dari bibir ini terlontar sebuah keluhan.  "Yah, pagi-pagi hujan."  Sebuah ucapan yang begitu saja meluncur tanpa maksud mengeluh pada Si Pemberi hidup. Naluri saja. Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa hujan pagi-pagi itu cukup merepotkan. Apalagi harus berangkat beraktifitas seperti biasa. Saya pun segera menyiapkan jas hujan, plastik kresek untuk menyimpan tas beberapa perlengkapan lain agar tidak kebasahan. Mengendarai motor dalam kondisi hujan butuh persiapan extra . Setelah menyiapkan segala keperluan tinggal memikirkan sarapan. Jika tidak dalam kondisi hujan seperti ini, biasanya sepiring nasi uduk atau semangkuk bubur sudah siap di meja. Atau jika sedang malas keluar membeli sarapan, biasanya telur mata sapi atau telur dadar cukup sebagai menu sarapan. Tapi pagi ini kebetulan telur di rumah habis. Rupanya adik saya lupa memberi tahu, sehingga tadi malam saya tak membelinya d

Kupu-Kupu Malam

Hujan masih tampak deras mengguyur bumi. Memandang pekatnya malam dalam guyuran hujan menghadirkan perasaan tak tenang. Sebab perjalanan yang ditempuh masih cukup jauh. Menunggu hujan reda di emperan sebuah toko yang sudah tutup sendirian. Rasanya seperti ada yang menyentak-nyentak dada. Takut. Picture by pixabay Dua orang yang tadi sama-sama berteduh baru saja nekad melanjutkan perjalanan. Sedangkan saya masih bertahan, menunggu hujan agak reda.    "Ini akibat malas membawa jas hujan," rutuk hati saya. Dan saya harus sabar menunggu sambil berharap agar hujan mau sedikit saja meredakan curahnya. Rupanya harapan saya didengar sang hujan. Tak lama curah air hujannya tak sebanyak (deras) tadi. Hanya sedikit saja (gerimis) yang turun. Dengan gerakan reflek saya melihat jam dipergelangan tangan. Pukul 23.00 WIB!  " My God ! Harus nekad! Kalau tetap menunggu sampai hujan benar-benar reda, sampai jam berapa berdiri di sini sendirian? Iiih...!"  Tanpa sadar bulu

Hal Paling Mengesankan Bagi Si Pencinta Buku

Setiap orang tentu memiliki impian. Dan berharap mimpi itu suatu saat akan menjadi kenyataan. Tetapi bagaimana rasanya jika situasi dan kondisi membuat mimpi itu sepertinya hanya mimpi semata? Apakah mimpi itu akan tetap menyala-nyala?  Ketika beberapa tahun kemudian mimpi itu akhirnya menjadi nyata, apa yang terasakan?  Tidak mudah memang meraih mimpi itu. Tetapi tetap ada harapan untuk meraihnya. Sebab kita telah berani bermimpi. Meski pun entah kapan mimpi itu bisa diraih. Bagi seorang pemusik, bisa menggelar konser tunggal dengan iringan pemusik hebat yang ia inginkan, tentu menjadi suatu mimpi dan kebanggan tersendiri baginya. Begitu pun bagi si penikmat musik, suatu hal yang diimpikannya tentu bisa melihat dan menonton konser musik kesayangannya secara langsung. Sementara bagi seorang pelukis, bisa menggelar pameran guna mengenalkan hasil karyanya kepada masyarakat, tentu merupakan salah satu mimpi besarnya. Dan itu sah-sah saja sebagai wujud nyata pencapaiannya dalam berk

Kala Cinta Menggoda

Cinta! Cinta! Dan cinta? Satu kata berjuta makna. Juga berjuta cerita. Picture by pixabay Suatu hari kawan saya datang dengan sorot mata berbinar-binar. Pasti membawa cerita bahagia terka saya. Terlihat dari raut wajahnya. Dan benar saja.   "Nay!" teriak kawan saya itu.  " Gue udah gak jomblo lagi nih. Kemarin gue jadian sama dia," cerita kawan saya penuh semangat. "Wah, pantas dimatamu ada bintang-bintangnya," goda saya. "Ah, lo tu ye !" sahut kawan saya tersipu. "Semoga lancar barokah ya," kata saya lagi. "Aamiiin. Semoga ini jadi pelabuhan terakhir gue ya,Nay!" kata kawan saya penuh pengharapan. "Ya! Aku doakan. Ditunggu undangannya!" sahut saya. Itu percakapan satu bulan yang lalu. Saat kawan saya datang lagi, bukan undangan yang saya terima. Tapi sebuah cerita sedih. Dan itu tampak jelas terlihat dari raut wajahnya yang kusut. "Hey! Ada apa? Kok kelihatannya kusut bener tuh muka," k

Menjaga Cinta dan Pertemanan lewat Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Buku adalah jendela dunia. Melalui buku banyak hal yang bisa kita lihat dan pelajari. Tentang kehidupan, keluarga dan juga cinta. Saya suka membaca. Dan tidak terpaku pada satu jenis buku. Semua jenis buku saya suka. Sastra, novel, komik, psikologi, sejarah, dan lain sebagainya. Tetapi hanya beberapa jenis buku yang saya koleksi secara khusus. Dan ada satu buku yang memberi kesan mendalam dalam hati saya. Yaitu buku karya Hamka. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dengan latar keindahan alam dan budaya Minangkabau, tenggelamnya kapal van der wijck berkisah tentang kisah cinta antara seorang pemuda berdarah Minang bernama Zainuddin dan seorang gadis asli Minang bernama Hayati. Kisah cinta mereka yang tulus dari hati terbentur adat yang kuat. Ditambah ego pribadi yang mampu menekan kata hati. Sehingga cinta yang seharusnya bisa bersatu itu, berakhir dengan tragis. Maut adalah bagian dari takdir, yang tak bisa disesali lewat tangisan. Di sinilah cerita cinta mereka mampu mengaduk-aduk pera

Seputar Sumpit

Sumpit. Siapa yang tak mengenal peranti satu ini? Hampir semua orang mengenalnya. Baik yang lihai menggunakan peranti ini atau pun yang sama sekali tak bisa menggunakannya.  Dokumen pribadi Saat membeli mie ayam atau dim sum, sudah hampir dipastikan si penjual tak lupa menyiapkan peranti satu ini. Dan saya termasuk salah satu orang yang senang menggunakan sumpit saat bersantap. Beruntungnya, saya memiliki kawan yang baik hati. Saat ia berkesempatan jalan-jalan ke Korea dan Jepang, salah satu oleh-oleh yang ia bawakan untuk saya adalah sumpit.  "Nih, buat Loe ! Di sana setiap lihat sumpit gue jadi inget Loe. Makanya gue khusus beli ini buat Loe seorang,"  ujar kawan saya itu.  Aih, senangnya perasaan saya. Bukan semata-mata senang dengan oleh-oleh yang kawan saya berikan, tapi lebih kepada perhatiannya kepada saya. Jauh-jauh ke luar negeri sempet-sempetnya beli sumpit buat saya. Karena senangnya terhadap peranti satu ini, maka saya pun mencari tahu tentang "

From Erni to Denik

Apalah arti sebuah nama. Begitu ungkapan yang sering kita dengar. Bagi saya, nama itu apalah...apalah. Orang tua, saat memberikan nama untuk buah hatinya, diiringi doa dan harapan indah dibalik nama tersebut. Maka berterima kasihlah atas nama yang telah kita sandang tersebut. Dokumen pribadi Namun ada hal-hal yang akhirnya mengubah nama pemberian orang tua dalam hal pemanggilan. Entah karena faktor lingkungan, suku, atau perubahan fisik. Contohnya yang terjadi pada kawan saya. Nama aslinya Ampuh Sihombing. Tapi kawan-kawan lebih senang memanggil dia  Ucok.  Panggilan anak laki-laki dalam suku Batak. Karena kawan saya memang keturunan Batak. Ada lagi salah satu kawan yang berasal dari Jawa Tengah. Tepatnya dari daerah Tegal. Jono namanya. Tetapi kawan-kawan lebih senang memanggil dia Jawir. Sah-sah saja sih selama si pemilik nama tidak keberatan dengan panggilan tersebut. Begitu pula yang terjadi pada diri saya. Nama pemberian orang tua adalah Erni Purwitosari. Jika dijabarkan satu

Belajar Disiplin Melalui ODOP

ODOP! Apa itu ODOP? Dan apa hubungannya dengan disiplin? ODOP merupakan kepanjangan dari OneDayOnePost. Sebuah gerakkan menulis dalam bentuk grup whatsapp yang digagas oleh Syaiful Hadi. Atau biasa disapa Bang Syaiha. Lalu siapa pula Bang Syaiha itu, bisa dilihat di google untuk mengetahui lebih lanjut mengenai dirinya. Kembali kepada pembahasan mengenai ODOP. Dari nama ODOP sudah jelas kalau gerakkan ini berhubungan dengan tulis menulis. Ya, dalam grup ODOP ini kami memang diharuskan membuat sebuah tulisan setiap hari. Diperjelas lagi, setiap hari! Tulisan dalam bentuk apa saja. Bebas! Bisa berupa puisi, opini, cerpen, cerbung dan juga curahan hati. Yang penting tidak mengandung SARA. Atau menjelek-jelekkan seseorang. Organisasi dan lembaga tertentu. Selain bentuk tulisan yang disebutkan di atas, kami anggota ODOP mendapat tatangan khusus dalam menulis di grup ini. Yaitu menulis sesuai tema yang sudah ditentukan setiap Minggunya. Seru bukan? Ini benar-benar menjadi tantangan bagi