Generasi muda atau golongan muda dikenal dengan jiwa panasan alias mudah terpancing emosinya. Serba tak sabaran orang bilang. Tapi faktanya, sejarah mencatat bahwa justru sifat tak sabarannya itu yang mempercepat tercetusnya kemerdekaan Indonesia.
Bagaimana bisa? Bukankah Soekarno-Hatta yang memproklamirkan kemerdekaan? Benar. Tapi tanpa desakan pemuda atau golongan muda saat itu, tentu lain cerita yang akan menjadi catatan sejarah. Untuk mengetahui kejelasan tentang bagaimana peranan pemuda dalam kemerdekaan Indonesia, maka saya mengikuti Napak Tilas Rengasdengklok. Sebuah perjalanan sejarah yang diselenggarakan oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi bekerjasama dengan Komunitas Jelajah Budaya.
Bagaimana bisa? Bukankah Soekarno-Hatta yang memproklamirkan kemerdekaan? Benar. Tapi tanpa desakan pemuda atau golongan muda saat itu, tentu lain cerita yang akan menjadi catatan sejarah. Untuk mengetahui kejelasan tentang bagaimana peranan pemuda dalam kemerdekaan Indonesia, maka saya mengikuti Napak Tilas Rengasdengklok. Sebuah perjalanan sejarah yang diselenggarakan oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi bekerjasama dengan Komunitas Jelajah Budaya.
Dengan mengambil titik kumpul di Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok), kami para peserta dari Jabodetabek sudah berkumpul sejak pukul 06.30 WIB. Dari sini dengan mengendarai bus rombongan kami akan diajak menuju Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Sebelum berangkat ada beberapa ceremony yang kami lakukan. Sambutan dari Pak Ramlih dari Munasprok, penjelasan dari Pak Rusdi tokoh sejarawan dan juga suprise ceremony untuk Pak Kartum dari KJB yang merayakan hari jadinya.
Usai ceremony singkat rombongan segera berangkat menuju Rengasdengklok. Kurang lebih dua jam perjalanan, rombongan tiba ditujuan. Kami disambut dengan cuaca panas yang menyengat. Tapi dibandingkan perjuangan para pejuang kemerdekaan, apa yang kita rasakan ini tak ada apa-apanya. Hal tersebut yang membuat semangat dalam jiwa ini membara.
Lalu apa kaitannya Rengasdengklok dengan kemerdekaan Indonesia? Wah, sangat erat. Karena dari sini cikal bakal tercetusnya kemerdekaan RI. Tercatat dalam sejarah bahwa golongan muda dianggap menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok sebelum kemerdekaan. Padahal faktanya, golongan muda membawa keduanya agar mereka tidak terpengaruh oleh janji-janji Jepang, yang pada saat itu sedang menjajah negara Indonesia.
Pada saat menduduki Indonesia, Jepang datang dengan janji-janjinya. Salah satunya janji akan kemerdekaan Indonesia. Nah, golongan tua sangat memegang janji itu. Apalagi dengan terbentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Mereka senantiasa menunggu kapan Jepang akan menyiapkan Kemerdekaan kita.
Tapi golongan muda yang mendengarkan berita di radio mengenai kondisi Jepang yang akhirnya menyerah pada sekutu, merasa janji Jepang itu palsu. Hanya untuk menyenangkan hati bangsa Indonesia. Oleh karena itu golongan muda mengharapkan golongan tua segera memproklamasikan kemerdekaan RI.
Tapi golongan muda yang mendengarkan berita di radio mengenai kondisi Jepang yang akhirnya menyerah pada sekutu, merasa janji Jepang itu palsu. Hanya untuk menyenangkan hati bangsa Indonesia. Oleh karena itu golongan muda mengharapkan golongan tua segera memproklamasikan kemerdekaan RI.
Peristiwa Menjelang Kemerdekaan Indonesia
Tahun 1942 ketika Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, Indonesia secara otomatis dibawah kekuasaan Jepang. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang membebaskan Ir.Soekarno yang ditawan di Bengkulu. Lalu Moh. Hatta yang ditawan di Sukabumi. Kedua tokoh bangsa ini pada saat bertemu lagi membulatkan tekad akan memimpin rakyat dan mengupayakan kemerdekaan Indonesia yang telah dijanjikan oleh Jepang.
Tahun 1943 ketika kekuasaan Jepang di Pasifik mulai terancam. Jepang mulai merencanakan kemerdekaan bagi Burma (Myanmar) dan Philipina. Tapi tidak untuk Indonesia. Tentu saja hal ini menimbulkan reaksi keras rakyat Indonesia yang merasa tidak terima. Pergolakan pun terjadi dimana-mana sebagai bentuk penolakan atas kedudukan Jepang di Indonesia. Rakyat Indonesia yang awalnya menyambut baik kedatangan tentara Jepang, berbalik tak simpati lagi.
Berbagai cara dilakukan untuk kembali meraih simpati rakyat Indonesia. Tapi tak membuahkan hasil. Akhirnya pada tanggal 16 Juli 1945 Jepang menginstruksikan agar mempersiapkan kemerdekaannya.
Pad tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia. Lalu Soekarno - Hatta diundang ke Dalat (Vietnam) berjumpa dengan Terauchi untuk membahas masalah kemerdekaan Indonesia. Dan menyerahkan pelaksanaan pada Soekarno-Hatta.
Namun Sutan Sjahrir yang mendengar berita melalui radio tentang kondisi Jepang meminta Soekarno untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia tanpa perlu menunggu keputusan Jepang. Tetapi Soekarno menolak dengan alasan ini tugas dan hak panitia.
Untuk memastikan berita yang didengar mengenai kekalahan Jepang, Soekarno-Hatta ke rumah Laksamana Maeda. Maeda membenarkan berita kekalahan Jepang tersebut, tapi baru dari pihak Pasifik. Dari Tokyo sendiri belum ada pemberitahuan.
Golongan muda sudah tidak sabar mendengar keputusan Soekarno agar segera mengambil sikap. Perselisihan pun tak bisa dihindarkan lagi antara golongan muda dan golongan tua. Akhirnya pada tgl 16 Agustus 1945 pukul 04.39 pagi golongan muda membawa Soekarno-Hatta beserta keluarganya ke Rengasdengklok. Kenapa ke sana? Karena di sanalah markas tentara PETA.
Tetapi kondisi markas PETA yang kurang layak bagi Soekarno-Hatta dan keluarga. Akhirnya mereka dipindahkan ke rumah yang lebih layak milik orang Tionghoa yang pekerjaannya membuat peti mati, yaitu Djiaw Kie Siang. Disini mereka menunggu kabar dari Jakarta tentang kondisi yang sebenarnya.
Di Jakarta para tokoh lainnya kaget mendengar berita hilangnya Soekarno-Hatta. Sore harinya Soebardjo, Soediro dan Yusuf Kunto berangkat menuju Rengasdengklok. Mereka memberitahu berita kekalahan Jepang. Malam itu Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Setelah beristirahat sejenak di rumah masing-masing. Selanjutnya akan berkumpul di hotel Des Indes untuk rapat persiapan proklamasi. Tapi karena sudah larut malam dan ada pemberlakuan jam malam, pihak hotel tidak bisa menerima kedatangan mereka.
Akhirnya Soekarno-Hatta dan tokoh lainnya menuju rumah Laksamana Maeda. Setelah mengutarakan maksud kedatangan mereka, Maeda mempersilahkan rumahnya digunakan sebagai tempat rapat. Seluruh tokoh nasional dan para pemuda telah berkumpul di rumah Maeda. Soekarno-Hatta dan tokoh lain masih berusaha menemui pihak Jepang, untuk memastikan janji mereka akan kemerdekaan Indonesia. Tapi jawaban yang diterima justru membuat Hatta murka. Jepang sudah tidak bisa berbuat apa-apa karena sudah kalah dari sekutu. Mereka kini harus menuruti apa kata sekutu. "Inikah janji samurai! Menjilat ludah sendiri," hardik Hatta.
Soekarno-Hatta kembali ke rumah Maeda. Mereka tidak ingin Indonesia dijadikan barang investasi. Tapi Soekarno-Hatta terlihat gelisah sehingga hanya mondar-mandir dengan raut wajah keruh. Golongan pemuda mendesak Soekarno untuk segera bertindak. Akhirnya malam itu Soekarno menulis naskah teks proklamasi. Setelah ditunjukkan kepada para tokoh yang hadir malam itu dan disetujui melalui beberapa perubahan. Sayuti Melik diminta mengetik naskah tersebut. Setelah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Diputuskan esok hari tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB pembacaan proklamasi akan dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Sakti Alamsyah esok harinya sudah bersiap-siap untuk menyebarkan berita kemerdekaan Indonesia melalui radio. Dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Setelah pembacaan teks proklamasi, terbebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Lahirlah bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Kemerdekaan ini harus dijaga serta dipertahankan dengan segenap jiwa dan raga. (Denik)
Sumber berita : Munasprok dan sejarahwan Rusdi Husein
#munasprok
#napaktilas
#rengasdengklok
#budayasaya
#napaktilasrengasdengklok2018
#komunitasjelajahbudaya
Sumber berita : Munasprok dan sejarahwan Rusdi Husein
#munasprok
#napaktilas
#rengasdengklok
#budayasaya
#napaktilasrengasdengklok2018
#komunitasjelajahbudaya
Tulisan ini diikutsertakan dalam On The Spot Blog Competition Munasprok. Napak Tilas Rengasdengklok 2018
Baca judulnya jadi ingat aku pernah ikut kajian atau seminar ya, lupa... Intinya ya sama, kalau sekiranya para pemuda saat itu masih ragu, serba-menunggu, maunya 'sopan-sopan', wah, apa jadinya?
BalasHapusOh, ada kegiatan kunjungan Munasprok ya, Mba? Hiks, ketinggalaan... Sudah lama nggak ke sana, terakhir menjelang Agustusan 2017.
Ayuk Mba ikutan kalo ada kegiatan ini lagi
HapusSemoga generasi sekarang juga punys semangat juang yg sama untuk membuat negara lebih baik lagi.
BalasHapusIya Mba. Dan itu harus dipupuk sejak dini.
HapusAsyik koyok e yo mbak, napak tilas ke sana. Seperti mengulang perjalanan sejarah dan seolah ikut merumuskan kemerdekaan. Andai saat itu gol tua masih berpikir nanti nanti saja, mungkin kita belum merdeka ya. Hehe
BalasHapusBisa jadi Mba... hehehehe
Hapusterharu aku tu kalo abis baca ulang sejarah kemerdekaan Indonesiaaa huhu... semangat harga mati!
BalasHapusSama Mba. Betapa kemerdekaan itu sangat mahal dan berarti sekali.
HapusKemerdekaan ini harus dijaga serta dipertahankan dengan segenap jiwa dan raga.
BalasHapusSetujuuuu...
Senengnya bisa ikut kegiatan ini mbak Denik.
Pengin ajakin anak napak tilas juga ke Rengasdengklok biar ga belajar teorinya saja tapi juga tahu lokasi sejarahnya.
Terima kasih sudah membagikan info kegiatan ini mbak
Iya, Mba kpn2 harus ajak anak berkegiatan seperti ini.
HapusMakanya jiwa muda tetap perlu ya utk menyeimbangkan yg sepuh2
BalasHapusBetul Mba. Perlu itu.
HapusSejarah yg panjang ya ...itulah yg d namakan pemuda adalah tonggak bangsa , yg membuat suatu bangsa maju dan makin kokoh adalah jiwa dan semangat para pemuda nya kan...setuju lah
BalasHapusBetul Mba. Semangatnya itu yang perlu diacungi jempol
HapusAih keren. Alhamdulillah generasi muda jaman dulu kaga sabaran. Kalo ikutin yg tua2 n terus bersabar, bisa2 kena PHP selamanya. Btw kalo mo ikutan komunitas jelajah budaya pegimana caranya?
BalasHapusIya, Mba. Ada bagusnya ya anak muda tuh maunye buru-buru. Jadi cepet merdeka deh kita. Oiya, untuk ikut kegiatan KJB paling ya daftar aja pas mereka bikin eventnya.
Hapus