Langsung ke konten utama

Hidup Sesudah "Mati Suri" (Kisah Gadis Lumpuh dengan Impiannya)

Namanya Inti Sari. Biasa dipanggil Sari. Lahir di Banyuwangi, Jawa Timur 39 tahun silam. Ia merupakan anak kedelapan dari sepuluh bersaudara. Ia terlahir dari keluarga petani yang sederhana. Kedua orang tuanya pun sederhana sekali menilai pendidikan.

Dokumen pribadi

"Anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Sebab akan mengurus dapur nantinya," tutur Sari menirukan ucapan Bapaknya.

Maka begitulah. Sari akan dinikahkan selepas tamat Sekolah Dasar. Berhubung masih  ingin sekolah dan bercita-cita memiliki usaha konveksi, Sari tentu saja menolak keras keinginan Bapak. Pergilah ia ke rumah pamannya di Denpasar, Bali.

Kepada Pamannya ia utarakan keinginan untuk kembali bersekolah. Ia belum ingin menikah. Pamannya memahami hal itu. Jadilah ia sebagai seorang siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bali. Masa-masa yang paling indah baginya. Sejak saat itu, cita-cita dan mimpi-mimpi mulai ia rintis.

Namun, untung tak dapat di raih, malang tak dapat di tolak. Memasuki kelas dua SMP sekitar tahun 1985, ia kembali dipinang. Tentu dengan tegas, ia tolak pinangan itu. Namun penolakan itu rupanya mengubah takdir dan jalan hidupnya dikemudian hari. Ia mengalami kelumpuhan total secara tiba-tiba.

Tanpa sakit dan tanpa sebab apa-apa. Hanya berawal dari mimpi yang merupakan bunga tidur. Tapi rupanya itu bukanlah sekedar mimpi biasa. Melainkan mimpi buruk yang mengubah jalan hidupnya.

Diceritakan, dalam mimpinya ia sedang menuju Banyuwangi. Diperjalanan tiba-tiba ia dikepung oleh beberapa lelaki tua. Sari dengan segala daya upaya berusaha melarikan diri. Maka terjadilah pergulatan di antara mereka. Tapi apalah dayanya, ia hanya seorang gadis kecil yang tak berdaya. Dan tertangkaplah ia oleh salah satu dari mereka.

Lelaki itu setelah berhasil menangkap lalu membantingnya dengan sekuat tenaga. Seketika ia terbangun dari mimpi yang menyeramkan.

Karena hari itu bukan hari libur, maka ia pun segera bebenah diri mempersiapkan keperluan sekolahnya. Namun beberapa saat sebelum berangkat, tiba-tiba terasa ada yang menghantam dadanya. 

"Sakit sekali," ujarnya. 

Rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuh. Terutama tubuh bagian bawah. Lalu ia jatuh terkulai. Tubuhnya terasa mati rasa. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. 

"Ya Tuhan! Lumpuhkah aku?" gumamnya dalam hati. Diantara kerumunan orang yang menolong memapah dirinya.

Kedua orang tuanya segera dikabari. Secepatnya diminta datang ke Bali. Sedangkan ia segera dibawa ke rumah sakit. Tapi hasilnya nihil. Ia tidak mengalami gangguan apa pun. Aneh! Kedua orang tuanya pun bingung. Dengan segera mereka membawa Sari pulang ke Banyuwangi.

Segala pengobatan segera dilakukan. Baik medis mau pun non medis. Dan hasilnya tetap nihil. Ia dinyatakan lumpuh di usia 15 tahun. Masa mudanya terenggut dalam kungkungan kursi roda. Hidupnya bergantung pada orang lain. Ia benar-benar sedih sebab menjadi beban orang tua yang seharusnya santai di usia yang beranjak senja.

Empat tahun lamanya ia menjalani kehidupan seperti itu. Selama itu pula segala pengobatan telah dicoba. Dan tetap tak menunjukkan hasil. Ia pun pasrah.

"Mungkin ini sudah takdirku. Aku harus terima. Tapi aku tidak mau menjadi beban orang seumur hidupku. Ayo Sari! Bangkitlah! Hapus air matamu. Raih cita-citamu. Jangan jadikan kelumpuhan ini penghancur hidupmu!" lecutnya dalam hati.

Berbekal informasi dari surat kabar dan televisi, diketahuinya bahwa di Kota Solo ada yayasan yang mengurusi orang cacat. Ya, ia merasa menjadi orang cacat kini. Dan Solo merupakan kota yang tepat untuknya, pikirnya.

Maka diutarakan segala keinginan itu kepada keluarga besarnya. Yang tentu saja mendapat pertentangan keras. Bahkan ia dianggap gila atas idenya itu.

"Kamu jangan gila Sari! Kondisi seperti ini malah ingin jauh dari keluarga," kata Bapak.

Tapi dengan tegas Sari mengungkapkan segala keinginan dan alasan-alasannya itu.

Akhirnya keluarga menyerah dan merelakan apa yang menjadi keinginannya. Diantarkan oleh Paman dan tetangga yang orang asli Solo, mereka berangkat bersama-sama mengendarai mobil pribadi. Setibanya di Solo mereka langsung menuju salah satu rumah sakit besar di sana. Begitu menyelesaikan administrasi, Sari diserahkan sepenuhnya kepada tetangga Paman itu. Sedang si paman kembali pulang saat itu juga.

Tapi ternyata, itu merupakan awal petaka yang menimpanya. Tetangga yang diserahi tanggung jawab oleh Paman rupanya seorang penipu. Barang-barang berharga miliknya dibawa pergi. Ia di ancam akan disilet-silet wajahnya jika berani melapor. Ditinggalkan ia sendirian di rumah sakit dengan pakaian yang hanya melekat di tubuh. 

"Ya Tuhan! Cobaan apalagi ini," rintih batinnya.

Beruntung ia memiliki kawan sesama pasien yang baik. Juga pengunjung rumah sakit yang bersimpati padanya. Merekalah yang menemani hari-harinya sehingga tidak merasa sendiri.

Adalah Pak Gede dan Pak Cilik, dua di antara beberapa pengunjung yang datang. Kakak beradik itu yang kemudian menjadi kakak angkatnya.

Atas bantuan mereka pula ia akhirnya bisa masuk Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC). Namun rupanya YPAC tak seperti bayangannya. Ia pun mencari-cari lagi yayasan yang sesuai dengan keinginannya. Dan berkat bantuan salah satu karyawan di sana, ia mendapat informasi tentang sebuah yayasan di daerah Kaliurang, Yogyakarta. Dengan segera ia mengirimkan surat permohonan ke sana.

Ternyata permohonannya diterima. Pihak yayasan yang akan datang menjemput dirinya. Mengetahui hal ini, Pak Gede dan Pak Cilik merasa keberatan. Mereka khawatir sesuatu menimpa dirinya lagi. Namun tekad Sari sudah kuat. Ia tetap akan berangkat ke Yogya. Tanpa diduga, Pak Cilik yang saat itu masih kuliah rela menemaninya ke Yogya.

Di yayasan yang baru itu Sari benar-benar digembleng tanpa belas kasih. Tanpa boleh dibantu, ia harus mampu turun dan naik kembali ke kursi roda sesuai intruksi. Ia merasa sakit luar biasa. Lahir dan batin. Sebab jari jemarinya tidak seperti yang lain bisa digerakkan. Sehingga latihan awal ini sungguh siksaan luar biasa baginya.

Tapi ia tidak ingin menyerah. Tekadnya untuk bisa mandiri dan tidak menyusahkan orang lain begitu kuat, sehingga semua gemblengan dan pelajaran yang diberikan ia terima dengan penuh semangat. Dan semua berbuah Manis. Ia berhasil turun dan naik kembali ke kursi roda tanpa bantuan. Ia pun mampu menjahit dan membuat kristik, ketrampilan yang dipelajarinya di sana.

Tak terasa satu tahun sudah ia berada di Kaliurang, Yogyakarta. Ketika dirasa sudah mampu mandiri, pihak yayasan pun mengembalikan penghuni yayasan kepada keluarga masing-masing. Begitu pun dengan Sari. Namun karena ia tidak ingin kembali ke keluarganya, maka ia minta diantarkan ke Jakarta.

Di sebuah panti yang menampung orang- orang cacat. Tapi hal itu ditentang oleh Pak Cilik. Keduanya, Pak Gede dan Pak Cilik menginginkan Sari ikut mereka kembali ke Solo. Sebab Sari sudah dianggapnya seperti adik sendiri.

Maka berbekal modal yang diberikan pihak yayasan untuk hidup mandiri, Sari pun kembali ke Solo. Di sana ia dicarikan kontrakan yang tidak jauh dari kontrakan Pak Gede dan Pak Cilik. Mulailah ia hidup mandiri di masyarakat.

Dokumen pribadi


Kebersamaan dan keseharian yang dilakukan bersama-sama dengan Pak Cilik, menumbuhkan benih cinta diantara mereka. Genap satu tahun sekembalinya dari Yogya, Pak Cilik pun melamarnya. Kali ini Sari tidak menolak lamaran itu. Atas dukungan Pak Gede menikahlah mereka secara sederhana di saksikan kawan-kawan dekat.

Kebaikan dan perhatian Pak Cilik kepadanya selama ini,  yang kemudian dilanjutkan dengan lamaran terhadap dirinya, seperti dongeng Cinderela. Sepertinya kebahagiaan akan melengkapi hidupnya. Namun hidup bukanlah dongeng. Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah penderitaan. Dan itu yang selanjutnya dialami Sari.

Sikap Pak Cilik yang sudah menjadi suaminya sungguh berbeda dari sebelum menikah. Mungkin karena tidak bekerja sehingga perasaannya begitu sensitif. Mereka jadi sering bertengkar hanya karena hal-hal sepele. Sari dengan kondisi seperti itu ditambah lagi cepat diberi momongan oleh Tuhan, tentu merasa tertekan dan stres dirumah. Akhirnya bayi yang ia kandung lahir prematur.

Beberapa bulan ke depan ia masih sanggup merawat bayinya. Tapi memasuki usia 10 bulan, atas bujukkan Pak Gede, ibu mertuanya mau merawat bayinya. Kondisi seperti itu dimanfaatkan Sari untuk keluar dari rumah. Ya, inilah bentuk pelariannya. Tapi pelarian yang positif.

Setiap hari dengan diantar oleh tukang becak langganannya, ia berkeliling mengitari Kota Solo. Melihat-lihat sekitarnya barangkali ada lowongan pekerjaan untuknya. Sebab Pak Cilik tak bekerja. Usaha segala macam sudah dicoba, tetapi tak ada hasil. Ia merasa bertanggung jawab mencari nafkah untuk keluarga dan anaknya kelak. Ia tidak menuntut banyak dari Pak Cilik karena pengorbanan Pak Cilik kepadanya sudah besar.

Pak Cilik rela berhenti kuliah demi menjaga dirinya sewaktu di Yogya dulu. Pak Cilik juga rela terbuang dari keluarga besarnya begitu memutuskan menikahinya. Maka dengan tak mengenal rasa malu dan putus ada, ia datangi setiap toko yang dilalui. Menanyakan pekerjaan yang sekiranya bisa ia lakukan. Namun justru lembaran rupiah yang mereka keluarkan. Sari pun menolak dengan tegas.

"Aku bukan pengemis. Aku mencari pekerjaan, " jerit batinnya.

Sedih rasanya diperlakukan bak pengemis. Tapi ia tidak menyalahkan mereka. Kondisi dirinyalah yang menimbulkan pemikiran seperti itu. Ia terus berkeliling dan terus mendatangi toko demi toko yang dilalui. Ada satu dan dua toko yang menerima. Tapi pekerjaan yang ditawarkan tidak bisa ia lakukan. Sampai akhirnya ada salah satu pemilik toko yang memberi saran untuk datang ke sun motor.

Dengan penuh semangat ia datangi sun motor. Berharap ada pekerjaan yang cocok. Sebab sun motor merupakan salah satu toko penjualan motor terbesar di Solo. Setibanya di sana, tidak ada pekerjaan yang ia harapkan. Namun ia diminta mengisi daftar riwayat hidup secara lengkap. 

Sari pun segera mengikuti prosedur itu. Dengan harapan suatu saat akan dipanggil. Ia tulis secara panjang lebar riwayat hidup dan cita-cita hidupnya. 

Beberapa hari setelah kedatangannya ke sun motor, rumahnya ganti didatangi oleh segerombolan orang. Beberapa lelaki berdasi dengan mobil beriringan. Tentu saja ia bingung. 

"Siapa mereka?" pikirnya tak mengerti.

Begitu dijelaskan siapa mereka dan maksud kedatangan mereka, barulah ia mengerti. Rupanya mereka pemilik dan bos-bos dari sun motor. Mereka tertarik dengan kisah hidupnya. Lalu berniat memberikan bantuan kepadanya setiap bulan. Sebuah rezeki yang tiba-tiba dan sayang untuk ditolak.

Meski begitu bukan berarti cita-citanya untuk bisa memiliki penghasilan sendiri terhenti. Setiap hari ia masih berkeliling diantar tukang becak langganan. Dan masih belum mendapatkan pekerjaan yang layak untuknya. Sampai suatu hari, ia mendapat inspirasi dari apa yang ia lihat. Yang kelak akan mengubah jalan hidupnya.

Ia melihat kebanyakkan orang yang ditemuinya melakukan kegiatan berdagang. Lantas terpikirlah ide untuk berdagang juga. Dengan uang yang hanya Rp15 ribu dalam genggaman, ia belanjakan berbagai keperluan rumah tangga. Mulai dari sabun, minyak goreng, beras dan sebagainya. Ya, ia berniat membuka warung kelontong di rumah.

"Ini usaha yang bisa kulakukan," pikirnya penuh semangat.

Namun niat itu rupanya bukan tanpa halangan. Dan orang yang paling keras menentang justru Pak Cilik, suaminya sendiri. Ia dianggap gila. Dengan kondisi rumah yang sempit malah membuka warung kelontong. Mereka pun bertengkar hebat mempermasalahkan hal itu.

Tapi Sari sudah tidak peduli. Ia tidak ingin selamanya hidup dari uang pemberian orang. Masa depan anaknya masih panjang. Waktu luang tidak mengurus anak ini akan ia gunakan untuk membangun usaha. Suaminya sudah tidak bisa diharapkan untuk bisa mendapatkan penghasilan. Jadi ia yang akan berjuang meraih impiannya.

Dengan telaten ia urus usaha warung kelontongnya. Sampai tengah malam ia tetap melayani pembeli. Setiap kali ada barang yang diminta pembeli dan tidak ada di tokonya, ia katakan sedang kosong. Esok hari ia cari barang tersebut. Lambat laun toko kelontongnya berubah menjadi toko serba ada. 

Usahanya berkembang pesat. Pak Cilik pun mulai ikut membantu. Ia bersyukur kepada Tuhan atas perubahan pada diri suaminya.
Rupiah demi rupiah keuntungan hasil usaha ia sisihkan. Ketika dirasa sudah cukup, ia tekadkan untuk membeli sebidang tanah.

Awalnya Pak Cilik menentang hal itu. Tapi dengan pengertian yang ia berikan akhirnya Pak Cilik mendukung. Bahkan Pak Cilik ikut membantu ketika pelan-pelan pembangunan rumah mulai dikerjakan.

Begitu rumah sudah siap dihuni, mereka pun pindah. Dan ini bukan tanpa resiko. Sebab membuka usaha ditempat baru seperti memulai usaha dari nol lagi. Sari memahami sekali hal tersebut. Ia pun mulai mengikuti tren bisnis musiman. Artinya apa yang sedang ramai saat itu ia ikuti. Dari bisnis tananam, perkebunan sampai elektronik. Yang terpenting bisa menambah pundi-pundi tabungan. Tentu saja tanpa menutup usaha toko kelontongnya.

Meskipun tidak sebesar dan seramai dulu lagi, toko kelontong merupakan cikal bakal usaha yang ia rintis. Jadi sampai kapan pun tak akan ia tutup. Setelah menghitung-hitung laba dari berbagai usaha yang ia jalani, ia nekad membeli beberapa set peralatan menjahit. Ya, ia ingin merintis usaha konveksi yang menjadi impiannya sejak dulu.

Membuat celana leging adalah ide awalnya. Ia ajari Pak Cilik cara menjahit yang benar. Dan Pak Cilik mengikuti saran dan petunjuk istrinya dengan sabar. Sebab apa-apa yang menjadi usaha istrinya itu sudah terbukti memberikan hasil.

Awalnya Pak Cilik memasarkan sendiri celana leging buatannya itu. Namun seiring berjalannya waktu, kini pelanggan yang datang ke rumah atau pesan melalui telepon. 

Leging yang diproduksi Sari bersama suami mulai banyak diminati orang. Sebab pelanggan bisa menentukan ukuran dan jenis bahan yang diinginkan. Beberapa instansi pemerintah dan swasta menjadi pelanggan tetapnya. Juga beberapa komunitas senam di Solo dan sekitarnya. Mimpi dua puluh tahun yang lalu itu pun menjadi kenyataan.

Dokumen pribadi

Meski harus melalui jatuh bangun lahir dan batin, namun Sari sangat bersyukur atas pencapaiannya saat ini. 

"Memang bukan jenis usaha yang besar dan hebat. Tapi ini merupakan  pencapaian luar biasa bagi saya," ujar Sari.

Mengingat siapalah dirinya dan seperti apa kondisinya. Putri semata wayangnya kini telah tamat dari perguruan tinggi. Cita-cita Sari selanjutnya ingin memiliki usaha kost-kost-an dan rumah kontrakan. Usaha ini sudah mulai dirintisnya dari sekarang.

Dokumen pribadi



"Tidak selamanya Pak Cilik akan menjahit seperti sekarang ini. Kelak akan datang masa dimana saya dan Pak Cilik menua. Tidak sekuat saat ini. Tinggal menunggu waktu untuk kembali kepada-Nya. Dan saya ingin menikmati hari tua dari usaha kost-kost-an itu," ungkap Sari mengenai rencana masa depannya.

"Hidup ini terus berputar. Selama masih ada kehidupan, selama itu pula saya akan terus berusaha meraih impian-impian saya selanjutnya," ujar Sari penuh semangat.

Semangat ini yang perlu ditiru. Bukan saja oleh sesama penyandang difabel. Tapi juga oleh semua orang. Menjadi berguna dan sebisa mungkin tidak menyusahkan orang lain. Itu sesungguhnya hakikat hidup. (EP)



#BloggerCompetition
#RumahBloggerIndonesia
#LombaBlogRamahDifable







Komentar

  1. Balasan
    1. Betul Mba. Perempuan hebat Mba Inti Sari ini. Salut. Terima kasih ya atas kunjungannya.

      Hapus
  2. Inspiratif sekali mba Denik
    jadi terharu baca kisah hidup mba Sari...
    Man Jadda Wa Jada...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mba. Ini kisah nyata. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus
  3. Sangat inspiratif banget, mba Denik. Apapun keadaan kalau Di barengi dgn semngat Dan tekat Yg kuat pasti akan mnjadi hasil Yg membanggaan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Mba. Contoh nyata dari semangat yang tak mengenal putus asa. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus
  4. Sangat inspiratif banget, mba Denik. Apapun keadaan kalau Di barengi dgn semngat Dan tekat Yg kuat pasti akan mnjadi hasil Yg membanggaan

    BalasHapus
  5. Balasan
    1. Benar Mba. Jadi penyemangat kita yang membaca kisahnya. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus
  6. Balasan
    1. Benar Mba. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus
  7. Terima kasih mba Denik sudah men charge semangat saya pagi ini.

    Hiks, malu rasanya kalau mengeluhkan kesusahan hidup kita
    Karena sejatinya masih banyak orang-orang yang lebih susah dari kita tapi bisa sukses dan bermanfaat untuk orang lain.

    Hiks,😭 Semangat !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mba. Semangaaaat. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus
  8. Terima kasih mba Denik sudah men charge semangat saya pagi ini.

    Hiks, malu rasanya kalau mengeluhkan kesusahan hidup kita
    Karena sejatinya masih banyak orang-orang yang lebih susah dari kita tapi bisa sukses dan bermanfaat untuk orang lain.

    Hiks,😭 Semangat !!!

    BalasHapus
  9. Wow ...keren and inspiratif kisahnya ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus
  10. perjalanan hidup yg luar biasa..
    tentang impian, kegigihan, perjuangan, kekuatan hati dan pengorbanan..👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mba. Patut kita contoh semangat juang hidupnya. Terima kasih sudah berkunjung. Salam.

      Hapus
  11. Janji Alloh itu pasti!
    siapa yg mau berusaha menjadi lebih baik maka Alloh akan mencukupi semuanya!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mba. Aamiin. Terima kasih atas kunjungannya. Salam.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mahoni. Usianya lebih

Alhamdulillah Bisa Kentut

Uuupppss!!! Ini bukan bicara jorok atau kotor. Tapi hanya untuk mengingatkan. Bahwa maaf, kentut itu termasuk anugerah terindah yang patut disyukuri. Loh! Kok? Eits, jangan bengong begitu ah. Coba saja rasakan ketika kita beberapa hari ternyata enggak bisa kentut. Rasanya ini perut kembung dan enggak enak. Tapi begitu bisa kentut. Rasanya legaaaa...sekali. Bisa terbayang toh bagaimana mereka yang tidak bisa kentut atau BAB (Buang air besar) akhirnya harus ke rumah sakit untuk diambil tindakan. Maka bersyukurlah kita yang bisa kentut setiap saat. Selama ini kita mengucapkan syukur itu jika berhubungan dengan rezeki dan sesuatu yang menyenangkan.  "Alhamdulillah dagangan hari ini ludes."  Atau  "Alhamdulillah si kakak juara kelas." Sangat jarang jika mengeluarkan kentut langsung mengucap Alhamdulillah. Padahal kentut salah satu nikmat yang luar biasa.  Jadi mulai sekarang biasakan mengucap syukurnya bukan saja ketika berhubungan dengan rezeki dan gengsi.

Gaya Rambut Muslimah yang Dianjurkan

Gaya rambut seseorang biasanya mengikuti karakter diri orang tersebut. Jika ia seorang yang aktif dan energik. Maka gaya rambut yang dipilih biasanya model Demi Moore. Itu loh si cantik di film Ghost. Gaya rambut ala Demi Moore Image foto by Lifestyle Okezone Gaya rambut ala Demi Moore sempat nge-hits di jamannya. Atau gaya rambut ala Putri Diana. Mendiang istri Pangeran Charles dari Inggris ini tetap cantik dan anggun meski berambut pendek. Gaya rambut ala Putri Diana Image foto by pinteres Bagi orang yang memiliki rambut panjang disebut sebagai orang yang sabar. Karena memiliki rambut panjang memang butuh kesabaran. Terutama dalam hal perawatan. Image foto by tagged.com Sementara orang yang menyukai gaya rambut pendek disebut sebagai orang yang tidak sabaran. Ingin serba cepat dalam bertindak. Tentu orang yang seperti ini tidak akan sabar kalau harus merawat rambut. Itu semua pendapat yang saya yakini ketika belum berhijab. Setelah berhijab dan mengetahui