Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Mencermati Kata Malas Sebagai Sebuah Dalih

Suatu hari seorang kawan (Dinda namanya) dengan tergesa-gesa menghampiri saya di rumah, mengadu tentang perangai salah satu kawannya (sebut saja Aleya). “Males gue sama Aleya. Gue ajak lihat pameran buku bilangnya lagi males jalan. Gak tahunya malah pergi nonton sama Rina,” cerocos Dinda begitu saya persilakan masuk. “Darimana kamu tahu kalau Aleya sedang jalan sama Rina?” tanya saya. “Nih, Rina upload foto mereka berdua di bb. Gue kan berteman sama Rina di bb. Cuma Aleya gak tahu aja,” sungut Dinda. Saya tersenyum melihat mimik wajah Dinda yang tampak lucu saat cemberut seperti itu. “Ya, udah sih nyantai aja kalau Aleya lebih memilih pergi nonton dengan Rina, daripada pergi melihat pameran buku sama kamu,” kata saya santai. “Ya, memang gak apa-apa. Cuma gue sebel aja dibohongin gitu. Ngakunya lagi males jalan, Eh diajak nonton hayuk aja. Memangnya kalau nonton bioskop gak pake jalan ya? Langsung sampe dengan memejamkan mata. Iya, gitu ta?” ujar Dinda masih dengan mimik kesal dan

Antara Aku dan Kepala Suku

Teman-teman tentu sudah sering mendengar nama ini, Kepala Suku. Yaitu seseorang yang memegang kepemimpinan tertinggi dalam sebuah suku. Kekuasaannya mirip "Raja Kecil" dan lebih independen daripada kepala desa. Jabatan Kepala Suku biasanya seumur hidup.  Dia dipilih melalui 3 cara. Pertama diwariskan. Artinya memang dia anak Kepala Suku yang dengan otomatis ketika ayahnya wafat dia yang menggantikan jabatan itu. Kedua dengan cara dipilih secara demokratis layaknya pemilihan umum. Dan ketiga melalui perlombaan. Dengan mengadakan sayembara yang terdiri atas beberapa tantangan cukup berat. Cara terakhir biasanya yang sering diadopsi kedalam sebuah film atau buku. Karl May adalah salah seorang penulis yang sangat bagus menggambarkan kisah tentang Kepala Suku, Apache, lewat bukunya Winnetou.  Lalu apa yang ada dibenak teman-teman ketika mendengar nama Kepala Suku disebut? Terbayang tokoh sebuah film atau dibukukah? Kalau saya sih merasa kagum, takjub, penasaran dan ingin melihat

Mari Mainkan Permainan Jadul

Dalam sebuah event semisal festival, pekan raya, pameran dan lain sebagainya, jika sebuah stand atau booth menggunakan kata jadul atau tradisional, ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Hal ini menandakan bahwa sesuatu yang jadul atau tradisional itu tetap menarik loh!  Aneka permainan tradisional (dokpri) Sebuah booth yang menggelar permainan tradisional sebagai temanya menjadi salah satu tempat yang diminati banyak pengunjung. Bagi orang tua, ini bisa menjadi semacam nostalgia bisa memainkan kembali permainan yang dulu sangat diakrabi. Ada permainan egrang, gundu,karet, gasing dan masih banyak lagi.  Sedangkan bagi anak-anak sekarang, itu menjadi pengetahuan bagi mereka. Bahwa permainan jaman dahulu seperti itu jenisnya. Permainan yang tampaknya mudah dilakukan tetapi begitu mereka coba ternyata tak mudah dilakukan.  Tanpa disadari jenis permainan jaman dahulu itu melibatkan banyak fungsi pada anggota tubuh. Otak, tentu saja. Biar pun hanya sebuah egrang, tetap

Ibu, Pahlawan Bagi Semua

Bulan ini adalah bulan Nopember. Bulan yang penuh dengan berbagai peringatan dan peristiwa bersejarah. Ada hari Ayah Nasional yang diperingati pada tanggal 12 Nopember nanti. Juga ada hari Guru Nasional yang diperingati pada tanggal 25 Nopember. Dan hari ini tepat tanggal 10 Nopember. Orang menyebutnya sebagai hari Pahlawan.  Ibuku (dokumen pribadi) Ayah adalah pahlawan bagi keluarganya. Kerja keras dan segala usaha yang ia lakukan semua demi keluarga. Hujan dan panas tak dihiraukannya. Dari pagi buta sampai malam hari,  ia curahkan segala tenaga dan pikiran untuk bekerja, demi memenuhi kebutuhan keluarga. Tanpa mengenal putus asa dengan jenis pekerjaan beragam yang dilakukan oleh seorang ayah. Pantaslah jika seorang ayah disebut sebagai Pahlawan Keluarga. Guru adalah para pendidik yang mengajarkan kita tentang berbagai macam ilmu. Sejak kita tak tahu apa-apa sampai menjadi siapa-siapa, guru adalah sosok yang memiliki peran dalam pendidikan kita. Kesabaran dan ketegasannya dalam membi

Kembang Teleng, Bukan Sembarang Kembang

Suatu hari, saya dan seorang kawan berada dalam satu mobil yang terparkir di depan rumah seorang warga. Kami sedang menunggu satu kawan lagi untuk selanjutnya bersama-sama menghadiri sebuah undangan.  Behubung rumah kawan kami satu ini agak masuk ke dalam gang, jadi kami menunggu saja di depan gang. Sambil menunggu itu kami melihat-lihat sekeliling rumah yang ada di hadapan kami.   Sebuah rumah berukuran sedang yang dipenuhi dengan aneka jenis tanaman. Tiba-tiba kawan saya nyeletuk.  “Lihat deh! Masa rumput dipelihara sampai lebat gitu. Gak takut ada ular atau binatang apa gitu!”  Saya pun melongok dari jendela mobil. Lalu memotret tumbuhan yang oleh kawan saya disebut rumput.  “Oh, ini sih bukan rumput. Tapi kembang Teleng. Cuma dibiarkan tumbuh liar di tanah. Biasanya kan ditanam merambat ke tembok,” sahut saya.  “Kembang Teleng. Apaan tuh?” tanya kawan saya.  Saya tersenyum. Lalu berbekal cerita dari almarhum ibu dan hasil Googling, saya ceritakan kepadanya tentang apa itu