Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Hati-hati! Kaya Tidak Jaminan Menjadi Pemurah

Sedekahlah agar hartamu berkah . S edekah tak mengurangi hartamu. Dan masih banyak lagi kata-kata yang mengingatkan hati untuk senantiasa bersedekah. Tetapi dalam prakteknya masih banyak juga yang belum memahami betapa sedekah bisa menolong kita di akhirat nanti. Sebab dipikirannya, sekarang ya sekarang. Nanti ya urusan nanti. Astagfirulloh. Semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang seperti itu. Orang yang mengecilkan masalah akhirat. Tidak tahukah? Bahwa justru akhirat tempat kita kembali untuk selama-lama. Dunia hanyalah persinggahan. Orang-orang seperti ini juga yang jika diingatkan tentang urusan akhirat tampak santai saja. Dimintai sedekah dengan entengnya berkata, “Boro-boro mau sedekah. Untuk makan sehari-hari saja kurang.” Masya Allah. Bukankah sudah diingatkan bahwa sedekah tak mengurangi harta. Dengan sedekah justru rezeki kita akan ditambah. Memang tidak sekaligus saat itu juga. Dan tidak semua diganti dalam bentuk materi. Tapi kita harus meyakini bahwa s

Filateli Tak Pernah Mati

Saat masa jayanya surat-menyurat, perangko merupakan salah satu barang yang sangat diburu oleh mereka para filatelis. Orang-orang gemar mengumpulkan benda-benda pos. Saya salah satunya. Meskipun bukanlah filatelis sejati, tetapi saya termasuk rajin dalam urusan koleksi mengoleksi perangko. Apalagi saya juga termasuk penggemar surat-menyurat. Terbayangkan berapa perangko yang saya terima setiap harinya? Itu di luar pemberian dan hasil perburuan. Dokumen pribadi Saya memiliki satu album perangko yang tetap terawat dengan baik hingga kini. Ketika era surat-menyurat sudah berganti dengan semua hal yang berbau digital. Ada SMS, WA, e-mail, massenger dan lain-lain. Untuk mereka yang lahir di akhir tahun 90-an mungkin sudah tidak mengalami rasanya surat-menyurat. Bahkan mungkin juga tidak tahu apa itu perangko dan fungsinya. Dan itu yang saya jumpai di Bandung beberapa waktu yang lalu. Pada Pameran Filateli Dunia Bandung 2017 yang bertempat di Hotel Trans Studio Convention Center, antu

Viva Cosmetics Dari Masa ke Masa

Bagi seorang perempuan, kosmetik sudah menjadi bagian hidup. Baik dalam penggunaan secara sederhana maupun secara lengkap. Dan salah satu orang yang berperan mengenalkan kosmetik adalah ibu. Dengan disadari atau tidak ketika seorang ibu sedang berdandan dalam kesehariannya atau untuk suatu acara, maka sebagai anak perempuan kita akan memperhatikan hal tersebut. Termasuk saya.  Dalam benak ini akan tercetus. “Ibu tambah cantik ya setelah berdandan. Pakai apa sih?” Itu menjadi sinyal bahwa sesungguhnya tanpa disadari seorang perempuan sejak dini memang ingin selalu tampil cantik. Seiring berkembangnya usia dan pengaruh lingkungan, seorang anak perempuan yang kemudian beranjak remaja dan dewasa mulai ingin tahu caranya berdandan. Ada yang terus terang tapi ada juga yang malu-malu untuk bertanya pada sang ibu.  Seorang ibu yang bijaksana tentu tidak serta merta memarahi si anak ketika mengetahui hal tersebut.  “Untuk apa tanya-tanya cara dandan? Masih kecil. Genit amat. Belum pantas?

Berkat Membaca Berjumpa Idola

Membaca itu sangat besar manfaatnya. Terutama untuk diri si pembaca. Apapun jenis bacaannya. Bisa koran, majalah, buku, novel bahkan komik. Bagi yang menyukai bacaan berupa koran tentu menambah wawasannya mengenai segala hal melalui koran tersebut. Mulai dari berita politik, olahraga bahkan gosip artis. Begitu pula bagi mereka yang menyukai bacaan berupa majalah. Segala berita, cerita dan kisah yang sedang trend saat ini bisa diketahui dari majalah yang dibacanya. Sementara bagi yang lebih menyukai buku, tentu wawasan yang ia dapat juga dari buku. Bahkan lebih detail dan spesifik. Semisal buku biografi. Maka pengetahuan yang didapat mengenai tokoh yang dibaca bisa lebih lengkap. Bersama Susi Susanti (Dokumen pribadi) Sementara jenis buku resep masakan tentu membuat si pencinta dunia masak-memasak lebih paham tentang masakan yang ia suka. Begitupun bagi mereka yang tertarik dengan buku mengenai petualangan, ketrampilan, sastra dan lain sebagainya. Semua mendapat pengetahuan lebih

Keluarga Pondasi Utama Penggerak Budaya Membaca dan Menulis

Sulitnya membudayakan kebiasaan membaca merupakan masalah yang sudah lama dihadapi oleh bangsa ini. Bahwa negara Indonesia menjadi salah satu negara yang tingkat membaca masyarakatnya rendah, itu sudah diketahui semua. Apalagi di era digital seperti sekarang ini. Semakin sulit mengajak masyarakat untuk gemar membaca. Dokumen pribadi Tetapi bukan berarti tidak bisa. Meski tingkat kenaikannya tidak terlalu cepat, setidaknya ada kemajuan sedikit saja, itu sudah merupakan hal positif. Hal ini terlihat dari banyaknya orang-orang yang peduli terhadap dunia literasi. Lalu membentuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM), perpustakaan dan yang terkait. Baik perorangan atau grup guna meningkatkan minat baca masyarakat. Di beberapa daerah pelosok dan perkotaan jika mau mencermati, ada beberapa Taman Baca yang bisa dikunjungi. Dengan berbagai kegiatan penunjang. Tetapi dari kesemuanya itu. Keluarga merupakan faktor utama pembentuk budaya membaca pada diri seseorang.  Memang tidak semua seperti itu.