Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Dari Happy-happy di Bukittinggi, Hingga Siap Mati diketinggian Demi Sebuah Mimpi

Bukittinggi merupakan salah satu kota wisata di provinsi Sumatera Barat. Di kota ini terdapat Jam Gadang yang sudah sangat terkenal sebagai ikon Kota Bukittinggi. Menunggu pagi di pelataran Jam Gadang menjadi mimpi saya sejak kecil. Untuk itu tentu saja saya harus melakukan perjalanan. Yah, travel makes your dream comes true. Seperti yang bisa disaksikan dalam  www.liputan6.com/tag/ travel. Masalahnya, perjalanan menuju Bukittinggi tinggi itu yang tercepat adalah menggunakan pesawat terbang. Sementara saya sangat takut jika harus bepergian menggunakan pesawat. Entahlah, dalam benak saya naik pesawat itu kok mengerikan ya? Sedangkan untuk menempuh perjalanan darat cukup jauh. Butuh waktu beberapa hari agar bisa menikmati perjalanan di Kota Bukittinggi dengan santai. Membayangkan semua itu rasanya saya hanya bisa bermimpi saja untuk bisa menikmati pagi di pelataran Jam Gadang. Jika harus naik pesawat, nantilah kalau ke tanah suci. Pergi haji atau umroh saja. Kalau terjadi apa-apa d

Pilih Mana? Kondangan di Gedung atau di Rumah

Menghadiri upacara pernikahan atau biasa disebut dengan kondangan, merupakan tradisi didalam masyarakat yang memiliki berbagai keunikan tersendiri. Sesuai dengan kultur dan kebiasaan yang ada di suatu daerah. Ketika saya kecil dan masih lekat diingatan, jika diajak kondangan berarti menghadiri upacara pernikahan di sebuah rumah yang telah dihias sedemikian indah dan menarik. Acaranya pun berlangsung dari pagi hari sampai esok pagi lagi. Melekan orang Jawa bilang. Seiring berjalannya waktu. Ketika saya mulai beranjak besar. Pelan-pelan tradisi kondangan di rumah sudah mulai jarang saya temui, pindah di gedung. Ada yang menggunakan balai desa sebagai tempat menggelar acara hajatan, atau di hotel mewah. Bahkan di restoran. Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Mulai dari kondisi rumah yang tidak memungkinkan untuk menggelar hajatan alias sempit. Sampai faktor tak mau ribet alias memilih serba praktis. Ditambah pertambahan penduduk yang memicu sempitnya pemukiman warg

Bentengi Keluarga dari Perilaku Menyimpang dengan Ilmu Agama dan Komunikasi Dua Arah

Maraknya pemberitaan mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak, membuat hati ini miris mendengarnya. Apalagi saat melihat korbannya (anak-anak) yang masih begitu polos dan lugu, hati dan batin ini ikut menjerit meski bukan keluarga sendiri korbannya. Hukuman yang tidak sepadan dengan akibat yang harus ditanggung oleh si korban, membuat nurani ini berontak. Ingin rasanya menghakimi sendiri para pelaku tersebut. Hukuman mati masih terlalu enak jika mengingat kebiadaban mereka terhadap anak-anak tak berdosa itu. Seharusnya di picis dulu lalu di tembak mati. Itu hukuman yang setimpal bagi mereka. Tetapi hukum yang berlaku tidak seperti itu. Pelaku hanya dijatuhi hukuman kurungan sekian tahun. Untuk selanjutnya bebas dan bisa melanjutkan aksinya kembali. Sementara korbannya menanggung derita dan trauma seumur hidup. Sungguh hukum yang sangat tidak adil. Ketidakadilan seperti ini mau tidak mau membuat kita, terutama para ibu untuk mengokohkan b

Spidol dan Sepeda Menghantarku Berjumpa Wali kota

Idola. Orang yang dikagumi dan bisa menginspirasi hidup kita. Tentu saja dalam artian positif. Idola ini bisa dari kalangan mana saja dan dari berbagai profesi. Bisa dari kalangan artis, atlet, penulis, budayawan, pejabat dan lain sebagainya. Bahkan ada yang dari lingkungan keluarga sendiri. Intinya, sepak terjang orang tersebut memang patut ditiru dan diberi acungan jempol. Dari sekian banyak tokoh yang saya idolakan, salah satunya adalah wali kota Tangerang. Yakni H.Arief R. Wismansyah. Tak lain dan bukan adalah wali kota tempat saya tinggal. Wah, ini sih enggak fair. Wali kotanya sendiri. Tentu saja diidolakan. Eits, jangan salah. Dari beberapa wali kota yang saya ketahui selama tinggal di Tangerang, baru kali ini saya mengagumi sang wali kota. Dan memiliki hasrat untuk bisa foto bersama suatu saat nanti sebagai kenang-kenangan. Wow! Sebegitu mempesonanyakah sang wali kota tersebut? Sampai saat ini sih saya katakan iyesss. Secara kinerja loh! Kalau masalah kepribadian dan lai

Walikota Tangerang Satu dari Sekian Mimpi yang Terwujud

Minggu pagi, 4 Februari 2018 Kota Tangerang dan sekitarnya diguyur hujan rintik-rintik. Meletupkan hasrat untuk segera menarik kembali sang selimut. Menikmati kehangatan dan kelembutannya dalam dingin yang menyelusup di kulit. Tetapi saya sudah melesat dari peraduan sejak pukul 04.00 pagi. Lalu segera mempersiapkan diri dan segala keperluan untuk menuju Kota Tangerang. Meski hujan rintik-rintik, saya harus berangkat mengikuti acara fun bike dalam rangka menyambut hari jadi Kota Tangerang yang ke-25. Bersama sepeda mini kesayangan, perlahan tapi pasti saya mengayuh si mini menuju lokasi acara. Yaitu jembatan berendeng. Saya melaju sendirian dari rumah di Kreo untuk bertemu teman-teman Komunitas Onthel Daan Mogot yang rencananya akan datang. Tapi karena daya pikat selimut lebih menggoda di suasana seperti ini. Maka mereka putuskan tidak jadi berangkat. Jadilah saya benar-benar sendirian mengikuti fun bike ini. My bicycle my adventure Cycling Muat Go On Meski tanpa s