Minggu pagi, 4 Februari 2018 Kota Tangerang dan sekitarnya diguyur hujan rintik-rintik. Meletupkan hasrat untuk segera menarik kembali sang selimut. Menikmati kehangatan dan kelembutannya dalam dingin yang menyelusup di kulit.
Tetapi saya sudah melesat dari peraduan sejak pukul 04.00 pagi. Lalu segera mempersiapkan diri dan segala keperluan untuk menuju Kota Tangerang. Meski hujan rintik-rintik, saya harus berangkat mengikuti acara fun bike dalam rangka menyambut hari jadi Kota Tangerang yang ke-25.
Bersama sepeda mini kesayangan, perlahan tapi pasti saya mengayuh si mini menuju lokasi acara. Yaitu jembatan berendeng. Saya melaju sendirian dari rumah di Kreo untuk bertemu teman-teman Komunitas Onthel Daan Mogot yang rencananya akan datang. Tapi karena daya pikat selimut lebih menggoda di suasana seperti ini. Maka mereka putuskan tidak jadi berangkat. Jadilah saya benar-benar sendirian mengikuti fun bike ini.
My bicycle my adventure
Cycling Muat Go On
Meski tanpa seorang teman pun saya tetap melanjutkan niat ini. Ini salah satu bentuk dukungan terhadap daerah yang ditinggali. Jika belum bisa berbuat banyak bagi daerah tempat tinggal kita. Setidaknya mendukung dan berpartisipasilah dalam kegiatan yang diselenggarakan daerah. Salah satunya fun bike ini. Selain itu saya juga tertarik mengikuti fun bike ini karena ingin tahu lokasi-lokasi yang dilalui. Meski sendirian tak mengapa. Ada banyak pesepeda yang menjadi teman di sana.
Bersama pesepeda asal Medan
Kamu Tak Sendiri
Yap! Saya memang tak sendirian. Selama diperjalanan banyak pesepeda lain yang menyapa saat melintas. Tiba di lokasi pun sudah banyak pesepeda dari mana-mana. Baik itu dari Komunitas pesepeda yang ada di Tangerang atau yang hanya sendirian seperti saya. Selama kita murah senyum dan ramah, tentu banyak kawan yang mendekat. Meski hanya sekedar bertegur sapa biasa. Salah satunya Ando. Pemuda asal Medan yang belum lama merantau di Tangerang. Bersama Ando waktu yang melesat dari jadwal yang tertera alias ngaret, tidak terasa menjemukan. Kami berbincang tentang banyak hal. Salah satunya tentang kekecewaannya saat pengambilan kaos dan kupon. Ia peserta yang tidak mendapatkan keduanya, padahal mendaftar lebih awal dan sesuai prosedur.
Yap! Saya memang tak sendirian. Selama diperjalanan banyak pesepeda lain yang menyapa saat melintas. Tiba di lokasi pun sudah banyak pesepeda dari mana-mana. Baik itu dari Komunitas pesepeda yang ada di Tangerang atau yang hanya sendirian seperti saya. Selama kita murah senyum dan ramah, tentu banyak kawan yang mendekat. Meski hanya sekedar bertegur sapa biasa. Salah satunya Ando. Pemuda asal Medan yang belum lama merantau di Tangerang. Bersama Ando waktu yang melesat dari jadwal yang tertera alias ngaret, tidak terasa menjemukan. Kami berbincang tentang banyak hal. Salah satunya tentang kekecewaannya saat pengambilan kaos dan kupon. Ia peserta yang tidak mendapatkan keduanya, padahal mendaftar lebih awal dan sesuai prosedur.
Suasana pengambilan kupon dan kaos
Tak Ada Yang Sempurna
Senada dengan kisah Ando, beberapa peserta pun mengeluhkan hal yang sama. Termasuk saya yang mengalaminya sendiri. Secara teori pendaftaran dilakukan melalui WA untuk mengisi formulir lalu datang pada waktu yang ditentukan, untuk pengambilan kupon dan kaos. Pada prakteknya, terjadi keruwetan. Peserta yang datang tidak mendapatkan seperti yang dikatakan. Ada yang mendapatkan keduanya, ada yang hanya kuponnya saja bahkan ada yang tidak mendapatkan keduanya. Ini kan kacau. Tidak beres namanya. Sebab dalam pendaftaran tidak disebutkan batas peserta yang berhak mendapatkan kaos dan kupon. Tentu para peserta itu merasa kecewa. Sebab sudah datang jauh-jauh termasuk saya.
Saya yang hanya mendapatkan kupon saja juga merasa kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Saya hanya memaklumi saja. Panitianya kurang bagus saja kinerjanya. Tidak bisa mengantisipasi keadaan. Atau mungkin ada hal lain. Entahlah. Bagi saya ini menjadi pembelajaran. Bahwa tidak boleh seperti itu jika menyangkut kegiatan yang berkaitan dengan hajat orang banyak. Tak perlu juga kita marah-marah melampiaskan kekecewaan. Apalagi acara ini gratis. Ya sudah, terima saja apa adanya. Tapi saya harus berterima kasih dengan Bapak Sutardi. Salah satu peserta yang dengan baik hati menghibahkan kaosnya untuk saya.
Si bapak mendaftar untuk 12 orang. Tapi hanya mendapatkan satu kaos. Daripada yang lain iri nantinya, maka ia berikan kaos itu pada saya. Wah, rezeki saya nih. Tentu saya senang menerimanya. Karena jadi memiliki kenang-kenangan. Bukan soal kaosnya semata. Saya jadi teringat kata-kata almarhum bapak. "Orang ngalah itu pasti bejone." Ungkapan dalam bahasa Jawa yang artinya "Orang ngalah itu pasti untung deh" dan saya membuktikannya.
Senada dengan kisah Ando, beberapa peserta pun mengeluhkan hal yang sama. Termasuk saya yang mengalaminya sendiri. Secara teori pendaftaran dilakukan melalui WA untuk mengisi formulir lalu datang pada waktu yang ditentukan, untuk pengambilan kupon dan kaos. Pada prakteknya, terjadi keruwetan. Peserta yang datang tidak mendapatkan seperti yang dikatakan. Ada yang mendapatkan keduanya, ada yang hanya kuponnya saja bahkan ada yang tidak mendapatkan keduanya. Ini kan kacau. Tidak beres namanya. Sebab dalam pendaftaran tidak disebutkan batas peserta yang berhak mendapatkan kaos dan kupon. Tentu para peserta itu merasa kecewa. Sebab sudah datang jauh-jauh termasuk saya.
Saya yang hanya mendapatkan kupon saja juga merasa kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Saya hanya memaklumi saja. Panitianya kurang bagus saja kinerjanya. Tidak bisa mengantisipasi keadaan. Atau mungkin ada hal lain. Entahlah. Bagi saya ini menjadi pembelajaran. Bahwa tidak boleh seperti itu jika menyangkut kegiatan yang berkaitan dengan hajat orang banyak. Tak perlu juga kita marah-marah melampiaskan kekecewaan. Apalagi acara ini gratis. Ya sudah, terima saja apa adanya. Tapi saya harus berterima kasih dengan Bapak Sutardi. Salah satu peserta yang dengan baik hati menghibahkan kaosnya untuk saya.
Si bapak mendaftar untuk 12 orang. Tapi hanya mendapatkan satu kaos. Daripada yang lain iri nantinya, maka ia berikan kaos itu pada saya. Wah, rezeki saya nih. Tentu saya senang menerimanya. Karena jadi memiliki kenang-kenangan. Bukan soal kaosnya semata. Saya jadi teringat kata-kata almarhum bapak. "Orang ngalah itu pasti bejone." Ungkapan dalam bahasa Jawa yang artinya "Orang ngalah itu pasti untung deh" dan saya membuktikannya.
Kaos dan door prize yang diperebutkan
Menunggu Itu Menjemukan
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 tepat. Tapi di lokasi acara fun bike belum ada tanda-tanda akan dimulai acaranya. Hanya suara MC yang menyala-nyala para peserta dan undangan yang hadir. Lalu dilanjutkan hiburan lagu-lagu dari penyanyi organ tunggal yang ada di atas panggung. Ngaret. Itu yang kerap terjadi dalam sebuah acara. Termasuk acara fun bike kali ini. Para peserta mulai gelisah. Ada yang ngedumel atau menggerutu. Ada yang duduk-duduk sambil main hp. Ada yang ngobrol. Semua mengisi kejenuhan menunggu dengan caranya masing-masing. Saya yang juga merasa kesal karena tak tepat waktu, cukup menghibur diri saja. "Ya, sudah sih sabar saja. Namanya serba gratis jadi enggak usah banyak protes. Dibawa asyik saja." Bukan begitu?
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 tepat. Tapi di lokasi acara fun bike belum ada tanda-tanda akan dimulai acaranya. Hanya suara MC yang menyala-nyala para peserta dan undangan yang hadir. Lalu dilanjutkan hiburan lagu-lagu dari penyanyi organ tunggal yang ada di atas panggung. Ngaret. Itu yang kerap terjadi dalam sebuah acara. Termasuk acara fun bike kali ini. Para peserta mulai gelisah. Ada yang ngedumel atau menggerutu. Ada yang duduk-duduk sambil main hp. Ada yang ngobrol. Semua mengisi kejenuhan menunggu dengan caranya masing-masing. Saya yang juga merasa kesal karena tak tepat waktu, cukup menghibur diri saja. "Ya, sudah sih sabar saja. Namanya serba gratis jadi enggak usah banyak protes. Dibawa asyik saja." Bukan begitu?
Tingkah pola saat peserta saat menunggu saat star
Para peserta fun bike
Menanti Pak Walikota
Para peserta fun bike mulai gelisah. Apalagi cuaca saat itu sedang tidak bersahabat. Dikhawatirkan turun hujan lebat. MC pun menenangkan, bahwa tinggal menunggu Pak Walikota yang sebentar lagi tiba. Oh, rupanya Pak Walikota juga hadir. Padahal di flyer tidak diberitahukan. Semua peserta bergumam tak jelas. Tapi dengan nada memaklumi. Saya pribadi tidak menyangka kalau pak walikota akan hadir. Senang tentunya. Siapa yang tak mengenal beliau. Orang nomor satu di Kota Tangerang yang sudah diakui kinerjanya. Menyesalnya karena saya tidak membawa spidol. Barangkali ada kesempatan untuk meminta tanda tangan beliau di sepeda saya. Harapan yang terlalu tinggi tapi saya yakin tak ada yang tak mungkin.
Melihat kondisi yang padat seperti itu dan antusias seluruh peserta yang ingin berfoto dengan pak walikota. Maka saya pesimis dengan mimpi saya. Jadi ya, sudah. Benar-benar menikmati saja acara fun bike dari awal hingga akhir tanpa berharap apapun. Door prize pun tak saya nantikan. Sebab saya malas menunggu dan bertaruh dengan keberuntungan. Apalagi harus berebutan di atas panggung menunggu pak walikota turun untuk bisa foto bersama. Duh, malas sekali meski hati ingin.
Akhirnya setelah bendera star diangkat, saya melaju mengikuti rute yang telah ditentukan sambil melihat-lihat pemandangan yang dilalui. Ternyata ada juga suasana Kota Tangerang yang adem, sejuk dan nyaman seperti di daerah lain. Selama ini Kota Tangerang kan identik dengan pabrik dan panas.
Tiba di garis finish saya berkenalan dengan salah satu peserta fun bike yang sama-sama tidak menyukai keriwehan. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju jembatan berendeng, menikmati spot-spot bagus di sana ketimbang menunggu di bawah panggung. Saya dan ibu Susia lebih memilih foto-foto di atas jembatan yang baru diresmikan itu. Jembatan berendeng namanya. Ada spot jembatan kaca di sekitar kanan-kiri jembatan. Tempat yang cukup banyak dikunjungi untuk latar foto. Termasuk kami.
Melihat kondisi yang padat seperti itu dan antusias seluruh peserta yang ingin berfoto dengan pak walikota. Maka saya pesimis dengan mimpi saya. Jadi ya, sudah. Benar-benar menikmati saja acara fun bike dari awal hingga akhir tanpa berharap apapun. Door prize pun tak saya nantikan. Sebab saya malas menunggu dan bertaruh dengan keberuntungan. Apalagi harus berebutan di atas panggung menunggu pak walikota turun untuk bisa foto bersama. Duh, malas sekali meski hati ingin.
Akhirnya setelah bendera star diangkat, saya melaju mengikuti rute yang telah ditentukan sambil melihat-lihat pemandangan yang dilalui. Ternyata ada juga suasana Kota Tangerang yang adem, sejuk dan nyaman seperti di daerah lain. Selama ini Kota Tangerang kan identik dengan pabrik dan panas.
Tiba di garis finish saya berkenalan dengan salah satu peserta fun bike yang sama-sama tidak menyukai keriwehan. Akhirnya kami memutuskan untuk menuju jembatan berendeng, menikmati spot-spot bagus di sana ketimbang menunggu di bawah panggung. Saya dan ibu Susia lebih memilih foto-foto di atas jembatan yang baru diresmikan itu. Jembatan berendeng namanya. Ada spot jembatan kaca di sekitar kanan-kiri jembatan. Tempat yang cukup banyak dikunjungi untuk latar foto. Termasuk kami.
Ibu Susia pesepeda kenalan saya
Suasana di atas jembatan berendeng
Jembatan kaca berendeng
Pak Walikota bersama komunitas yang menodongnya untuk foto bersama
Para awak media saat mewawancarai Pak Walikota
Dream Come True
Pada saat saya dan Bu Susia sedang seru-serunya mengambil spot gambar di jembatan brendeng. Tiba-tiba ada kerumunan datang yang membuat gaduh suasana di jembatan. Rupanya pak walikota dan rombongan sedang menuju jembatan. Dan berhenti tidak jauh dari tempat saya dan Bu Siska berdiri. Maka kesempatan itu saya gunakan untuk meminta tanda tangan pak walikota di sepeda saya. Syukurnya pada saat perjalanan tadi saya sempatkan membeli spidol. Karena memang ingin memiliki spidol warna hitam. Sekaligus untuk berjaga-jaga juga. Barangkali ada kesempatan bertemu orang-orang penting. Dan ternyata benar.
"Pak! Bisa minta tolong tanda tangani sepeda saya?" teriak saya di antara kerumunan wartawan yang mengelilingi Pak Walikota. "Oh, boleh. Mana sepedanya?" tanya Pak Walikota. Saya pun segera menunjukkan sepeda saya. "Mana spidolnya?" tanya Pak Walikota lagi. "Ini Pak!" kata saya dengan hati berbinar. Yeaaah... akhirnya ada tanda tangan Pak Walikota di sepeda saya.
"Oh, iya. Foto bareng juga ya, Pak!" kata saya sambil langsung mengambil posisi wefie dengan handphone saya. Kapan lagi mumpung sudah berdekatan. Tapi begitu saya lihat hasilnya fotonya kurang bagus. Saya pun segera menepuk bahu Pak Walikota yang posisinya masih di sebelah saya. "Pak! Maaf hasil fotonya hangus. Ulang lagi ya, Pak fotonya?" kata saya. "Kok bisa hangus? Emang di masak ya fotonya," seloroh Pak Walikota sambil tertawa. Saya pun tersenyum mendengar selorohnya.
"Siap-siap di situ saja, Bu. Biar pakai hp saya saja," teriak Bu Susia tiba-tiba. Saya pun segera bergaya disamping Pak Walikota yang sudah lebih dulu siap. "Terima kasih, Pak!" Ujar saya setelahnya. Dan trang-tang. Saya pun memiliki foto bersama orang nomor satu di Kota Tangerang ini. H.Arief.R.Wismansyah. Semua ini berkat kawan baru saya, Bu Susia. Terima kasih banyak ya, Bu.
"Pak! Bisa minta tolong tanda tangani sepeda saya?" teriak saya di antara kerumunan wartawan yang mengelilingi Pak Walikota. "Oh, boleh. Mana sepedanya?" tanya Pak Walikota. Saya pun segera menunjukkan sepeda saya. "Mana spidolnya?" tanya Pak Walikota lagi. "Ini Pak!" kata saya dengan hati berbinar. Yeaaah... akhirnya ada tanda tangan Pak Walikota di sepeda saya.
"Oh, iya. Foto bareng juga ya, Pak!" kata saya sambil langsung mengambil posisi wefie dengan handphone saya. Kapan lagi mumpung sudah berdekatan. Tapi begitu saya lihat hasilnya fotonya kurang bagus. Saya pun segera menepuk bahu Pak Walikota yang posisinya masih di sebelah saya. "Pak! Maaf hasil fotonya hangus. Ulang lagi ya, Pak fotonya?" kata saya. "Kok bisa hangus? Emang di masak ya fotonya," seloroh Pak Walikota sambil tertawa. Saya pun tersenyum mendengar selorohnya.
"Siap-siap di situ saja, Bu. Biar pakai hp saya saja," teriak Bu Susia tiba-tiba. Saya pun segera bergaya disamping Pak Walikota yang sudah lebih dulu siap. "Terima kasih, Pak!" Ujar saya setelahnya. Dan trang-tang. Saya pun memiliki foto bersama orang nomor satu di Kota Tangerang ini. H.Arief.R.Wismansyah. Semua ini berkat kawan baru saya, Bu Susia. Terima kasih banyak ya, Bu.
Tanda tangan Pak Walikota di sepeda mini saya
Bersama Pak Walikota Tangerang H.Arief. R.Wismansyah
Wong Ngalah Akeh Bejone. Jangan Berhenti Berharap
Acara fun bike belum semuanya usai. Pembacaan door prize masih terdengar dari atas panggung. Tapi saya dan Bu Susia memutuskan untuk pulang. Bu Susia menuju rumahnya di daerah Perum, Tangerang. Saya menuju Kreo, puluhan kilometer lagi dari Kota Tangerang. Hanya beberapa meter menuju Jakarta. Bisa dibayangkan perjalanan yang harus saya tempuh? Masih sangat jauh.
Tapi saya jalani semua dengan perasaan senang. Terlebih-lebih saya dapatkan apa yang menjadi mimpi saya selama ini. Tanda tangan dari Pak Walikota di sepeda saya. Ini lebih membahagiakan dari door prize yang disediakan. Sebab bukan hal mudah mendekati orang sesibuk beliau. Dan saya mendapatkan semua itu.
Ternyata benar, orang ngalah itu banyak untungnya. Saya yang sejak awal merasa dikecewakan dengan kinerja panitia acara tapi memilih diam dan sabar. Akhirnya berbuah manis. Juga kekecewaan akibat acara yang ngaret, menghasilkan sesuatu yang justru tak terduga dan luar biasa. Ucapan syukur tentu tak putus saya panjatkan kepada-Nya. Saya sadar, semua ini campur tangan dari-Nya. Yang terpenting jangan putus asa dan berhenti berharap. Sebab kita tidak pernah tahu, melalui jalan apa doa dan harapan kita akan dikabulkan. Sekali lagi, jangan berhenti berharap. (Denik)
Wong Ngalah Akeh Bejone. Jangan Berhenti Berharap
Acara fun bike belum semuanya usai. Pembacaan door prize masih terdengar dari atas panggung. Tapi saya dan Bu Susia memutuskan untuk pulang. Bu Susia menuju rumahnya di daerah Perum, Tangerang. Saya menuju Kreo, puluhan kilometer lagi dari Kota Tangerang. Hanya beberapa meter menuju Jakarta. Bisa dibayangkan perjalanan yang harus saya tempuh? Masih sangat jauh.
Tapi saya jalani semua dengan perasaan senang. Terlebih-lebih saya dapatkan apa yang menjadi mimpi saya selama ini. Tanda tangan dari Pak Walikota di sepeda saya. Ini lebih membahagiakan dari door prize yang disediakan. Sebab bukan hal mudah mendekati orang sesibuk beliau. Dan saya mendapatkan semua itu.
Ternyata benar, orang ngalah itu banyak untungnya. Saya yang sejak awal merasa dikecewakan dengan kinerja panitia acara tapi memilih diam dan sabar. Akhirnya berbuah manis. Juga kekecewaan akibat acara yang ngaret, menghasilkan sesuatu yang justru tak terduga dan luar biasa. Ucapan syukur tentu tak putus saya panjatkan kepada-Nya. Saya sadar, semua ini campur tangan dari-Nya. Yang terpenting jangan putus asa dan berhenti berharap. Sebab kita tidak pernah tahu, melalui jalan apa doa dan harapan kita akan dikabulkan. Sekali lagi, jangan berhenti berharap. (Denik)
#Funbike2018
#JembatanBerendeng
#MenyambutHUTke-25KotaTangerang
#JembatanBerendeng
#MenyambutHUTke-25KotaTangerang
wah, jadi pengen bersepeda.
BalasHapusHihihi....hayuk Mbaaaa
HapusSemoga dengan membaca tulisan ini panitia jadi berbenah ya Mbak, jangan begitu lagi. Kan peserta jadi kesal dan kecewa. Semoga kegiatan begini menular ke wilayah lain juga, membudayakan bersepeda.
BalasHapusBetul Mba. Mau kegiatan apapun, sebagai panitia harus profesional. Memikirkan nasib orang banyak.
HapusMasih muda ya walikotanya. Tandatangan walikota jadi plombir yo mbak. Hehehe
BalasHapusIya, Mba. Memang masih muda.
HapusWah asyik bnget ya mba bisa sepedaan bgini.. aku ga pernah jadi2 nih sepwdase
BalasHapusKalo sudah dijalani asyik kok Mba..hihihi
HapusSenang dengan kepemimpinan walikota Tangerang yang muda usia ini..Kotanya makin maju. Ini murni opini warga kota tetangga yaaa...hahaha
BalasHapusMbak Denik, satu kata: keren!
Setuju dengan : wong ngalah akeh bejone:)Yang utama jangan putus asa dan berhenti berharap. Sebab kita tidak pernah tahu, melalui jalan apa doa dan harapan kita akan dikabulkan....Sepakat!
Hahaha...nanti opininya di sampaikan.
HapusMba denik keren iihhh semangatnya.
BalasHapusHave fun gowes mbaa
Hihihi...terima kasih Mba. Iya, harus tetap semangat.
HapusSeru banget mbak Denin bersepeda rame2, meski sempet tunggu2an dan diburu hujan. Pengen juga beli sepeda, nabung dulu eui hehe.
BalasHapusHayuuk Mbaaa...semangat nyepedaan.
Hapussemangat bersepeda bu Denik 😀
BalasHapusHihihi...iya. terima kasih.
HapusSeru banget, mba Denik, meskipun penuh perjuangan. Xixixii. Jadi pingin ke jembatan kaca berendeng juga. Itu di daerah cisadane bukan, mba?
BalasHapusBetul Mba. Jembatan itu memang melintang di atas sungai Cisadane.
HapusWiiih seru sepedaan, saya sdh lama gak sepedaan. Terakhir waktu SMP
BalasHapusHayuuk...mulai lagi Mba nyepedaannya...hihihi
HapusHayuuk...mulai lagi Mba nyepedaannya...hihihi
HapusSeru banget acaranya... Kayanya semua kota memang lagi sibuk bebenah ya mbak... DAn tanggerang adalah salah satu kota yang bebenah nya lumayan cepet juga ya...
BalasHapusBatuul Mba.
Hapuswaahh rejeki ga kemana ya, dapet juga ttd pak walikota :D
BalasHapusseru ya mbak... suamiku juga ikutan komunitasnya bike to work. asik bgt!
Iya, Mba seru. Wah, suami Mba Biketowork juga? Asyiiik itu... Hehehe
HapusBejooo. Rejeki banget. Kalo tau ada event ini, pengen ikutan. Secara, dket dari humz. Sering aku lewatin jg saban mo balik k depok. Aku liat dari mulai numpuk2 pasir d pinggiran sampe jembatannya jadi
BalasHapusHayuuuk... Mbaaa...Kpn2 janjian pas aku main ke sana.
HapusSeneng ya mba walau kecewa tapi bisa dapet tandatangan pak walikota, jadi punya kenangan
BalasHapusIya, Mba. Kenangannya itu yg paling berharga. Kpn lg?...hihihi
Hapussemangatnya mba denik kerennn bgttt, selalu berharap padaNya yak mbaaaa...
BalasHapuskali2, bolehlah kita gowes breng mbaaa heheh
Wah, dgn senang hati kalo mau gowes bareng..hihihi
HapusSelalu suka menyimak semangat bu Denik bertualang terutama dengan sepeda. Alhamdulillah kesabarannya berbuah manis ya, Bu...
BalasHapusAlhamdulillah banget Mba.. hehehe
Hapus