Maraknya pemberitaan mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak, membuat hati ini miris mendengarnya. Apalagi saat melihat korbannya (anak-anak) yang masih begitu polos dan lugu, hati dan batin ini ikut menjerit meski bukan keluarga sendiri korbannya.
Hukuman yang tidak sepadan dengan akibat yang harus ditanggung oleh si korban, membuat nurani ini berontak. Ingin rasanya menghakimi sendiri para pelaku tersebut. Hukuman mati masih terlalu enak jika mengingat kebiadaban mereka terhadap anak-anak tak berdosa itu. Seharusnya di picis dulu lalu di tembak mati. Itu hukuman yang setimpal bagi mereka.
Tetapi hukum yang berlaku tidak seperti itu. Pelaku hanya dijatuhi hukuman kurungan sekian tahun. Untuk selanjutnya bebas dan bisa melanjutkan aksinya kembali. Sementara korbannya menanggung derita dan trauma seumur hidup. Sungguh hukum yang sangat tidak adil.
Ketidakadilan seperti ini mau tidak mau membuat kita, terutama para ibu untuk mengokohkan benteng pertahanan bagi anak-anak kita. Dan memberi tameng kepada anak-anak terhadap kemungkinan buruk yang bisa menimpa kapan saja.
Hukuman yang tidak sepadan dengan akibat yang harus ditanggung oleh si korban, membuat nurani ini berontak. Ingin rasanya menghakimi sendiri para pelaku tersebut. Hukuman mati masih terlalu enak jika mengingat kebiadaban mereka terhadap anak-anak tak berdosa itu. Seharusnya di picis dulu lalu di tembak mati. Itu hukuman yang setimpal bagi mereka.
Tetapi hukum yang berlaku tidak seperti itu. Pelaku hanya dijatuhi hukuman kurungan sekian tahun. Untuk selanjutnya bebas dan bisa melanjutkan aksinya kembali. Sementara korbannya menanggung derita dan trauma seumur hidup. Sungguh hukum yang sangat tidak adil.
Ketidakadilan seperti ini mau tidak mau membuat kita, terutama para ibu untuk mengokohkan benteng pertahanan bagi anak-anak kita. Dan memberi tameng kepada anak-anak terhadap kemungkinan buruk yang bisa menimpa kapan saja.
Keluarga pondasi anak menuju masa depan
Yah, keluarga menjadi benteng utama bagi seorang anak dalam menghadapi dunia luar yang baru baginya. Lingkungan yang baru dikenalnya. Lalu hal apa yang seharusnya dilakukan untuk mereka, anak-anak kita dalam menghadapi masalah tersebut.
Berikut ini hal utama yang harus dilakukan oleh keluarga (terutama ibu) dalam membentengi anak dari perilaku menyimpang.
1. Tanamkan ilmu agama sejak dini sampai tak terhingga
Agama. Itu menjadi hal utama dan paling mendasar bagi terbentuknya akhlak seseorang. Karena agama apapun tentu didalamnya mengajarkan tentang kebaikan. Bagaimana hubungan dengan Tuhan dan manusia, semua diatur dan dijabarkan dengan detail dalam agama. Sehingga seseorang yang memiliki dasar agama dengan baik dan kuat, akan tahu bagaimana bersikap terhadap orang tua, terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dan ilmu agama ini jangan ditinggalkan hanya karena kesibukan. Sebab percuma saja saat kecil belajar agama tapi setelah dewasa justru nol agama. Pengaruh lingkungan bisa melunturkan ketaatan seorang anak dalam beragama, sehingga banyak terjadi ketika dewasa malah tak terkendali. Sebab ilmu agamanya telah luntur. Jaga, jangan sampai hal ini terjadi.
2. Lakukan komunikasi dua arah
Komunikasi. Satu hal ini menjadi kunci utama dalam hubungan apapun dan dilingkungan manapun. Maka masalah komunikasi jangan sampai diabaikan. Lalu komunikasi seperti apa yang harus dilakukan? Tentu yang dua arah. Dalam hal ini kita sebagai orang tua jangan hanya memerintah. Tapi juga mau bertanya dan mendengarkan pendapat anak. Sehingga anak bisa lebih terbuka terhadap orang tua. Jika sudah demikian, akan mudah bagi orang tua untuk memberi pengarahan dan nasihat.
Dua hal di atas merupakan benteng utama bagi kita (keluarga) dalam mewaspadai perilaku menyimpang yang ada di sekitaran. Apakah cukup hanya itu saja yang harus kita lakukan? Tentu tidak.
Ada banyak hal lain yang harus kita ketahui dan lakukan. Antara lain :
1 . Jangan mudah percaya
Yah, jangan mudah percaya kepada siapa pun. Termasuk keluarga terdekat. Sebab pengawasan anak sepenuhnya tanggung jawab kita sebagai orang tua. Mungkin orang lain itu bisa dititipi anak. Tetapi belum tentu bisa dewaspada dan seketat kita dalam urusan pengawasan. Lengah menjadi bumerang bagi kita yang bisa membahayakan diri anak. Lebih baik kita sendiri yang menjaga anak. Jika terkendala urusan pekerjaan, maka harus ada orang yang benar-benar dipercaya untuk mengurus hal ini.
Berikut ini hal utama yang harus dilakukan oleh keluarga (terutama ibu) dalam membentengi anak dari perilaku menyimpang.
1. Tanamkan ilmu agama sejak dini sampai tak terhingga
Agama. Itu menjadi hal utama dan paling mendasar bagi terbentuknya akhlak seseorang. Karena agama apapun tentu didalamnya mengajarkan tentang kebaikan. Bagaimana hubungan dengan Tuhan dan manusia, semua diatur dan dijabarkan dengan detail dalam agama. Sehingga seseorang yang memiliki dasar agama dengan baik dan kuat, akan tahu bagaimana bersikap terhadap orang tua, terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Dan ilmu agama ini jangan ditinggalkan hanya karena kesibukan. Sebab percuma saja saat kecil belajar agama tapi setelah dewasa justru nol agama. Pengaruh lingkungan bisa melunturkan ketaatan seorang anak dalam beragama, sehingga banyak terjadi ketika dewasa malah tak terkendali. Sebab ilmu agamanya telah luntur. Jaga, jangan sampai hal ini terjadi.
2. Lakukan komunikasi dua arah
Komunikasi. Satu hal ini menjadi kunci utama dalam hubungan apapun dan dilingkungan manapun. Maka masalah komunikasi jangan sampai diabaikan. Lalu komunikasi seperti apa yang harus dilakukan? Tentu yang dua arah. Dalam hal ini kita sebagai orang tua jangan hanya memerintah. Tapi juga mau bertanya dan mendengarkan pendapat anak. Sehingga anak bisa lebih terbuka terhadap orang tua. Jika sudah demikian, akan mudah bagi orang tua untuk memberi pengarahan dan nasihat.
Dua hal di atas merupakan benteng utama bagi kita (keluarga) dalam mewaspadai perilaku menyimpang yang ada di sekitaran. Apakah cukup hanya itu saja yang harus kita lakukan? Tentu tidak.
Ada banyak hal lain yang harus kita ketahui dan lakukan. Antara lain :
1 . Jangan mudah percaya
Yah, jangan mudah percaya kepada siapa pun. Termasuk keluarga terdekat. Sebab pengawasan anak sepenuhnya tanggung jawab kita sebagai orang tua. Mungkin orang lain itu bisa dititipi anak. Tetapi belum tentu bisa dewaspada dan seketat kita dalam urusan pengawasan. Lengah menjadi bumerang bagi kita yang bisa membahayakan diri anak. Lebih baik kita sendiri yang menjaga anak. Jika terkendala urusan pekerjaan, maka harus ada orang yang benar-benar dipercaya untuk mengurus hal ini.
2 . Jangan segan bertindak
Jika mengetahui telah terjadi suatu tindakan yang menyimpang. Kita jangan segan bertindak. Apalagi jika itu menyangkut anak. Ada undang-undang yang terkait perlindungan anak. Yakni UU Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, KUHP. Siapa pun yang melakukan harus berani kita laporkan. Untuk memberi efek jera pada pelaku. Sehingga ia tidak akan sembarangan dan menganggap remeh diri kita, yang berakibat pada anak-anak.
3 . Bekali anak dengan pengetahuan sesuai tingkat usia
Pengetahuan tentang apa saja perilaku menyimpang itu harus kita ketahui dan beritahukan juga kepada anak. Tentu saja disesuaikan dengan usia mereka tentang bagaimana kita menyampaikannya. Agar mereka tahu dan bisa waspada.
Lalu apa saja sih yang termasuk perilaku menyimpang itu? Oh, banyak sekali. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak biasa.
Beberapa contoh perilaku menyimpang yang harus diwaspadai :
1. Membully
2. Merokok dini
3. Inhalan ( menghirup lem)
4. Incest (hubungan sedarah)
5. Fedopilia ( pelecehan seksual terhadap anak-anak)
6. Lesbian (Penyuka sesama perempuan)
7. Homo (penyuka sesama lelaki)
Pengetahuan tentang apa saja perilaku menyimpang itu harus kita ketahui dan beritahukan juga kepada anak. Tentu saja disesuaikan dengan usia mereka tentang bagaimana kita menyampaikannya. Agar mereka tahu dan bisa waspada.
Lalu apa saja sih yang termasuk perilaku menyimpang itu? Oh, banyak sekali. Mulai dari yang biasa sampai yang tidak biasa.
Beberapa contoh perilaku menyimpang yang harus diwaspadai :
1. Membully
2. Merokok dini
3. Inhalan ( menghirup lem)
4. Incest (hubungan sedarah)
5. Fedopilia ( pelecehan seksual terhadap anak-anak)
6. Lesbian (Penyuka sesama perempuan)
7. Homo (penyuka sesama lelaki)
Membully kawan patut ditindak karena merupakan tindakan kriminal tingkat awal
Merokok di usia dini yang harus dihentikan
Kegiatan ngelem yang sangat membahayakan jiwa
Hubungan sejenis yang dilaknat oleh Allah SWT
Hal-hal di atas bisa mulai kita jabarkan kepada anak-anak sesuai usianya. Agar mereka mengetahui bahwa semua itu merupakan tindakan yang tidak boleh dilakukan dan harus dihindari. Juga diwaspadai. Agar mereka tahu dan bisa menghindari.
Di sinilah fungsi komunikasi dua arah. Sehingga anak mengetahui dasar dari larangan atau perintah yang kita (orang tua) lontarkan. Dan di sini juga kita bisa memasukkan nilai-nilai agama dan nasihat kepada anak, mengenai ilmu agama yang sudah mereka pelajari. Salah satunya, bagi yang muslim. Tentang kenapa setelah usia 7 tahun anak lelaki dan perempuan mulai dipisahkan kamarnya. Mulai tidak boleh mandi bersama lagi dan lain sebagainya.
Jika ilmu agama sudah mereka dapat, nasihat tambahan yang kita berikan dapat mereka cerna dan terima dengan baik. Tidak harus adu urat yang membuat hubungan orang tua dan anak justru menjadi renggang. Pada akhirnya memang ilmu agama dan komunikasi dua arah yang baik menjadi kunci utama kita dalam mendidik anak. Agar kita semua terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. (Denik)
Sumber foto by Goegle
Di sinilah fungsi komunikasi dua arah. Sehingga anak mengetahui dasar dari larangan atau perintah yang kita (orang tua) lontarkan. Dan di sini juga kita bisa memasukkan nilai-nilai agama dan nasihat kepada anak, mengenai ilmu agama yang sudah mereka pelajari. Salah satunya, bagi yang muslim. Tentang kenapa setelah usia 7 tahun anak lelaki dan perempuan mulai dipisahkan kamarnya. Mulai tidak boleh mandi bersama lagi dan lain sebagainya.
Jika ilmu agama sudah mereka dapat, nasihat tambahan yang kita berikan dapat mereka cerna dan terima dengan baik. Tidak harus adu urat yang membuat hubungan orang tua dan anak justru menjadi renggang. Pada akhirnya memang ilmu agama dan komunikasi dua arah yang baik menjadi kunci utama kita dalam mendidik anak. Agar kita semua terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. (Denik)
Sumber foto by Goegle
#PostinganTematik
#BloggerMuslimah
Tulisan ini diikutsertakan dalam Postingan Tematik Blogger Muslimah Indonesia
#BloggerMuslimah
Tulisan ini diikutsertakan dalam Postingan Tematik Blogger Muslimah Indonesia
yup, karena semakin kesini sikap anak-anak makin aneh, ada baiknya dari dalam (keluarga) harus edukasi lebih banyak biar terhindar dari perilaku menyimpang O:)
BalasHapusBetul Mba. Terima kasih atas kunjungannya.
HapusIn sya Allah ketika kita sebagai orang tua sudah mengenalkan perilaku menyimpang itu tidak boleh dilakukan, diiringi dengan ilmu agama, Allah akan senantiasa menjaga anak kita. :)
BalasHapusAamiiin...iya, Mba.
BalasHapusnaudzubillah,. Allah yang Maha Pelindung, sebaik-sebaik tempat meminta perlindungan agar kita semua terhindar dari perilaku menyimpang
BalasHapusAamiiin...
HapusPada akhirnya kepatuhan kita pada perintah agama setidaknya meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang pada diri dan juga keluarga kita.
BalasHapusBetul Mba. Agama memang sangat penting peranannya dalam kehidupan kita.
Hapusjadi ingat cerita teman sendiri yang menyimpang karena kurangnya kasih sayang dari orang tua :'(
BalasHapusIya, Mba. Semua itu sebab akibat.
HapusSigh, nyesek rasanya kayak gini ini
BalasHapusBanget Mba.
HapusHuff.. Semoga kita bisa menyelamatkan generasi dr perilaku menyimpang ya
BalasHapusIya, Mba. Semoga
HapusKomunikasi dalam keluarga memang berperan penting ya, Mbak. Jangan sampai anak2 mencari pelarian lain karena tak mendapat perhatian di kekuarganya sendiri.
BalasHapusBetul Mba. Duh, kalau di rumah sudah saling diam asyik dengan gadget masing-masing. Tinggal tunggu saja akibatnya.
HapusItulah gunanya rumah ya mbak. Sebagai pendidikan dini anak, agar mereka nggak terjerumus ke hal-hal negatif diluar sana.
BalasHapusIya, Mba. Karena itu ciptakan suasana rumah seperti di surga. kalau anak sudah tidak betah di rumah, bahaya.
HapusYup mbak komunikasi orang tua dan anak penting. Zaman now ortu gak bisa mebdiktrin seperti zaman kita dulu. Akibatnya anak-anak malah akan menjaga jarak dengan kita.
BalasHapusBetul Mba. Duh, gak kebayang kalo anak-anak sudah mengambil jarak dengan orangtuanya.
HapusMbak Denik, saran masukan, foto-foto yang Mbak gunakan sebaiknya diberi penjelasan sumbernya dari mana. :)
BalasHapusBanyak hal menyimpang saat ini yang terlihat wajar dan normal ya Mbak, benteng keluarga dan komunikasi menjadi hal utama saat ini.
Oiya, terima kasih Mba atas saran dan masukannya.
BalasHapusJudulnya bener nih: ilmu agama dan komunikasi dua arah. Ini harus terus dibangun dan dibenahi terus ya, Mbak. Karena memang seiring pertambahan usia anak, akan banyak tantangannya. PR yang terus harus diemban para ortu, nih
BalasHapusBetul Mba. Saya berpendapat komunikasi dua arah itu harus dijaga seterusnya. Apalagi mendekati usia-usia kritis.
HapusBetul sekali Mba Denik, harus makin peluk erat anak-anak :(
BalasHapusIya, Mba
Hapuspada intinya kita sebagai orang tua harus mampu membangun bonding yang bagus dengan anak dan menanamkan keimanan sejak dini ya mbak.
BalasHapusBetul Mba
HapusItu alasannya, kelak kalau sudah punya anak aku nggak mau nitipin ke orang lain.
BalasHapusKarena mereka hanya merawat, tidak terlalu memikirkan mendidik dengan baik. Takutnya, kalau ada perbuatan menyimpang dari baby sitter yang bisa mempengaruhi anak.
Iya, Mba. Tidak mudah mencari orang yang bisa dipercaya itu.
BalasHapus