Idola. Orang yang dikagumi dan bisa menginspirasi hidup kita. Tentu saja dalam artian positif. Idola ini bisa dari kalangan mana saja dan dari berbagai profesi. Bisa dari kalangan artis, atlet, penulis, budayawan, pejabat dan lain sebagainya. Bahkan ada yang dari lingkungan keluarga sendiri. Intinya, sepak terjang orang tersebut memang patut ditiru dan diberi acungan jempol.
Dari sekian banyak tokoh yang saya idolakan, salah satunya adalah wali kota Tangerang. Yakni H.Arief R. Wismansyah. Tak lain dan bukan adalah wali kota tempat saya tinggal. Wah, ini sih enggak fair. Wali kotanya sendiri. Tentu saja diidolakan. Eits, jangan salah. Dari beberapa wali kota yang saya ketahui selama tinggal di Tangerang, baru kali ini saya mengagumi sang wali kota. Dan memiliki hasrat untuk bisa foto bersama suatu saat nanti sebagai kenang-kenangan.
Wow! Sebegitu mempesonanyakah sang wali kota tersebut? Sampai saat ini sih saya katakan iyesss. Secara kinerja loh! Kalau masalah kepribadian dan lain sebagainya saya tidak tahu persis. Karena bukan orang terdekatnya. Setidaknya, secara kinerja dan kiprahnya bagi kemajuan Kota Tangerang, saya sebagai warganya bisa merasakan dan melihat dengan nyata hasil pemikirannya tersebut. Wajarkah kalau saya mengagumi beliau?
Dan Alhamdulillah saya pun akhirnya bisa bertatap muka secara langsung. Bisa memiliki kenang-kenangan bersama beliau. Semua ini berkat sebuah spidol dan sepeda mini milik saya. Kok bisa? Aah, apa sih yang enggak mungkin bagi Allah. Selama masih di dunia semua bisa menjadi mungkin.
Dari sekian banyak tokoh yang saya idolakan, salah satunya adalah wali kota Tangerang. Yakni H.Arief R. Wismansyah. Tak lain dan bukan adalah wali kota tempat saya tinggal. Wah, ini sih enggak fair. Wali kotanya sendiri. Tentu saja diidolakan. Eits, jangan salah. Dari beberapa wali kota yang saya ketahui selama tinggal di Tangerang, baru kali ini saya mengagumi sang wali kota. Dan memiliki hasrat untuk bisa foto bersama suatu saat nanti sebagai kenang-kenangan.
Wow! Sebegitu mempesonanyakah sang wali kota tersebut? Sampai saat ini sih saya katakan iyesss. Secara kinerja loh! Kalau masalah kepribadian dan lain sebagainya saya tidak tahu persis. Karena bukan orang terdekatnya. Setidaknya, secara kinerja dan kiprahnya bagi kemajuan Kota Tangerang, saya sebagai warganya bisa merasakan dan melihat dengan nyata hasil pemikirannya tersebut. Wajarkah kalau saya mengagumi beliau?
Dan Alhamdulillah saya pun akhirnya bisa bertatap muka secara langsung. Bisa memiliki kenang-kenangan bersama beliau. Semua ini berkat sebuah spidol dan sepeda mini milik saya. Kok bisa? Aah, apa sih yang enggak mungkin bagi Allah. Selama masih di dunia semua bisa menjadi mungkin.
Spidol penuh jasa
Spidol dan Sepeda
Spidol, pulpen dan buku kecil adalah tiga benda yang harus ada dalam tas saya. Entah akan dipergunakan atau tidak pokoknya harus ada. Meski sudah ada telepon genggam tapi pulpen dan buku selalu saya perlukan untuk mencatat segala sesuatu. Jadi wajib dibawa kemanapun. Sedangkan spidol untuk jaga-jaga saja kalau-kalau diperlukan untuk minta tanda tangan. Tanda tangan orang-orang hebat yang ditemui tentunya. Kalau bertemu. Namanya juga jaga-jaga. Rezeki itu kan tidak harus berupa materi. Bertemu orang-orang hebat itu juga bagian dari rezeki.
Nah, pada suatu hari saya mengikuti Fun Bike menyambut HUT ke-25 tahun Kota Tangerang. Acara berlangsung di sekitar Cisadane Walk untuk mengitari beberapa ruas jalan di Kota Tangerang. Seperti biasa, saya sudah menyiapkan segala keperluan yang saya butuhkan. Tetapi kali ini saya tak membawa spidol. Karena hilang atau lupa entah di mana. Meski agak kecewa tapi saya tetap berangkat dengan penuh semangat. Ini salah satu kontribusi saya sebagai warga Kota Tangerang. Ikut berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh pemerintah kota.
Tiba ditujuan saya merasa menyesal sekali karena tak membawa spidol. Karena ternyata pak wali kota turut serta dalam acara tersebut. Padahal di flyer acara tidak disebutkan. Ini kejutan yang membuat saya geram. Ada kesempatan tapi tak berdaya. Mau membeli spidol saat itu pun tak mungkin. Karena masih pagi dan lagi jauh dari toko alat tulis. Maka pasrah saja yang bisa saya lakukan.
Nah, pada suatu hari saya mengikuti Fun Bike menyambut HUT ke-25 tahun Kota Tangerang. Acara berlangsung di sekitar Cisadane Walk untuk mengitari beberapa ruas jalan di Kota Tangerang. Seperti biasa, saya sudah menyiapkan segala keperluan yang saya butuhkan. Tetapi kali ini saya tak membawa spidol. Karena hilang atau lupa entah di mana. Meski agak kecewa tapi saya tetap berangkat dengan penuh semangat. Ini salah satu kontribusi saya sebagai warga Kota Tangerang. Ikut berpartisipasi dalam acara yang diselenggarakan oleh pemerintah kota.
Tiba ditujuan saya merasa menyesal sekali karena tak membawa spidol. Karena ternyata pak wali kota turut serta dalam acara tersebut. Padahal di flyer acara tidak disebutkan. Ini kejutan yang membuat saya geram. Ada kesempatan tapi tak berdaya. Mau membeli spidol saat itu pun tak mungkin. Karena masih pagi dan lagi jauh dari toko alat tulis. Maka pasrah saja yang bisa saya lakukan.
Wali kota Tangerang H.Arief R.Wismansyah
Antara Senang dan Geram
Usai bendera star diangkat oleh Pak Wali kota, saya kayuh sepeda tanpa ada harapan bisa meminta tanda tangan beliau untuk sepeda saya. Lha, wong penuh orang seperti itu. Beliau juga dikerumuni warga dan wartawan. Malaslah saya berhimpitan seperti itu. Jadinya geram sendiri melihat kondisi dan keadaan seperti itu.
Sambil berkayuh saya nikmati saja pemandangan yang dilalui. Ternyata di Kota Tangerang saya menjumpai pemandangan yang teduh dan nyaman. Jalan-jalan yang di kanan dan kiri berjajar pepohonan rindang. Sungguh menyejukkan pandangan mata.
Ketika melintasi salah satu jalan, pandangan saya tertuju pada sebuah toko buku besar. Tiba-tiba ingin belok saja ke sana. Membeli spidol hitam kalau ada. Karena yang ada di rumah adalah warna silver. Yah, untuk punya-punyaanlah. Setelah itu saya kembali mengayuh sepeda hingga garis finish.
Tiba digaris finish ternyata pak wali kota masih ada. Ikut membacakan kupon door prize. Wah, terbersit perasaan senang. Barangkali bisa meminta tanda tangan. Tapi begitu tiba di dekat panggung, suasananya lebih ramai dan padat. Uuuh, malaslah. Jadinya saya melintas saja di depan panggung untuk menuju jembatan Berendeng. Jembatan yang baru saja selesai sebagai ikon lain Kota Tangerang. Rasanya lebih asyik menikmati suasana di sana ketimbang berhimpitan di depan panggung demi door prize yang belum pasti.
Sambil berkayuh saya nikmati saja pemandangan yang dilalui. Ternyata di Kota Tangerang saya menjumpai pemandangan yang teduh dan nyaman. Jalan-jalan yang di kanan dan kiri berjajar pepohonan rindang. Sungguh menyejukkan pandangan mata.
Ketika melintasi salah satu jalan, pandangan saya tertuju pada sebuah toko buku besar. Tiba-tiba ingin belok saja ke sana. Membeli spidol hitam kalau ada. Karena yang ada di rumah adalah warna silver. Yah, untuk punya-punyaanlah. Setelah itu saya kembali mengayuh sepeda hingga garis finish.
Tiba digaris finish ternyata pak wali kota masih ada. Ikut membacakan kupon door prize. Wah, terbersit perasaan senang. Barangkali bisa meminta tanda tangan. Tapi begitu tiba di dekat panggung, suasananya lebih ramai dan padat. Uuuh, malaslah. Jadinya saya melintas saja di depan panggung untuk menuju jembatan Berendeng. Jembatan yang baru saja selesai sebagai ikon lain Kota Tangerang. Rasanya lebih asyik menikmati suasana di sana ketimbang berhimpitan di depan panggung demi door prize yang belum pasti.
Pak Arief dan masyarakat yang mengerumuninya
Rezeki Tak Akan Kemana
Jembatan Berendeng merupakan jembatan baru yang menghubungkan wilayah Benteng di sebelah Timur, dan wilayah Gerendeng di sebelah Barat. Oleh karena itu diberi nama Berendeng. Gabungan dari Benteng Gerendeng.
Suasana saat itu sangat ramai. Jadi mesti pintar-pintar mencari celah. Salah satu daya tarik jembatan Berendeng adalah flying deck kaca yang ada di sisi kanan dan kiri jembatan. Tempat ini jadi uji nyali para pengunjung yang ada di sana. Penasaran tapi deg-degan. Termasuk saya.
Dalam suasana seperti itu tiba-tiba ada yang berteriak kalau rombongan Pak Wali kota datang. Saya menoleh, dan benar saja. Mereka menuju flying deck kaca. Rupanya akan foto bersama di sana sekaligus meresmikan jembatan Berendeng. Karena sudah ada di depan mata maka tak saya sia-siakan kesempatan itu.
Dalam suasana seperti itu tiba-tiba ada yang berteriak kalau rombongan Pak Wali kota datang. Saya menoleh, dan benar saja. Mereka menuju flying deck kaca. Rupanya akan foto bersama di sana sekaligus meresmikan jembatan Berendeng. Karena sudah ada di depan mata maka tak saya sia-siakan kesempatan itu.
Pak Arief usai membubuhkan tandatangannya
My bicycle
Bersama Wali Kota Tangerang H.Arief R.Wismasyah
"Pak! Bisa minta tanda tangannya di sepeda saya?" kata saya . "Oh, boleh. Mana sepedanya?" kata Pak Wali kota. Hati saya berbunga-bunga mendengar kata-kata itu. "Spidolnya ada gak?" kata Pak Wali kota lagi. "Ada," sahut saya dengan mantap sambil memberikan spidol pada beliau. Saat beliau membubuhkan tanda tangan nya, saya perhatikan dengan perasaan tak percaya. Yeaaah, akhirnya sepeda saya mendapat tanda tangan Pak Wali kota.
"Sekalian foto dulu ya, Pak!" kata saya. "Boleh," sahut Pak Wali kota. Lalu smile...saya wefie berdua Pak Wali kota. Begitu saya lihat hasilnya. Hitam.
"Pak! Ulang lagi ya fotonya? Yang tadi gosong,'" kata saya cepat. "Kok bisa gosong? Emang dimasak fotonya," seloroh Pak Wali kota. Saya senyum-senyum. Lalu kami foto lagi. Kali ini ada yang membantu mengambilkan foto. Dan Trang...tang....berhasil. Yeaaah, semua ini perantaranya spidol dan sepeda. Terima kasih spidol dan sepeda. (Denik)
"Sekalian foto dulu ya, Pak!" kata saya. "Boleh," sahut Pak Wali kota. Lalu smile...saya wefie berdua Pak Wali kota. Begitu saya lihat hasilnya. Hitam.
"Pak! Ulang lagi ya fotonya? Yang tadi gosong,'" kata saya cepat. "Kok bisa gosong? Emang dimasak fotonya," seloroh Pak Wali kota. Saya senyum-senyum. Lalu kami foto lagi. Kali ini ada yang membantu mengambilkan foto. Dan Trang...tang....berhasil. Yeaaah, semua ini perantaranya spidol dan sepeda. Terima kasih spidol dan sepeda. (Denik)
Komentar
Posting Komentar