Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Andai Aku Jadi Pemimpin: "Kesejahteraan Pangan Menjadi Prioritas Utama"

Pemimpin. Orang yang bertanggungjawab atas apa-apa yang dipimpinnya. Maju atau mundurnya sebuah negara tergantung bagaimana pimpinannya. Kesejahteraan rakyat sangat ditentukan oleh kebijakan pimpinan. Dokumen pribadi Tidak mudah. Jelas. Apalagi menjadi pemimpin di Indonesia. Negara yang terdiri atas ribuan pulau dengan beragam adat, budaya dan agama. Tanggung jawab morilnya sangat berat. Dunia dan akhirat. Seorang pemimpin tentu ingin memprioritaskan semua hal demi kepentingan bersama. Tapi tidak bisalah. Harus ada yang lebih diprioritaskan. Tanpa mengorbankan yang lain. Justru harus merangkul dan bahu membahu satu sama lain. Sebab satu sama lainnya itu saling berkaitan. Setiap pemimpin memiliki alasan tersendiri atas apa-apa yang menjadi prioritasnya. Tak terkecuali saya. Andai saya menjadi seorang pemimpin, maka prioritas saya pada kesejahteraan pangan.   Tentang Kesejahteraan Pangan Sumber foto lipi.go.id Kenapa memilih kesejahteraan pangan sebagai prioritas? Sebab pangan merupakan

Apa dan Bagaimana Adopsi Hutan Mampu Menjaga Kelestarian Hutan Indonesia

"Hutan adalah kita." (kutipan) Bagaimana bisa? Membayangkan suasana hutan saja seram. Apalagi kalau sampai tersesat di hutan. Iiih, jangan sampai deh. Makanya enggak ingin deh main-main ke hutan. Begitu pemikiran sebagian orang ketika mendengar nama hutan. Padahal, kita adalah bagian dari hutan.Meski kamu bukan pencinta alam. Tidak pernah pergi ke hutan. Namun, tetap saja kamu bagian dari hutan. Ada banyak cerita dari hutan yang perlu kamu ketahui . Bagian dari hutan bukan berarti terlibat langsung dengan segala sesuatu yang terkait dengan hutan. Kita yang tinggal di perkotaan. Duduk manis di rumah saja. Tetap merupakan bagian dari hutan.  Dokumen pribadi Sebab semua yang ada pada diri kita tak lepas dari keberadaan hutan. Udara yang kita hirup. Makanan yang kita makan. Obat-obatan yang kita butuhkan. Perabot rumah tangga yang kita pergunakan. Semua berasal dari hutan.  https://hutanitu.id Bahkan alat penunjang kegiatan kita sehari-hari juga berasal dari hutan. Seperti pen

Sabtu Bersama Oma

Sabtu Bersama Oma. Terinspirasi dari salah satu judul buku karya Adhitya Mulya " Sabtu Bersama Bapak." Saya pun tertarik mengabadikan kebersamaan dengan Oma Stella lewat tulisan di blog.  Mengutip ucapan  Pramoedya Ananta Toer,  "Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. " Dengan semangat itulah saya menulis. Kemudian mengabadikan setiap pengalaman dan peristiwa yang dialami ke dalam bentuk tulisan. Termasuk kebersamaan dengan Oma Stella. Oma siapa? Sejak kapan Lo punya Oma? Elo kan orang Jawa ye? Yang ada Embah kali. Eyang atau nenek. Lagian Lo punya nenek kan udah lama enggak ada." Begitu pertanyaan yang terlontar pada saat saya memposting foto kebersamaan dengan Oma Stella. Mereka yang mengenal saya tentu bertanya-tanya. Siapa Oma Stella itu? Perkenalan dengan Oma Stella Saat itu tanggal 21 April 2019. Saya mendapat undangan untuk menghadiri

Helm, Kado Terindah di Hari Sepeda Dunia

Hari Sepeda Dunia yang jatuh pada tanggal 3 Juni kemarin meninggalkan kesan di hati. Bagaimana tidak? Karena saya mendapatkan kiriman paket berisi helm untuk bersepeda. Dokpri Weh, ini hadiah istimewa di Hari Sepeda Dunia. Saya yang memang gemar bersepeda mendapatkan hadiah helm. Artinya mulai hari ini penampilan saya kala bersepeda ada yang baru. Yaitu helmnya. Jika selama ini saya mengenakan helm berwarna hitam kala bersepeda. Untuk selanjutnya ganti warna. Yaitu warna yellow atau kuning. "Gennjreng banget ya warnanya?" pikir saya. "Biar kelihatan kalau di tempat gelap," komentar adik-adik seolah mendengar isi hati saya. "Iya, ya? Betul juga sih," kata hati saya coba berkompromi. Ya, berkompromi. Sebab pada dasarnya saya penyuka warna agak gelap. Kalau pun memilih warna cerah, tetap saja memilih yang kesannya gelap. Seperti warna ungu. Saya suka warna ungu yang agak gelap. Jadi kesannya misterius dan agak jutek. Iih, ko

Kartu Ucapan Lebaran, Tradisi Lama Yang Sangat Istimewa Di Hati

Lebaran atau Idul Fitri, hari kemenangan umat muslim setelah berperang selama satu bulan dalam menahan haus, lapar dan segala yang membatalkan. Lebaran, hari yang paling dinanti oleh semua umat muslim. Beragam cara dilakukan dalam menyambut hari kemenangan tersebut. Sebelum era milenial dan teknologi secanggih sekarang. Salah satu cara mengungkapkan kebahagiaan lebaran adalah dengan mengirim kartu lebaran. Fungsi utamanya sama seperti surat. Untuk menyampaikan pesan bagi sanak saudara yang berada di luar kota atau sulit dijangkau. Namun dalam kenyataannya, teman sekelas bahkan teman sebangku yang sering bertemu, saat lebaran masih saja mengirimkan kartu ucapan. Lebih berkesan dan istimewa. Itu alasannya. Istimewa. Ya, itulah salah satu keunikan berkirim kartu ucapan lebaran. Ada keistimewaan tersendiri di dalamnya  bagi si pengirim maupun di penerima. Saat akan memilih kartu lebaran, biasanya kita sibuk sekali memilih-milih model kartu ucapan yang bagus. Sebab

Amalan-amalan Yang Dirindukan Saat Ramadan berlalu

Ramadan. Bulan yang paling mulia. Bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Bulan yang di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Tak terasa, Ramadan akan segera berakhir. Meninggalkan kita yang mencintainya. Kita yang senantiasa merindukan kehadirannya. Dalam hitungan hari, kita akan ditinggalkannya. Sedih. Itu yang terasakan di dada. Terutama dalam Ramadan tahun ini. Sebab tidak maksimal ibadah Ramadan yang dilakukan. Semua akibat pandemi corona yang melanda dunia hingga Indonesia. Begitu Ramadan berlalu, kita akan kehilangan kesempatan untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala yang berlipat ganda. Ya, dalam bulan Ramadan setiap amal perbuatan kita memang dilipatgandakan. Saat Ramadannya berlalu maka saat itu pula pundi-pundi pahala kita kembali seperti biasanya. Dokpri Untuk itu mumpung masih ada kesempatan beberapa hari lagi. Saya pun segera mempersungguh ibadah di bulan Ramadan selain berpuasa.  1 . Membaca Al-Qur'an Khatam Qur'an sel

Doa Pengharapan Sebelum Ramadan Berakhir

Ya Allah, dalam hitungan hari Ramadan akan segera berakhir. Bulan suci yang penuh Rahmat dan ampunan ini akan berlalu. Tak terasa menetes air mata ini. Di atas sajadah dalam kesunyian dini hari yang dingin, bibir ini melafalkan doa-doa pengharapan. " Ya Allah, ampunilah segala dosa-dosa hamba. Berilah kesehatan kepada hamba dan keluarga hamba. Senantiasa jaga dan beri keselamatan pada hamba dan keluarga. Lancarkan rezeki hamba dan usaha-usaha yang dilakukan Segera angkatlah musibah yang melanda dunia dan negara hamba Pulihkan kembali perekonomian negara kami Berilah kesehatan dan keselamatan kepada mereka yang menjadi perantara hidayah. Perantara rezeki dan yang telah berbuat baik pada kami Dan pertemukan  kembali hamba dengan Ramadan berikutnya  Ya Allah, perkenankanlah doa hamba ini. Aamiin.... #BPNRamadan2020

Tips Lebaran Hemat Saat Pandemi

Pandemi belum berlalu saat bulan Ramadan datang. Maka dalam situasi yang serba tak pasti ini, umat muslim akan segera menyambut hari kemenangan. Yakni lebaran atau idul Fitri. Seperti apa rasanya berlebaran dalam situasi seperti ini? Pastinya akan berbeda dari lebaran yang sebelumnya. Meski begitu tak boleh menghilangkan kesyukuran dan rasa bahagia atas kesempatan yang diberikan, hingga bisa bertemu dengan bulan yang suci ini dan menjalankan perintah-Nya selama satu bulan penuh. Jika biasanya menjelang lebaran banyak hal yang dilakukan dengan perasaan suka cita. Maka dalam situasi pandemi seperti ini persiapan menyambut lebaran harus lebih ditekan. Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi setelah lebaran. Terutama dalam urusan maesa atau mata pencaharian.  Sudah banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya. Hal ini sungguh memprihatinkan. Jadi kita harus berempati dan berhemat. Meski tidak termasuk yang dirumahkan, namun pendapatan jelas b

Lebaran Di Rumah Saja Tak Masalah

Manusia hanya bisa berencana. Semua Tuhan yang menentukan. Hal ini yang saya alami dan hampir oleh semua masyarakat Indonesia serta dunia. Terutama mereka yang akan merayakan lebaran. Bagaimana tidak? Segudang rencana yang telah disusun saat libur lebaran tiba ambyar semua. Hal ini dikarenakan munculnya wabah corona yang melanda Wuhan, Cina di awal tahun 2020 yang kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia hingga Indonesia. Efek yang ditimbulkannya sungguh luar biasa. Tak hanya menimbulkan kematian, wabah ini efeknya melumpuhkan perekonomian negara. Dan rakyat juga yang terkena imbasnya. Pemutusan hubungan kerja terjadi dimana-mana. Social Distancing dan lockdown yang diberlakukan guna mencegah penyebaran Covid-19 lebih luas, membuat lebaran tahun ini terasa berbeda. Tak ada lagi yang namanya mudik atau pulang kampung. Semua aktivitas warga dibatasi. Jangankan mau mudik. Ibadah di masjid saja loh untuk sementara waktu ditiadakan.  Dokpri Hiks, sedih sebenarny

No Mudik No Crying

Mudik. Tradisi yang dinanti saat hari lebaran tiba. Terutama bagi mereka yang masih memiliki orangtua dan sanak keluarga di kampung. Mereka yang tinggalnya tidak satu daerah lagi dengan keluarga. Mudik. Momen yang sangat dinanti. Momen tepat untuk melepas rindu dengan keluarga jauh sekaligus saling bermaaf-maafan dan menjalin silaturahim.  Dengan segala cara, dengan persiapan yang sudah jauh-jauh hari direncanakan. Bisa mudik menjadi hari yang paling membahagiakan bagi kebanyakan orang.  Namun untuk tahun 2020 ini ada larangan untuk melaksanakan mudik. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia dan Indonesia. Sehingga masyarakat diminta untuk mengurangi penyebaran virus tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya dengan tidak mudik.  Lalu bagaimana dengan mereka yang sudah lama menantikan momen mudik ini? Bagaimana perasaan mereka yang hanya bisa berjumpa di saat momen lebaran seperti ini?  Pasti ambyar perasaannya. Terutama mereka yang men

Menerima Amplop, Hal Yang Dirindukan Saat Lebaran

Lebaran. Hari Raya Idul Fitri atau apapun sebutannya merupakan hari kemenangan bagi umat muslim. Setelah berpuasa selama satu bulan penuh menahan haus dan lapar. Menekan emosi dan segala hal yang membatalkan puasa.  Dengan penuh suka cita, kemenangan itu disambut oleh umat muslim diseluruh dunia. Banyak cara yang dilakukan dalam merayakan hari kemenangan tersebut. Mulai dari yang sederhana sampai yang mewah dan meriah. Semua merupakan bentuk apresiasi dari kebahagiaan yang dirasakan. Seperti halnya anak-anak lain dalam merayakan lebaran, saya kecil pun merayakan lebaran dengan suka cita sambil mengenakan baju baru, berkeliling mengunjungi rumah tetangga bersama teman-teman. Tak lupa tas kecil untuk tempat uang atau amplop. Ya, lebaran bagi anak-anak identik dengan amplop dan uang jajan yang berlimpah. Sebab hampir semua tetangga akan memberi kami uang usai bersalaman. Belum lagi dari saudara-saudara sendiri. Pokoknya happy karena punya uang banyak. Itu lebaran di mata anak-

Rujak Cingur, Menu Khas Lebaran Dalam Keluarga Kami

Dalam keluarga kami ada satu menu yang lain daripada yang lain saat lebaran. Semua ini berkat cinta ibu pada anaknya, yaitu saya. Sebagai anak yang memiliki darah Jawa Timur dan menghabiskan sebagian masa kecil di Surabaya. Secara otomatis lidah ini terbiasa dengan makanan Jawa Timuran. Salah satunya rujak cingur. Picture by PegiPegi Untuk sebagian orang melihat rujak cingur  merasa gimana gitu. Karena tekstur hitam yang dihasilkan dari sambal petisnya itu.  Juga kata cingur yang artinya hidung  sapi. Bisa jadi membuat mereka mual dengan membayangkannya saja. Padahal bagi saya justru petisnya itu yang khas sekali. Kalau sudah dicampur cingur rasanya lezat bukan main. Hmmmm...auto ngiler ini. Nah, kecintaan saya dengan rujak cingur membuat saya sering hunting rujak cingur ketika sudah hijrah ke Jakarta. Rasanya bahagia banget kalau melihat ada tulisan "ada rujak cingur." Rupanya ibu mengamati hal tersebut. Hingga pada suatu hari ibu membuat sendiri k

Baju Baru Atau Baju Lama Untuk Lebaran Di Tengah Pandemi?

Lebaran di tengah pandemi. Hal ini yang akan kami rasakan nanti. Ketika hari kemenangan itu tiba. Ya, lebaran atau hari raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat muslim, setelah satu bulan berpuasa menahan lapar dan hawa napsu. Hari kemenangan biasanya disambut dengan penuh suka cita. Dirayakan bersama dengan rasa haru dan gembira. Anak-anak mengenakan baju baru. Orang dewasa pun demikian. Ada yang seragam dan ada juga yang senada.  Rumah-rumah dirapikan dan ditata dengan apik. Aneka hidangan tersaji dengan indah di atas meja makan. Aneka kue menghias meja tamu. Pokoknya lebaran itu suasananya meriah. Lalu bagaimana dengan perayaan lebaran tahun ini? Apakah akan tetap sama seperti itu? Atau sana sunyi seperti suasana saat puasa? Lalu bagaimana dengan baju baru yang identik dengan lebaran? Akankah tetap menjadi hadiah menarik bagi anak-anak? Entahlah. Sebab pasar dan toko-toko yang menjadi magnet saat bulan puasa seperti ini juga kena imbas pandemi. Tu

Ramadan Ceria, Harapanku Untuk RamadanTahun Depan

Ramadan ceria. Harapan Ramadan  tahun depan. Ya, setelah tahun ini menjalani suasana puasa dalam sunyi. Maka untuk tahun depan berharapnya bisa ceria. Artinya suasana puasa bisa seperti biasanya. Masjid-masjid penuh oleh jamaah yang berbondong-bondong salat tarawih. Jalanan riuh rendah oleh suara anak-anak yang bergembira menuju masjid. Dini hari terdengar suara anak-anak membangunkan sahur keliling komplek. Sore hari bisa ngabuburit mencari takjil untuk berbuka puasa. Pasar-pasar ramai kembali oleh pedagang dan pembeli. Saat idul Fitri ramai orang berkumpul saling maaf memaafkan. Keluarga di kampung menyambut dengan suka cita kedatangan para pemudik. Ya, sederhana saja harapan untuk Ramadan tahun depan. Tentu saja dengan diri ini tetap bisa menjumpai suasana tersebut. Suasana Ramadan yang ceria. Suasana Idul Fitri yang penuh suka cita. Baju warna-warni. Kue aneka rupa. Gelak tawa riang mewarnai suasana lebaran. Sebagai hari kemenangan setelah berpuasa selama s