Suatu hari seorang kawan (Dinda namanya) dengan tergesa-gesa menghampiri saya di rumah, mengadu tentang perangai salah satu kawannya (sebut saja Aleya).
“Males gue sama Aleya. Gue ajak lihat pameran buku bilangnya lagi males jalan. Gak tahunya malah pergi nonton sama Rina,” cerocos Dinda begitu saya persilakan masuk.
“Nih, Rina upload foto mereka berdua di bb. Gue kan berteman sama Rina di bb. Cuma Aleya gak tahu aja,” sungut Dinda.
Saya tersenyum melihat mimik wajah Dinda yang tampak lucu saat cemberut seperti itu.
“Ya, udah sih nyantai aja kalau Aleya lebih memilih pergi nonton dengan Rina, daripada pergi melihat pameran buku sama kamu,” kata saya santai.
“Ya, memang gak apa-apa. Cuma gue sebel aja dibohongin gitu. Ngakunya lagi males jalan, Eh diajak nonton hayuk aja. Memangnya kalau nonton bioskop gak pake jalan ya? Langsung sampe dengan memejamkan mata. Iya, gitu ta?” ujar Dinda masih dengan mimik kesal dan nada sewot.
“Gak apa-apa tapi sewot gitu loh!” ledek saya.
Dinda yang awalnya duduk manis dihadapan saya langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa.
“Bohongnya itu loh yang bikin gue sewot. Jujur aja kenapa sih kalau emang gak suka ke pameran buku. Gue juga gak bakal maksa. Daripada bohongin gue kayak gini. Nyebelin banget."
Lain lagi cerita Dara. Ia begitu menyukai seorang laki-laki kakak kelasnya. Dan ia ingin sekali bisa pergi bersama dengan si kakak kelas suatu hari nanti. Tidak muluk-muluk. Jalan ke toko buku atau pameran buku bagi Dara sudah cukup membuat hatinya senang. Namun setiap kali Dara berusaha mengajak si kakak kelas pergi, ada saja alasannya.
“Kakak suka lihat pameran gak?” tanya Dara.
“Suka,” sahut si kakak kelas.
“Wah, besok lagi malas kemana-mana nih. Pengen di rumah aja ngurusin motor. Ajak yang lain aja ya?” kilah si kakak kelas.
Dara terdiam. Dia kecewa tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jika sudah mengatakan malas, diajak kemana pun tentu sudah tak mau. Percuma juga menawarkan acara lain.
Keluhan Dinda dan kecewanya Dara rasanya pernah kita alami ya? Atau bahkan kita sendiri malah yang melakukan hal itu. Mengatakan malas untuk sesuatu yang tidak kita sukai. Hanya karena merasa tidak enak hati jika mengatakan yang sesungguhnya. Iya kan? Hayo ngakuuuuu..... ?
Jika melihat kasus Dinda di atas tadi, wajar kalau ia merasa sewot terhadap Aleya. Sebab saat diajak pergi olehnya Aleya mengatakan malas. Itu artinya ia sedang tidak ingin melakukan suatu hal dalam hal ini pergi. Tetapi kenyataannya justru ia pergi bersama Rina. Itu namanya membohongi Dinda dengan dalih malas.
Juga perkataan si kakak kelas bahwa ia sedang malas kemana-mana. Padahal kenyataan yang sebenarnya ia tidak suka pergi dengan Dara. Dan itu artinya bohong toh? Sekecil apapun namanya berbohong tentu bukan perbuatan terpuji. Dan pihak yang dibohongi jika mengetahui tentu merasa kesal.
Karena ungkapan malas yang dilontarkan mereka, menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya memang tidak mau melakukan sesuatu. Itu jelas saja berbeda makna dengan dalih yang mereka utarakan. Kalau menurut artian mereka, sesungguhnya kata malas yang tercetus bermakna aku tidak suka.
Aleya tidak suka pergi melihat pameran sedangkan si kakak kelas tidak suka dengan Dara. Makanya tidak mengiyakan permintaan masing-masing kawan itu. Hanya tidak berani mengatakan terus terang. Begitu gamblangnya. Jadi perlu diperhatikan nih tentang makna sebuah kata agar tidak terjadi salah paham.
Terutama bagi remajanya yang sedang tertarik dengan lawan jenis. Berhenti berharap jika gebetan kita kerap melontarkan kata-kata "malas" saat kita ingin pdkt. Itu ungkapan secara halus kalau sebenarnya ia tidak menyukai kita.
#onedayonepost
#nopember2016
#tantanganmingguini
#artikelbebas
#nopember2016
#tantanganmingguini
#artikelbebas
ahahahahaha
BalasHapustulisan mbak denik kali ini beda
suka..suka..suka
keren
Terima kasih Mba Wid...hehe
HapusKerennn... Iya bener, gaya baru nih.
BalasHapusahahahaha bener bgt..
BalasHapus