Langsung ke konten utama

Tak Ada Tahun Baru di Rumah Kami

Malam pergantian tahun biasanya diwarnai dengan keseruan bareng keluarga atau teman-teman dekat. Menikmati kebersamaan sambil mengevaluasi diri atas pencapaian sepanjang tahun yang dilalui. Melambungkan angan dan mimpi yang ingin dicapai pada tahun berikutnya.

Istirahat sejenak di rumah yang baru (dokpri)

Namun tidak demikian denganku. Pergantian tahun 2021 menuju tahun 2022 kali ini aku berkutat dengan barang-barang dan perabot rumah yang seperti kapal pecah. Sebab aku pindah rumah. Tepat satu Minggu sebelum akhir tahun 2021.

Sebenarnya aku paling malas pindahan. Repot dan ribet. Belum lagi capeknya yang seperti orang digebukin. Tapi karena kondisi yang sudah tidak memungkinkan. Makanya aku terpaksa pindah rumah.

Rencana tersebut sudah lama tercetus. Tepatnya saat rumahku kebanjiran untuk pertama kalinya di akhir tahun 2019 menuju tahun 2020. Ketika itu memang curah hujannya sangat ekstrim. Sehingga daerah yang biasanya tidak pernah kebanjiran kena juga. Salah satunya daerah tempat tinggalku.

Panik dan tidak tahu harus bagaimana. Kerugian materi sudah tak terhitung. Karena baru pertama kali kebanjiran. Jadi tidak tahu apa yang mesti diselamatkan terlebih dulu. Yang ada cdalam pikiranku saat itu hanya buku dan koleksi kain batik. Lainnya pasrah saja. 

Jadi yang namanya televisi, kulkas, DVD dan lain-lain lewat deh. Alias rusak. Bagaimana tidak? Lha wong banjirnya setinggi dada. Jadi awal tahun 2020 aku benar-benar memulai semua dari nol.

Sejak itu rasanya ingin segera pindah rumah. Tapi tidak mudah bukan mencari rumah sesuai budget dan keinginan? Jadilah setiap hari berdoa agar jangan banjir lagi. Alhamdulillah sepanjang tahun 2020 semua baik-baik saja. Sampai pertengahan tahun 2021 aku merasa bahwa banjir yang kami alami dulu memang pengaruh cuaca yang ekstrim juga. Jika tidak ya semua biasa-biasa saja.

Namun feelingku merasa tak enak ketika tanah dan kebun di sekitar rumah berubah menjadi bukit-bukit kecil. Akibat gundukan puing-puing yang dibuang di sana. 

Jadi demi uang, si pemilik tanah atau kebun rela tanahnya dijadikan tempat pembuangan puing-puing bekas bangunan. Jelas saja tak ada lagi tanah resapan untuk curah hujan yang jatuh. Logikanya jika hujan deras pasti banjir.

Benar saja. Memasuki bulan Desember 2021, hujan mulai turun secara rutin. Bisa hitungan jam atau sepanjang hari. Nah, pada saat turun hujan deras selama dua jam tanpa henti. Rumahku kebanjiran lagi dong. Air masuk hingga setinggi mata kaki. 

Bayangkan. Dua jam sudah semata kaki. Bagaimana jika sehari semalam? Maka mau tidak mau aku putuskan untuk pindah rumah dalam Minggu itu juga. Pokoknya sebelum akhir tahun harus sudah pindah.

Satu harian aku mencari rumah yang cocok dengan budget tiap bulan. Namanya rumah masih ngontrak tentu bebas mau tinggal di mana saja. Yang penting cocok dengan kantong. 

Tapi aku tidak bisa asal cari rumah. Sebab ada adikku yang mesti dipertimbangkan kondisinya. Selain lingkungannya tidak banjir. Harus dekat dengan pedagang makanan. Sebab kami jarang masak. Juga tidak terlalu jauh dari rumah penduduk. Padat sekali jangan, berjauhan juga jangan. Sedang-sedang saja. Sebab aku jarang di rumah. Adikku biar tidak kesepian juga.

Setelah pencarian yang melelahkan. Akhirnya dapat juga rumah yang sesuai keinginan. Alhamdulillah. Aku bersyukur sekali. Meski harus ada beberapa perbaikan di sana-sini. Setidaknya kami terhindar dari banjir. Itu yang utama. Itu sebabnya tak ada tahun baru di rumah kami.

Aku sibuk dengan usung-usung barang. Kemudian menatanya di rumah yang baru. Satu Minggu tidak kelar-kelar. Tiap hari beberes rumah sampai malam. Badan letih langsung tidur. Benar-benar tidak tahu hari dan waktu.

Tahu-tahu esok hari ketika terbangun sudah tahun 2022. Itu pun tersadarnya akibat beberapa ucapan yang masuk di WAG.

"Ya, ampun. Ternyata sudah tahun 2022. Tak terasa ya? Semoga semuanya akan baik-baik saja. Sehat senantiasa. Dilancarkan rezekinya."

Itu harapan dan doaku. Untuk diriku sendiri juga untuk semua yang membaca kisahku ini. Selamat tahun baru ya? (EP)











Komentar

  1. Alhamdulillah, selamat atas rumah barunya Bun.

    Semoga berkah dan tidak kebanjiran lagi. Memang kalo suasana kebanjiran itu sangat menyedihkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih Mba. Iya, benar. Duh, jangan sampai mengalami yang namanya kebanjiran lagi. Enggak enak banget.. hehehe

      Hapus
  2. Alhamdulillah ya Mbak, tahun baru rumah baru.
    saya pun juga sejak pindah ke rumah ini mengingatkan 2019 lalu saat pertama kali pindah kesini, bisa bernafas lega karena sudah di hunian sendiri dan bebas banjir, secara di tempat sebelumnya which is kami menempati rumah Tante yang tidak dipakainya tapi tempatnya rawan banjir, tiap kali banjir harus ngungsi dan setelahnya repot bebersih. Shock terapi banget waktu pertama tinggal disana eehh gak lama kemudian disambut banjir, huhuhuh. *ehh jadi curhat, maapkan :D

    BalasHapus
  3. Suasana baru di awal tahun baru dengan rumah baru, Alhamdulillah. Semoga tempat tinggalnya slalu ada keberkahan. Amin..

    BalasHapus
  4. Wah seneng banget, tahun baru tinggal di rumah baru. Semoga betah dan gak kena banjir lagi..

    BalasHapus
  5. aamiin untuk semua doanya ya kak, semoga tahun 2022 ini menjadi lebih baik lagi untuk kita semua, lapang juga dalam rezekinya sehingga kita bisa membeli rumah baru tahun 2022 ini, aamiin kak

    BalasHapus
  6. Semoga di tempat tinggal baru bisa lebih aman y mba, aman dari banjirr
    Btw, emng kadang saking sibukny terhadap sebuah urusan sampai kita "lupa waktu" eh tahu-tahu udah ganti aja xixixi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Hehehe....iya, Mba. Lupa waktu karena kerjaan tuh cewek banget y.

      Hapus
  7. ya allah banjir sedada, kebayang tuh rapih2 barang2nya kaya apa. alhamdulillah mbak kalau ada tempat tinggal baru. barakallah, sehat2 sekeluarga mbak

    BalasHapus
  8. Pertama kali lihat banjir tuh dulu pas aku masih SD, Mbak. Itu saja rasanya aku ketakutan banget lihat banyaknair dan alirannya sangat deras. Waktu itu air nggak sampai masuk rumah. Eh, ini malah sampai sedada ya Mbak, ngeriiiii banget pasti. Insyaallah rumah barunya ini akan lebih aman dan nyaman ya mbak.

    BalasHapus
  9. Pertama kali lihat banjir tuh dulu pas aku masih SD, Mbak. Itu saja rasanya aku ketakutan banget lihat banyaknair dan alirannya sangat deras. Waktu itu air nggak sampai masuk rumah. Eh, ini malah sampai sedada ya Mbak, ngeriiiii banget pasti. Insyaallah rumah barunya ini akan lebih aman dan nyaman ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Iya, Mba. Trauma pastinya. Capek beberes setelahnya. Belum lagi melihat barang-barang yang tak terselamatkan. Sedih.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...