Langsung ke konten utama

Antara Aku, Gramedia dan Oasis

Bagi pencinta buku, nama Gramedia tentu sudah tidak asing terdengar. Puluhan tahun sudah toko buku Gramedia menjadi tujuan utama pencarian buku. Kelengkapan bukunya sudah tidak diragukan lagi. Di toko buku Gramedia, pelajar dan mahasiswa tak cuma memperoleh buku pelajaran.

Picture by Kompas.com

Perlengkapan sekolah, alat musik dan olahraga juga tersedia di sana. Di toko buku Gramedia para pekerja bisa mendapatkan perlengkapan kantor. Sederhananya toko buku Gramedia merupakan tujuan favorit keluarga. Terlebih pada akhir pekan. 

Bagi saya, toko buku Gramedia layaknya keragaman kosa kata.  Saat seorang kawan bertanya tentang buku terbaru dari penulis yang diinginkan, saya katakan, "Lihat saja di Gramedia!"  

Begitu pula saat ada kawan yang kebingungan mencari peralatan sekolah untuk tugas anaknya. Dalam cepat saya katakan, "Cari saja di Gramedia!"  

Apa pun keperluannya cari saja di toko buku Gramedia. Asal jangan mencari bahan kue dan bahan bangunan...hehehe. Kalau hanya teknik memasak, menjahit, konstruksi bangunan atau dekorasi ruangan. Semua bisa didapatkan di toko buku Gramedia.

Ada pula cerita seru terkait toko buku Gramedia. Saat membuat janji dengan seseorang. Entah itu kawan dekat, kerabat atau keluarga. Tempat  favorit yang mudah dijadikan patokan bertemu adalah  toko buku Gramedia. 

Ketika merasa jenuh dengan rutinitas sehari-hari maka toko buku Gramedia menjadi tempat pelarian yang asiik. Bahkan saat saya masih bersekolah dan memasuki libur panjang. Toko buku Gramedia ibarat rumah kedua. Hampir setiap hari saya berkunjung ke sana. Di Gramedia pula ada kisah seru antara saya dengan kawan sebangku di SMP. 

Dulu itu alat komunikasi tidak semudah sekarang. Jadi bila libur panjang tiba  rasanya jenuh sekali. Sebab tidak bisa bertemu dan bercerita dengan sobat karib kita. Maka ke Gramedia solusinya.

Nah, justru di toko buku  Gramedia tanpa sengaja kami bertemu. 

"Eh, elo ke sini juga?" ujar kawan saya tertegun.

"Lha! Elo juga di sini?" sahut saya tanpa bisa menutupi rasa senang saya. B.tidak menyangka.

"Iya. Habis jenuh di rumah," ujar kawan saya lagi. 

"Sama, gue juga jenuh!" kata saya."

"Ada yang mau gue ceritain sama elo. Cuma bingung bagaimana mau menghubunginya. Syukurnya bisa ketemu di sini.Senang rasanya," kata kawan saya lagi. 

Sejak itu selama liburan kami membuat janji bertemu di Gramedia. Membaca dan mencari buku-buku yang menjadi koleksi kami. Suatu hal yang menyenangkan bisa menghabiskan waktu di Gramedia bersama sobat karib.


Tapi ada hal-hal menyedihkan juga terkait keberadaan Gramedia. Saat di ajak menginap di rumah saudara yang berada di luar kota. Hal pertama yang saya tanyakan adalah toko buku Gramedia.

"Ada Gramedia tidak di sana?"

Begitu dijawab tidak ada. Huwaaa...hilang gairah hidup. 

Sama halnya ketika suatu hari saya berada di luar kota dan ingin bertemu dengan sahabat pena yang kebetulan ada di kota yang sama. Kata pertama yang tercetus di pikiran untuk tempat bertemu adalah Gramedia.

"Aku tunggu kamu di Gramedia saja ya? Biar mudah mencarinya," kata saya. 

Namun dengan santainya kawan saya itu menjawab.

"Wah, di sini tidak ada Gramedia."

Huwaaaa....terus saya mesti bagaimana dan kemana? Di luar kota, sendirian. Tidak ada Gramedia pula. Ibarat berada di tengah gurun. sejauh mata memandang hanya pasir yang tampak. 

Dalam kondisi seperti itu oasis merupakan surga yang dirindukan. Hal ini yang saya rasakan bila tak ada Gramedia. Gersang. Bagi saya Gramedia adalah oasis yang dirindukan itu. (EP)


Larindah, 28 Oktober 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...