Jilbab atau kerudung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kain atau kerudung lebar yang digunakan untuk menutupi kepala hingga dada, bagi orang perempuan muslim, yang disebut juga muslimah. Perempuan Islam di mana pun berada.
Aku dengan kerudung pertama yang dikenakan saat pertama kali memutuskan berhijab (dokumen pribadi)
Dalam Al-Qur’an sendiri sebagai kitab sucinya orang Islam, menutup kepala hingga dada merupakan kewajiban bagi tiap-tiap muslimah yang beriman. Jadi bukan untuk gaya-gayaan atau biar kearab-araban.
Namun dalam prakteknya, tidak semua perempuan muslim dengan serta merta mentaati perintah tersebut. Ada banyak alasan yang terlontar jika ditanyakan. Satu kata dan di-aamiinkan oleh semua adalah kalimat sakti ini. “ Belum siap.”
Jika alasannya belum siap? Lantas kapan siapnya? Sedangkan umur sungguh rahasia Allah. Sewaktu-waktu malaikat maut bisa menjemput kita tanpa pemberitahuan. Jika alasannya belum dapat hidayah? Wow...bukankah kita bisa minta petunjuk-Nya? Minta ditunjukkan jalan yang benar. Tetapi ya, yah...saya bisa memahami dan memaklumi perasaan mereka itu.
Hal ini pun pernah saya alami, dulu. Sewaktu saya belum mendapatkan hidayah. Tak ada secuil pun niat untuk berjilbab. Bahkan saya tak suka mendengar nasehat yang menyuruh-nyuruh untuk berjilbab. “Buat apa berjilbab kalau hatinya busuk!”
Astagfirullah!!! Saya sungguh malu terhadap Allah jika mengingat hal tersebut. Bagi saya saat itu, yang terpenting hatinya. Tak peduli pakaian kita seperti apa? Mau celana robek-robek, celana pendek atau baju kelekan. Selama hatinya baik, suka beramal, tingkah lakunya santun dan tahu menghargai orang tua. Itu rasanya sudah cukup untuk disebut sebagai manusia baik.
Ternyata begitu hidayah menghampiri saya, semua anggapan itu salah besar. Nol. Yah, semua kebaikan itu bernilai nol manakala kita, yang mengaku seorang muslim tak menjalankan perintah-Nya dalam hal berbusana. Taat dulu. Laksanakan perintahnya. Baru memperoleh nilai atas apa-apa yang kita lakukan.
Awal-awal memutuskan untuk berjilbab. Hijrah orang menyebutnya. Tentu ada perasaan khawatir dan was-was. Khawatir tak bisa bekerja lagi. Khawatir tak bisa bergerak bebas seperti dulu lagi. Dan khawatir dijauhi kawan-kawan. Sungguh besar rasa kekhawatiran itu menghinggapi hati. Sehingga terbersit rasa malu saat kumpul dengan kawan-kawan.
Malu karena terlihat berbeda. Tidak seperti dulu lagi. Malu diolok-olok hingga bimbang pun menghinggapi rasa. Yang berujung tidak totalitas dalam berjilbab. Mengenakan jilbab sih. Tapi dada kemana-mana. Pakaian tetap ketat membentuk tubuh. Modis dan gaul mereka menyebutnya. Astagfirullah!!!
Bersyukurnya saya bisa dengan cepat menghapus kebimbangan-kebimbangan di hati. Bisa teguh hati untuk mengatakan “tidak” mau ikutan-ikutan gaya yang sedang in. Meski harus keluar dari pekerjaan. Harus bertengkar dengan orang tua. Menjadi sorotan orang-orang sekitar kala itu. Kala jilbab masih dianggap aneh dan belum booming seperti sekarang.
Tetapi itulah yang disebut perjuangan. Berjuang di jalan Allah. Membela agama Allah. Biar pun kala itu saya hanya memiliki satu kerudung. Hanya beberapa potong kaos lengan panjang. Tapi tekad saya sudah kuat. Saya akan hijrah, dari perempuan berondol menjadi perempuan yang Allah kehendaki.
Mungkin saya akan dibilang tidak gaul. Ya, tak apa. Atau disebut tidak modis. Ya, tidak masalah. Yang terpenting saya baik di mata Allah. Biarlah saya terlihat berbeda saat kumpul dengan kawan-kawan. Saya tak takut menjadi berbeda di mata mereka. Yang terpenting saya terlihat istimewa di mata Allah. Aamiin....!!! Dan Alhamdulillah sampai sekarang semuanya baik-baik saja. Saya yakin, jika kita membela agama Allah. Pasti Allah akan menolong kita. Dan itu terbukti.
Jadi...beranikah kalian para perempuan muslim untuk berhijrah mulai saat ini? Harusnya. Mumpung ada umur. Mumpung masih diberi kesempatan. Berjilbab? Kenapa tidak?(EP)
#Beraniberhijrah
#Beranitampilbeda
#Onedayonepost
#Beranitampilbeda
#Onedayonepost
Selalu ada kisah menarik setiap perjalanan hijrah
BalasHapusBetul Mba Dewie dan sayang jika sesuatu yang sudah kita perjuangkan itu kini kita abaikan sendiri.
HapusSelalu keren mbak Denik...saya telah berjilbab sejak kuliah tapi sepertinya jilbab saya belum syari dan di rumah masih suka buka2 padahal kadang2 ada keluarga laki2 datang yg bukan muhrim. Huhu..
BalasHapus😣😣😥😥
Masih ada waktu untuk memperbaiki diri kok Mba... Hehehe
HapusMari belajar berhijrah
BalasHapus