Langsung ke konten utama

Ketika Poligami Menghampiri

POLIGAMI. Siapa yang tak mengenal kata itu? Kata yang seperti momok bagi makhluk bernama perempuan. 

Beberapa waktu belakangan ini marak di media sosial umbaran kata-kata bernada makian dan kutukan bagi para pelakor. Sebutan bagi mereka yang menikah dengan lelaki yang sudah beristri.

Baik itu dilakukan dengan cara terang-terangan maupun secara diam-diam. Nyatanya poligami sangat menyulut bara emosi kaum perempuan. 

Entah itu oleh mereka yang mengalaminya sendiri atau mereka yang berempati sebagai sesama perempuan. Dengan alasan apapun mereka menentang adanya poligami.

Sementara bagi mereka kaum lelaki, makhluk yang dalam kasus poligami merupakan si pelaku. Tidak terlalu banyak mengumbar kata-kata. Walaupun sekadar pembelaan diri. Mereka seolah biasa saja.

Mungkin karena memiliki dasar yang kuat. Yakni firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 3 yang bunyi artinya sebagai berikut:

"Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja. Atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim"

Atas dasar itulah mereka seolah memiliki tameng yang datangnya langsung dari Sang Pencipta. Sehingga merasa aman dan biasa saja. Apalagi kehidupan rumah tangga Rosulullah sendiri  beristrikan lebih dari satu.

Sebagai manusia biasa tentu harapannya bisa memiliki kehidupan rumah tangga yang normal. Tidak neko-neko dan jauh dari masalah yang berarti. 

Namun karena hidup bukan kita yang mengatur.  Melainkan ada Sang Khalik yang lebih berkuasa atas hidup kita. Maka kita tinggal menjalani saja apa-apa yang sudah menjadi ketentuan-Nya. Termasuk masalah poligami.



Lalu bagaimana ketika apa yang dijalani ternyata jauh panggang dari api? Kita maunya begini tapi yang terjadi malah begitu. Takdir berkata lain. Suami yang selama ini kita banggakan rupanya telah mendua. Kita dengan terpaksa harus menerima kenyataan pahit. Di madu.

Tentu tak ada yang ingin mengalami hal tersebut. Namun jika sudah terjadi, apa yang seharusnya dilakukan. Terutama bagi kita perempuan muslimah. Apakah langsung minta ditalak? Meradang dan memaki-maki di media sosial? Menghajar si pelakor?

Semua tindakan tersebut "benar" menurut pihak yang tersakiti. Bagaimana menurut kacamata agama? Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan ketika poligami menghampiri:

Bicarakan dengan kepala dingin


Meski hati terasa sakit, isi kepala ingin meledak. Hal ini harus ditanyakan dan dibicarakan dengan pasangan. Tidak lantas marah-marah membabi buta. Tentu ada sebab yang mendasari hal tersebut terjadi. Dari sana kita akan tahu akar permasalahannya. Sehingga bisa mengambil tindakan selanjutnya. Bercerai bukan pilihan terbaik. Karena Allah sangat membenci hal tersebut. Apakah sebagai muslimah yang baik kita akan melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah?

Introspeksi Diri


Mungkin tidak mudah melakukan hal ini. Apalagi dalam kondisi tersakiti. Itulah kenapa harus dibicarakan dengan kepala dingin. Tidak perlu lagi saling menyalahkan. Baik pasangan atau pun diri kita sendiri tentu memiliki kekurangan. Entah pasangan yang mudah tergoda atau kita yang tidak terlalu peduli lagi dengan pasangan. Apapun itu jadikan cermin diri. Satu jari menunjuk orang lain, empat jari mengarah ke diri kita.

Terima qodar dengan lapang hati

Jika apa yang kita lakukan rasanya tak ada yang salah, tapi kok tetap mengalami hal ini. Maka inilah qodarullah yang harus kita jalani. Sebagai orang yang beriman tentu kita paham betul apa itu qodar? Ketetapan yang sudah Allah jatuhkan bagi tiap-tiap hamba, jauh sebelum langit dan bumi ini diciptakan.

Kita hanya perlu bertawakal kepada Allah. Yakinlah bahwa apa-apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya tentu memiliki maksud. Tidak mungkin Allah menetapkan suatu perkara tanpa ada maksud. Maksud itu pasti baik bagi si hamba. Hanya saja kita tidak tahu maksud Allah tersebut.  Yakin saja hal itu pasti baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan hamba--Nya.

Baik sangka dan hapus was-was


Ya, baik sangka terhadap Allah adalah hal terbaik yang mampu menenangkan hati. Jika bukan kepada Allah kita kembalikan segala yang terjadi, mau kemanakah kita mengadu? Hapus perasaan was-was dan khawatir. Khawatir akan kasih sayang pasangan yang berkurang dan rezeki yang tak sama lagi. 

Secara logika mungkin terlihat seperti itu. Namun jangan lupa. Bukankah setiap manusia telah memiliki rezekinya masing-masing? Selalu baik sangka saja pada Allah.  Allah itu sebagaimana prasangka kita.

Sabar dan berdoa yang baik-baik

Apalagi yang bisa kita lakukan selain sabar? Karena demikian itu lebih baik daripada berkoar-koar mengutuk sana-sini melalui media sosial. Hal tersebut sama saja dengan dosa mendosakan. Tingkatkan kedekatan kita kepada Allah. Berdoalah dengan yang baik-baik. Sebagai muslimah yang baik dan hamba yang beriman. Kita tahu bahwa segala cobaan hidup jika tak mampu diselesaikan, maka sabar dan sholat sebagai jalan keluar terbaik.


Demikian hal-hal yang sepatutnya dilakukan jika cobaan poligami menghampiri. Sebab bercerai bukanlah jalan keluar terbaik. Mengumpat dan mengadu ke sana-sini juga bukan perilaku terpuji. Satu hal yang harus diyakini. Bahwa ganjaran bagi perempuan yang tetap sabar dan tawakal dicoba dengan cobaan seperti ini, ganjarannya adalah surga. Aamiin.....



Pamulang, 16 Nopember 2017


Komentar

  1. Wah tema yang hot nih, Bu Denik

    Menurutku poligami halal tapi harus sesuai adab. Yang pasti sebaiknya disertai izin R1 dan tidak diawali dengan zina.

    Lebih baik belajar mencintai Allah ya, Bu Denik karena Dia akan selalu memberikan ketenangan dan yang terbaik untuk kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba. Dan masalah poligami bisa terjadi pada siapa saja. Siap atau tidak siap. Jangan sampai masalah seperti ini justru menjauhkan kita dari-Nya. Terima kasih ya Mba sudah berkunjung.

      Hapus
  2. Itulah mba... ujiannya berat ganjarannya juga ga tanggung2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Ini ujian terberat bagi perempuan yang sudah berkeluarga. Pokoknya selalu berdoa minta yang terbaik saja. Karena qodar bisa berubah dengan doa. Terima kasih atas kunjungannya ya Mba.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Hihihi...iya, Mba. Terima kasih ya atas kunjungannya.

      Hapus
  4. Balasan
    1. Hahahaha...sedap-sedap gimana ya Ada? Btw terima kasih sudah berkunjung.

      Hapus
  5. Tema yang selalu jadi kontroversi di kalangan pasutri 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Tidak mudah dan tidak semua bisa berlapang hati.

      Hapus
  6. Poligami...ini selalu jadi benang ruwet jika dibicarakan. Saran mbak Denik betul banget. Apalgi pada poin instropeksi diri. Nggak mungkin ada akibat kalau nggak dipicu dengan sebab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Cuma kan tidak semua bisa tenang menghadapi hal semacam ini.

      Hapus
  7. Mabtaaap...mbak Denik dh sisp nih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... terima kasih Mas. Terima kasih sudah berkunjung.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mahoni. Usianya lebih

Alhamdulillah Bisa Kentut

Uuupppss!!! Ini bukan bicara jorok atau kotor. Tapi hanya untuk mengingatkan. Bahwa maaf, kentut itu termasuk anugerah terindah yang patut disyukuri. Loh! Kok? Eits, jangan bengong begitu ah. Coba saja rasakan ketika kita beberapa hari ternyata enggak bisa kentut. Rasanya ini perut kembung dan enggak enak. Tapi begitu bisa kentut. Rasanya legaaaa...sekali. Bisa terbayang toh bagaimana mereka yang tidak bisa kentut atau BAB (Buang air besar) akhirnya harus ke rumah sakit untuk diambil tindakan. Maka bersyukurlah kita yang bisa kentut setiap saat. Selama ini kita mengucapkan syukur itu jika berhubungan dengan rezeki dan sesuatu yang menyenangkan.  "Alhamdulillah dagangan hari ini ludes."  Atau  "Alhamdulillah si kakak juara kelas." Sangat jarang jika mengeluarkan kentut langsung mengucap Alhamdulillah. Padahal kentut salah satu nikmat yang luar biasa.  Jadi mulai sekarang biasakan mengucap syukurnya bukan saja ketika berhubungan dengan rezeki dan gengsi.

Gaya Rambut Muslimah yang Dianjurkan

Gaya rambut seseorang biasanya mengikuti karakter diri orang tersebut. Jika ia seorang yang aktif dan energik. Maka gaya rambut yang dipilih biasanya model Demi Moore. Itu loh si cantik di film Ghost. Gaya rambut ala Demi Moore Image foto by Lifestyle Okezone Gaya rambut ala Demi Moore sempat nge-hits di jamannya. Atau gaya rambut ala Putri Diana. Mendiang istri Pangeran Charles dari Inggris ini tetap cantik dan anggun meski berambut pendek. Gaya rambut ala Putri Diana Image foto by pinteres Bagi orang yang memiliki rambut panjang disebut sebagai orang yang sabar. Karena memiliki rambut panjang memang butuh kesabaran. Terutama dalam hal perawatan. Image foto by tagged.com Sementara orang yang menyukai gaya rambut pendek disebut sebagai orang yang tidak sabaran. Ingin serba cepat dalam bertindak. Tentu orang yang seperti ini tidak akan sabar kalau harus merawat rambut. Itu semua pendapat yang saya yakini ketika belum berhijab. Setelah berhijab dan mengetahui