Memasak dan mengurus dapur kodratnya dikerjakan oleh seorang perempuan. Tabu jika seorang laki-laki masuk ke dapur. Tampak aneh apabila ada seorang laki-laki yang pandai memasak. "Jangan-jangan dia banci." Begitu bisik-bisik yang terdengar. Dulu. Ya, itu adalah pendapat masyarakat jaman dahulu.
Seiring perkembangan jaman, kini sudah tidak asing lagi jika mendengar dan melihat ada seorang laki-laki, tampak hebat dan pandai dalam urusan masak-masak. Apalagi dengan dukungan media elektronik (televisi) yang menayangkan acara masak-memasak, yang dipandu seorang chef dengan penampilan menarik. Maka mulailah, chef dikenal oleh masyarakat luas sebagai pekerjaan yang cukup menjanjikan.
Sebut saja Rudi Choirudin, Chef laki-laki yang sangat populer di jamannya. Hampir semua ibu-ibu mengenal sosoknya. Selain itu ada Farah Quinn, chef cantik yang selalu dinantikan kehadirannya. Bukan saja oleh kaum hawa tetapi juga kaum adam. Kombinasi yang cukup sempurna. Muda, cantik, pandai memasak pula.
Lalu ada beberapa nama chef yang kemudian muncul dan dikenal oleh masyarakat karena ciri khasnya masing-masing. Ada chef Juna, Chef Marinka, chef Ranu Visudha dan lain-lain. Nama chef Ranu Visudha menarik perhatian saya karena kiprahnya yang mampu memecahkan rekor Muri dengan membuat kreasi 100 mie dalam waktu 3 jam.
Mie? Ya! Semua orang tentu mengenal dan menyukai jenis makanan satu ini. Dan semua orang juga tahu kalau olahan mie itu paling-paling hanya bisa dimasak dengan cara digoreng atau direbus. Tetapi ditangan seorang chef Ranu Visudha, mie bisa ia olah dengan 100 macam kreasi.
Hebatnya! Semua itu ia lakukan dalam waktu 3 jam.
Beruntung saya bisa bertemu dan berbincang langsung dengan chef Ranu dalam suatu kesempatan khusus. Banyak hal yang kami perbincangkan, terutama kiprahnya dalam dunia masak-memasak, hingga bisa memecahkan rekor Muri. Yang mencengangkan dalam perbincangan itu, ternyata chef Ranu sama sekali tak memiliki latar pendidikan dalam dunia masak-masak. Semua ia jalani secara otodidak.
Bermula dari pekerjaannya sebagai pemandu acara. Ketika pada suatu hari ia dipercaya memandu acara yang dibintangi oleh Rudi Choirudin dan Ibu Siska, terbersit dalam benaknya akan keseruan pekerjaan itu. Di situ awal ketertarikan chef Ranu pada dunia masak-memasak. Tetapi baru sebatas tertarik. Karena pekerjaan dan hidupnya masih mengharuskan ia berpindah dari satu kota ke kota lain.
Mulai dari kota Bandung, Surabaya dan Makassar sudah ia jelajahi. Pada saat di Surabaya itulah, tahun 2012 karirnya sebagai chef dimulai. Tetap diawali sebagai pemandu acara lalu mencoba membuat demo sendiri, ternyata responnya cukup baik. Dari situ ia dikenal sebagai seorang chef. Surabaya membuat namanya melambung dan dikenal orang banyak.
Namun karena alasan keluarga ia kembali ke Jakarta. Memulai kembali dari nol dan meninggalkan popularitas yang sudah diraih di Surabaya, bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi seluruh masyarakat di sana menyayangkan kepergiannya itu. Tetapi keputusannya sudah bulat. Ia pun kembali ke Jakarta.
Rupanya tidak sia-sia kembalinya ia ke Jakarta. Kerena selang beberapa bulan sekembalinya dari Surabaya, sang ibu berpulang ke Rohmatulloh. Meskipun merasakan kesedihan yang mendalam, tetapi ia merasa lega karena bisa menemani sang ibu di akhir hayatnya.
Hidup dalam keluarga broken home sudah dialami chef Ranu sejak kecil. Selama itu ia bisa menjalani semua dengan baik. Meskipun harus bekerja keras sejak kecil. Sebab ia adalah anak tertua dari tujuh bersaudara. Tetapi pada saat harus kehilangan sang ibu, ia merasa hidupnya terasa hampa. Galau, itu yang ia rasakan setiap harinya. Maka demi menghilangkan ke galauan itu, pergilah ia ke Makasar. Menjumpai salah satu kawannya di sana.
Di sana ia bergelut dalam dunia masak-memasak lagi. Karena si kawan memiliki usaha restoran. Mulai dari membantu si kawan sampai membuat demo sendiri ia jalani semua, dan ternyata di respon dengan baik. Namun di saat ia sedang meniti kariernya lagi. Ada tawaran dari Jakarta yang sungguh tidak di duganya. Ia pun kembali ke Jakarta. Setelah menerima tawaran pekerjaan di Jakarta yang juga berhubungan dengan masak-memasak, perlahan-lahan tawaran pekerjaan lain pun berdatangan.
Karirnya sebagai seorang chef pun mulai diperhitungkan. Tahun 2015 MURI menawarkan project membuat kreasi 100 mie dalam waktu 3 jam. Beberapa chef telah ditawari juga dan merasa tidak sanggup. Bagi chef Ranu inilah saatnya pembuktian diri. Maka diterimalah tawaran itu. Dan berhasil. Jadilah ia si pemecah rekor MURI tersebut.
Kini ia pun bisa disejajarkan dengan chef lain yang tersohor di negeri ini. Hal ini membuktikan bahwa tanpa pendidikan formal pun, selama ada bakat, bisa di asah dengan baik. Siapa menyangka bahwa seorang chef Ranu hanya lulusan SMK. Dan siapa menyangka pula bahwa dalam mempraktekkan bakat memasaknya pertama kali, ia menggunakan media singkong sebagai bahan uji coba.
Semua itu ia lakukan karena keterbatasan ekonomi.
Tetapi justru keterbatasan itulah yang akhirnya membawa ia menembus batas dunia chef yang mulai kesohor di negeri ini. Dan mampu membawanya menembus awan menuju belahan bumi lain. Yakni luar negeri. Pada akhirnya, selama masih di bumi, apa pun itu bisa menjadi mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. (EP)
kereeen..mnak denik, kalau ada kesempatan ketemu sama chef juna,ajak aku yaaa, hehehe
BalasHapusNgefans chef Juna yaaaa..hehehe
HapusNgefans chef Juna yaaaa..hehehe
Hapussukses utk temanku Denik dan tulisan2 nya yg lain...
BalasHapussukses juga utk temanku Chef Ranu Visadha..
senang dan bangga mengenal kalian����
lope lope��
Makasih Niar atas kunjungan dan supportnya
HapusDenik or erni cayoo tulisanya...😘👍 smoga sukses unt my frend denik and ranu... amiiinn
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya ke blog ini. Sukses juga untukmu.
HapusTerima kasih atas kunjungannya ke blog ini. Sukses juga untukmu.
HapusChef lebih banyak cowok ya..
BalasHapusIya mba Wid...
HapusIya mba Wid...
HapusNgomongin makanan bikin laperr
BalasHapusHehehe
Hapus