Langsung ke konten utama

Artistis vs Eksistensi

Seiring perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Daya kreativitas masyarakat semakin tinggi dan terbuka. Graffiti atau seni mencoret-coret di tembok yang dahulunya dilarang. Harus sembunyi-sembunyi melakukannya. Kini seolah sudah menjadi kebutuhan sebagai bagian dari seni.

Dokumen pribadi

Kita bisa melihat seni semacam itu diberbagai tempat. Mulai dari pusat perbelanjaan sampai sudut-sudut kota. Terutama yang menjadi pusat hiburan masyarakat. Atau tempat rekreasi dan wisata dalam kota.

Di kota Bandung kita bisa menjumpai hal tersebut di sekitar jalan Asia-Afrika dan di depan alun-alun. Tembok di sepanjang  jalan itu penuh coretan dan gambar dengan berbagai tema. Membuat mata menoleh bagi siapa saja yang melintasi daerah itu.

Menjadi tempat untuk selfie atau wifie bagi mereka yang sangat eksis di media sosial.
Begitu pun yang terlihat di dalam mall atau pusat perbelanjaan. Dinding mall yang dilapisi baner dengan gambar unik menjadi ajang anak muda untuk bergaya. Demi mendapatkan foto terbaru untuk diposting sebagai eksistensinya di dunia maya.

Begitulah kondisi yang terjadi di dalam masyarakat sekarang ini. Hal-hal yang terlihat artistik menjadi sasaran mereka bergaya demi eksistensi dunia Maya. Kemajuan atau kemundurankah kondisi seperti ini? Dikembalikan kepada pribadi dan pendapat masing-masing saja.

Bagi para pelaku seni tentu ini sebuah kemajuan. Karya mereka dihargai dan diterima dengan baik. Namun bagi mereka yang hanya senang bergaya dan gaya-gayaan saja. Hal ini membuat mereka semakin candu untuk mencari dan selalu tampil gaya dimana-mana.

Tidak salah memang. Namun perlu diingat, eksistensi di dunia maya harus diimbangi dengan prestasi di dunia nyata. Itu baru oke.


#onedayonepost
#februari2017
#harike-14
#ragampendapat








Komentar

  1. Setuju deh sama mba Denik 😀😀

    BalasHapus
  2. betul mbak, dunia maya dan dunia nyata harus berimbang, agar tidak ada saling merugikan :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...