Hidup ini seperti halnya perputaran roda. Kadang posisi kita ada di atas. Tapi lain waktu sudah ada di bawah. Dalam kondisi di bawah, rasanya hidup kita itu merana sekali. Lalu protes kepada Tuhan sampai kapan seperti ini? (Bosan susah)
Dokumen pribadi
Jika perasaan seperti itu dibiarkan merajalela. Maka bisa menggerogoti lahir dan batin kita. Karena itu harus segera dibuang jauh-jauh perasaan seperti itu. Caranya? Lihat Sekitar kita.
Ya, lihatlah sekitar kita. Akan banyak kesyukuran yang kita ucapkan jika mau melihat sekeliling kita. Pedagang keliling yang mendorong pulang dagangannya yang utuh. Tukang becak yang mengayuh pedalnya di tengah teriknya matahari. Semua itu mereka lakukan demi mencari rupiah untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Kita yang mencari rupiah diruangan ber-AC atau duduk manis di meja resepsionis. Atau yang berdiri seharian sebagai satpam atau penjaga toko. Seringkali mengeluh atas pekerjaan yang membosankan itu. Dan terlintas untuk keluar dari pekerjaan karena tak sudi dimaki-maki.
Hadeuuh. Jika menuruti hati memang begitu. Namun hidup kan tidak selamanya mulus. Di mana pun kita bekerja akan menemui suasana tak enak. Tapi ya harus dinikmati. Syukuri karena pekerjaan yang dimiliki sekarang ini masih lebih baik dari mereka para pedagang keliling dan tukang becak itu.
Dengan melihat sekitar kita, maka rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa semakin kuat. Tak ada itu gundah gulana. Senang-senang kan diri saja sambil bernyanyi.
"Buat apa susah, buat apa susah. Susah itu tak ada gunanya."
#onedayonepost
#febtuari2017
#harike-1
#renungandiri
#febtuari2017
#harike-1
#renungandiri
Iya bener mbak denik, mksii mengingatkan saya utk bersyukur.
BalasHapusIya betul. Pahami dan syukuri ^^ alhamdulillah
BalasHapus