Azan subuh baru saja selesai berkumandang. Saya bergegas mengambil air wudhu guna menunaikan kewajiban salat lima waktu.
Suara hujan masih terdengar deras. Padahal sudah sejak malam hujan turun. "Berarti hujannya awet," pikir saya. Karena tak ada yang ingin dilakukan dalam kondisi seperti ini, meski tanggal merah. Maka saya berniat menyelesaikan tulisan yang sudah sejak tadi malam saya ketik.
Mengawali tahun baru dengan tulisan. Sebuah niat awal untuk bisa konsisten menulis setiap hari di tahun 2020. Untuk itu harus dimulai dari sekarang. Saya pun bergegas untuk menunaikan salat subuh.
Baru satu rakaat usai, adik saya terbangun sambil berteriak-teriak. "Banjir. Kasur gue basah nih." Saya sedang menyelesaikan rakaat kedua. Usai salam, saya merasakan sajadah yang digunakan basah.
Tak lama saya melihat air mulai menggenang di lantai sebatas mata kaki. Astaghfirullah, rumah saya kebanjiran. Saya segera melempar sajadah dan mukenah yang basah ke keranjang cucian kotor. Selanjutnya mencabut kabel-kabel listrik. Kemudian menyambar buku-buku di rak bawah yang belum terkena air. Memindahkannya ke atas lemari.
Dokumen pribadi
Begitu seterusnya. Bagi saya koleksi buku harus diselamatkan lebih dulu. Karena repot kalau sudah basah. Ada beberapa buku yang terlambat diselamatkan. Sedih. Tapi mau bagaimana lagi.
Selanjutnya koleksi kain. Aduh, saya tak bisa membayangkan jika sampai kain-kain tersebut kena banjir. Selebihnya saya pindahkan ke atas lemari juga barang-barang yang dikira penting.
Hujan masih terdengar di luar sana. Sedangkan ketinggian air di rumah mulai meningkat menjadi setinggi lutut. Tetangga sekitar mulai terdengar panik. Saya terkejut ketika kulkas di rumah tumbang. Jadi mengambang di air. Saya langsung memikirkan nasib buku-buku dan koleksi kain jika semua lemari di sini mengalami nasib yang sama dengan kulkas.
Kulkas yang mulai tumbang
Dengan segera saya naik ke atas kursi dan memaku tembok untuk tempat menggantung tas. Buku-buku dan kain dengan segera saya pindahkan ke dalam tas lalu menggantungkannya di tembok. Saya tidak terlalu memikirkan pakaian atau perabot rumah. Pasrah. Itu yang bisa dilakukan.
Ketinggian air semakin meningkat hingga setinggi pinggang. Motor sudah terendam. Sementara hujan belum juga reda. Saya pun memutuskan untuk keluar dari rumah dan mengungsi. Keselamatan diri lebih penting.
Saya pun segera meraih tas ransel siaga bencana. Tas yang berisi semua keperluan yang penting-penting. Termasuk berkas-berkas. Lalu mengenakan jas hujan. Mendorong SiMas, sepeda kesayangan menerobos banjir dan hujan yang curahnya semakin meningkat.
Meski dengan susah payah akhirnya saya bisa meloloskan diri dari kepungan banjir. Tetangga sekitar kebanyakan bertahan. Mereka tidak ingin meninggalkan rumahnya. Khawatir ada yang menjarah.
Saya pribadi sudah tak memikirkan harta benda. Pokoknya menyelamatkan diri dulu. Nanti dipikirkan bagaimananya. Tak peduli meski pintu rumah tak bisa dikunci. Benar-benar pasrah dan mengikhlaskan semua.
Di tempat mengungsi yang adalah rumah adik dan ketua RT tak terdampak banjir. Pikiran tak tenang mengingat motor masih di sana. Akhirnya menjelang sore saya ajak keponakan untuk mengambil motor sambil mengecek kondisi sekitar tempat tinggal.
Ternyata kondisi di sana masih banjir, belum surut meski hujan sudah reda. Jadilah malam itu bermalam di tempat mengungsi. Alhamdulillah motor saya bisa diselamatkan.
Yah, saya pun mengawali tahun baru dengan kebanjiran. Peristiwa yang baru pertama kali ini saya alami. Inilah musibah. Lokasi tempat tinggal sebenarnya aman. Bukan di dataran rendah atau dekat aliran sungai. Tetapi bisa terkena banjir sampai setinggi itu. Awalnya tak percaya. Tetapi sudahlah, dinikmati saja. Mau bagaimana lagi? Innailaihi wa innailaihi rojiun. Saya terima semua ini sebagai bagian dari qodarullah. (EP)
Ketinggian air semakin meningkat hingga setinggi pinggang. Motor sudah terendam. Sementara hujan belum juga reda. Saya pun memutuskan untuk keluar dari rumah dan mengungsi. Keselamatan diri lebih penting.
Mulai nangkring di kursi
Saya pun segera meraih tas ransel siaga bencana. Tas yang berisi semua keperluan yang penting-penting. Termasuk berkas-berkas. Lalu mengenakan jas hujan. Mendorong SiMas, sepeda kesayangan menerobos banjir dan hujan yang curahnya semakin meningkat.
Meski dengan susah payah akhirnya saya bisa meloloskan diri dari kepungan banjir. Tetangga sekitar kebanyakan bertahan. Mereka tidak ingin meninggalkan rumahnya. Khawatir ada yang menjarah.
Saya pribadi sudah tak memikirkan harta benda. Pokoknya menyelamatkan diri dulu. Nanti dipikirkan bagaimananya. Tak peduli meski pintu rumah tak bisa dikunci. Benar-benar pasrah dan mengikhlaskan semua.
Di tempat mengungsi yang adalah rumah adik dan ketua RT tak terdampak banjir. Pikiran tak tenang mengingat motor masih di sana. Akhirnya menjelang sore saya ajak keponakan untuk mengambil motor sambil mengecek kondisi sekitar tempat tinggal.
Kondisi sekitar rumah saat sore hari
Ternyata kondisi di sana masih banjir, belum surut meski hujan sudah reda. Jadilah malam itu bermalam di tempat mengungsi. Alhamdulillah motor saya bisa diselamatkan.
Upaya penyelamatan motor
Yah, saya pun mengawali tahun baru dengan kebanjiran. Peristiwa yang baru pertama kali ini saya alami. Inilah musibah. Lokasi tempat tinggal sebenarnya aman. Bukan di dataran rendah atau dekat aliran sungai. Tetapi bisa terkena banjir sampai setinggi itu. Awalnya tak percaya. Tetapi sudahlah, dinikmati saja. Mau bagaimana lagi? Innailaihi wa innailaihi rojiun. Saya terima semua ini sebagai bagian dari qodarullah. (EP)
#Writer
#Odoper
#BloggerMuslimah
#BloggerPerempuan
#BanjirJabodetabek
Turut berduka, Mba. Rumah orangtua juga kemarin kebanjiran hingga sepaha. Sedih lihat dan dengernyaa...
BalasHapusTerima kasih Mba. Turut prihatin juga. Iya, namanya musibah tidak bisa diduga.
HapusYa Allah Mbak, aku hanyut dengan tulisanmu mengenai banjir. Semoga yang pertama dan terakhir. Enggak bisa membayangkan bagaimana beratnya orang² yang menghadapi banjir.
BalasHapusAamiin. Iya, Mba. Semoga tidak terulang lagi. Jadi bisa merasakan mereka yang terkena banjir lebih parah dariku.
HapusSekarang gimana kondisinya Mbak?
BalasHapusAlhamdulillah sudah pulih Mba.
HapusYa Allah mb Denik. Turut prihatin pernah ngalamin begini saat stay di kalisari jaktim. Kayaknya musibah kmrn mmg agak besar ya, tanteku di Bekasi sampai ngungsi pake perahu karet, hampir seatap katanya. Biasanya paling parah selutut doang. Semoga brg2 yg rusak diganti dg rezeki yg lebih baik. Aamiin
BalasHapusAamiin. Terima kasih Mba. Memang kemarin itu bisa dikatakan musibah nasional.
Hapus
BalasHapusTurut berduka ya, mba. Semoga diganti lebih baik barang-barang yang rusak. Segera normal kembali keadaannya.
Aamiin. Iya, Mba Alhamdulillah semua sudah kembali normal.
HapusMbakkkk, semoga ini yang pertama dan terakhir. Meski aku kemaren gak kebanjiran, tapi komplekku yang blok belakang banjirnya cukup parah, orang-orang di blok belakang juga nitip kendaraannya di sekitaran blokku yang lebih tinggi.
BalasHapusSegala kondisi yang ada juga semoga segera pulih ya mbaa
Iya, Mba. Semoga yang terakhir. Benar-benar senep ngeliat barang-barang mengambang di air.. hehehehe
HapusYa Allah mba.. Mba masih gesit gak panik. Kao saya udh panik gak tau mau apa. Salut sama mba Denik
BalasHapusHehehehe...habis mau gimana lagi? Kalau begini cuma diri sendiri yang bisa mengantisipasi.
HapusTurut prihatin ya Mba, semoga Allah melindungi semua keluarga & tetap sabar.
BalasHapusAamiin. Terima kasih Mba.
HapusKasian ya Mbak denik, kok bisa seperti itu ya Banjirnya, kalau di pikir2 hujan sejak malam tapi air datang di pagi hari, berarti banjir kiriman kan ya, yang sabar ya Mbak semua ada hikmahnya :)
BalasHapusIya, kalau dipikir enggak masuk logika... hehehe. Namanya musibah tak kenal logika. Suka-suka Allah ya... hehehehe. Terima kasih atas supportnya.
HapusMusibah banjir di awal tahun yang menimpa wilayah jabodetabek memang memprihatinkan. Semoga segalanya kembali membaik dan yang terkena musibah bisa sabar dan ikhlas menerima semuanya.
BalasHapusAamiin. Iya, Mba. Ini musibah nasional. Banyak yang tidak menduga rumahnya bakal kebanjiran. Karena merasa dilingkungan yang aman. Seperti yang saya alami ini.
HapusMbaa... Yang sabar yaa, aku pernah jadi korban banjir d Karawang tahun 2007-an saat aku masih SMP. Rasanya berat banget, apalagi usaha org tua juga ikut ambyar, dan akupun nulis soal banjir ini di postingan blog mbaaa. Semoga luka membekas ini segera berlalu ya mba, semangat :))
BalasHapusHai, Mba. Iya, harus semangat. Banjir pasti berlalu... hehehe. Terima kasih atas supportnya.
HapusMbak, aku ikut prihatin ya. Semoga ini yg terakhir.
BalasHapusAdikku di Bekasi juga kena, tapi cuma selutut aja.
Musibah seperti ini memang gak bisa diduga, tapi aku salut mbak sudah siapkan ransel siaga bencana. Apa pun yang terjadi, pasti ada maksud baik Allah setelahnya. Aamiin.
Benar Mba. Saya juga percaya pasti ada hal baik yang akan didapat dibalik semua ini. Cuma kita belum tahu saja. Terima kasih atas supportnya.
HapusTetap semangat Mba Denik, jujur tiap kali lihat view macem gini aku sendiri langsung speechless. Enggak kebayang, gimana kalau banjir kayak gini menimpa aku. Yang sabar ya mbaa, hiks.
BalasHapusIya, dulu juga cuma melihat berita banjir. Eh, sekarang dikasih cobaan banjir. Jadi merasakan deh rasanya kebanjiran... hehehe. Terima kasih atas supportnya.
HapusAstahhfirullah mb
BalasHapusSaya pun di atas merasakan gejolakny
Gimana d bawah
Ya Allah
Turut sedih y mb
Smoga diganti dg yg jauh lebih baik aamiin
Aamiin. Terima kasih Mba atas doa dan supportnya.
HapusLuar biasa ya mba, namun percayalah selalu ada hikmah yang terselip disetiap keadaan pastinya.
BalasHapusBenar Mba. Diambil hikmahnya saja.
HapusTahun ini memang curah hujan tertinggi dalam sepanjang 1,5 abad ini kalau menurut berita. Jadi banyak wilayah yang biasanya masuk wilayah aman, terkena banjir juga. Qodarullah, semua terjadi atas kehendak-Nya, dan pasti ada hikmahnya.
BalasHapusIya, sudah qodarullah. Mau bagaimana lagi? Dinikmati saja... hehehe. Terima kasih atas supportnya ya Mba.
HapusTabah dan sabar ya mbak, insyaAllah akan bertabur rezeki yang bermanfaat dan hikmah yang berlimpah. Tetap semangat.
BalasHapusAamiin. Terima kasih atas supportnya Mba. Iya, harus semangat.
HapusTurut berduka juga liat teman-teman yang rumahnya kebanjiran pas tahun baru. Ternyata Mbak Denik juga mengalaminya. Yang sabar ya, Mbak. Memang semua terjadi atas kehendak Allaah dan benar pasti ada hikmah dibalik bencana banjir yang melanda Jakarta dan daerah di sekitarnya awal di awal tahun ini
BalasHapusTerima kasih Mba atas supportnya. Iya, enggak ngira juga bakal kebanjiran. Baru pertama ini. Jadi merasakan deh rasanya kebanjiran... hehehe
Hapus