Putih kelabu mewarnai rambutnya. Kering keriput menghiasi kulit tubuh dan wajahnya. Seorang lelaki tua tertatih-tatih menyeret kaki, menghitung langkah. Seolah ada beban yang menindih punggungnya. Berat! Seperti itukah menjadi uzur? Bagaimana rasanya menjadi uzur itu?
Dokumen pribadi
Pertanyaan itu bergaung dalam benak saat menyaksikan lelaki tua renta, berjalan tertatih-tatih ditepian rel kereta api. Sendirian! Di antara kerumunan orang-orang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Kemana keluarganya? Kenapa ia dibiarkan sendirian seperti itu?
Apakah menjalani masa uzur seperti bermain lotre? Untung-untungan! Untung jika memiliki keluarga yang peduli, mau merawat dan menjaga sampai ajal menjemput. Buntung! Jika memiliki keluarga yang tak peduli. Jangankan merawat! Keberadaannya saja mungkin sudah menyusahkan. Maka dibiarkannya tertatih-tatih sendirian di luar seperti itu. Tega nian!
Ketahuilah! Kelak, jika umur kita mencapai kata uzur, kita pun mengalami hal yang sama. Tenaga sudah tak ada, pendengaran tak berfungsi dengan baik, penglihatan pun sudah buruk. Untuk jalan beberapa langkah saja sudah payah. Bagaimana rasanya jika dalam kondisi seperti itu tak ada yang peduli? Hanya disiapkan makanan lalu dibiarkan begitu saja.
Meskipun tak berdaya seperti itu tetapi mereka punya perasaan, butuh perhatian agar tidak kesepian dan merasa diabaikan. Wajar jika terkadang ada yang keluar dari rumah secara diam-diam jika kita lengah sedikit saja. Maka mari luangkan waktu dan perhatian kita dalam merawat orang yang sudah uzur. Bisa orang tua atau kakek dan nenek kita.
Benahi selimutnya saat tengah tertidur, bawakan makanan kesukaannya, temani saat duduk sendiri. Dengarkan dan berikan senyuman saat mereka bercerita, walaupun kita tidak mengerti sedikit pun dengan apa yang dikatakannya.
"Baiklah!"
Sepenggal kata seperti itu sudah membuat mereka senang. Meskipun tak ada percakapan berarti, tetapi ada kasih sayang yang mengalir dalam dada dan juga sorot mata. Hal seperti itu yang kerap kali terabaikan. Bahkan terlupakan. Tergeser dengan kata sibuk!
Apa yang kita tanam saat ini kelak itulah yang kita tuai dikemudian hari. Jika kita sudah bersikap tak peduli dan merasa terbebani dengan keberadaan orang yang sudah uzur. Kelak jika kita sampai pada masa itu kita akan mengalami hal yang sama. Begitu pun sebaliknya. Jadi tak perlu berkeluh-kesah lagi. Nikmati masa-masa merawat orang yang sudah uzur sebagai ladang amal sholeh bagi kita.
#Hariketigapuluhsembilan
#OneDayOnePost
#Renungandiri
#OneDayOnePost
#Renungandiri
Siap bun denik... Mksii sdh diingatkan.
BalasHapusSama-sama
HapusMasa tua adalah sebuah kepastian.
BalasHapusBetuuull...
HapusJd inget sm nenek...beliau dulu kalau sy pulang dr merantau..selalu menanyakan hal yg sama, berulang ulang, alhamdulillah, tak bosan menjawabnya
BalasHapusIya mba. Begitulah.
Hapussiap..aku juga mulai menua
BalasHapusHarus siap
HapusSetuju mbk Denik, Dan orang yang uzur biasanya perasa, jadi emang harus dijaga perasaannya...
BalasHapusBangeeett..
HapusJadi inget almarhum mbah..😢
BalasHapusSama mba...dan sedih rasanya.
HapusTerima kasih sudah di ingatkan
BalasHapusSama-sama mas.
HapusMksih sdah diingatkna mba Den
BalasHapusJadi sedih ... Ya.. Masa tua pasti akan menghmpiri
Sama-sama
HapusIya mbak denik ... moga aq diberi kemampuan utk merawat orang tua dan selalu mampu membagi waktu bagi ortu di usia senjanya...makasih atas renungan ini
BalasHapusSama-sama
Hapus