Ahmad Tohari. Siapa yang tak mengenal sosoknya? Penulis trilogi “Ronggeng Dukuh Paruk” ini namanya dikenal bukan saja di dalam negeri tapi juga sampai ke luar negeri. Tentu berkat karya-karyanya yang hebat. Sampai-sampai ia dijuluki sebagai pendekar sastra.
Sebagai seorang pendekar kiprahnya di jagad kepenulisan sudah diakui dunia. Ia kerap diundang ke sana-sini untuk mengisi acara atau menerima penghargaan.
Untuk bisa menemui sosoknya tentu bukan hal yang mudah. Saya merasa beruntung bisa mendapat kesempatan itu. Bertemu dan berbincang langsung dengan Sang Pendekar Sastra di kediamannya. Desa Tinggarjaya, Banyumas, Jawa Tengah.
Saat itu lebaran hari ke-3. Saya mudik ke kampung halaman ibu di desa Tinggarjaya. Ini bukan kali pertama saya berkunjung ke sana. Tapi baru kali ini saya niatkan untuk singgah di rumah Sang Pendekar Sastra, Ahmad Tohari. Sebab saya baru mengetahui kalau beliau tinggal di sana juga.
Berbekal keyakinan bahwa beliau tentu sangat dikenal di kampungnya, saya menyusuri desa Tinggarjaya dan menanyakan rumah beliau kepada tukang becak yang mangkal di tepi jalan. Dengan senang hati tukang becak itu mengantarkan saya menuju kediaman beliau.
Sebuah rumah yang tampak teduh oleh rindangnya pepohonan. Rumah tanpa pagar yang meski berada di tepi jalan namun tak merasakan kebisingan saat di sana. Mungkin karena letaknya yang agak menjorok ke dalam serta terlindungi oleh aneka pepohonan.
Begitu menginjakkan kaki di teras rumah, ada perasaan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Antara percaya dan tidak. Saya kini berada di kediaman Ahmad Tohari. Selangkah lagi saya akan bertemu dengan Sang Pendekar.
Pintu rumah tertutup rapat. Suasana tampak sepi. Tak terlihat tanda-tanda ada kehidupan di dalam. Saya pun mengetuk pintu perlahan sambil mengucapkan salam. Tak lama ada suara kaki mendekat lalu pintu dibuka dan muncullah seorang perempuan setengah baya. Saya katakan siapa saya dan maksud kedatangan saya. Lalu perempuan itu masuk kembali setelah mempersilakan saya untuk duduk.
Saya duduk di teras nan asri sambil memandangi halaman rumah yang begitu teduh. Pemiliknya tentu pencinta tanaman. Tak lama muncul seorang perempuan berkerudung menyapa saya dengan lembut. Kami bersalaman dan saling memperkenalkan diri. Rupanya beliau adalah istri dari Pak Ahmad Tohari, ibu Syamsiah namanya.
Beliau katakan bahwa Pak Tohari sedang dalam perjalanan dari Jogja. Sebentar lagi tiba di rumah. Saya diminta untuk menunggu sebentar. Maka saya pun tetap duduk menunggu ditemani ibu Syamsiah. Kami terlibat perbincangan seru tentang banyak hal. Termasuk cerita cinta antara beliau dengan Sang Pendekar.
Ahmad Tohari. Penulis kelahiran Tinggarjaya, Banyumas, 13 Juni 1948 rupanya sudah dikenal sebagai Penulisan sejak SMP. Karya-karyanya diketahui oleh si ibu yang ternyata kawan sejak kecil, kerap muncul di majalah saat itu. Jadi bagi si ibu hal itu merupakan sesuatu yang biasa.
Ketika sudah menjadi istri Sang Pendekar barulah ia merasa bahwa suaminya bukan penulis biasa. Sebab ia kerap dimintai pendapat oleh sang suami tentang tulisannya. Bahkan ada sebagian buku Ahmad Tohari yang judulnya pemberian sang istri.
Bagi ibu Syamsiah, Ahmad Tohari itu orang yang tidak suka berbasa-basi. Apa adanya. Jujur dan tidak romantis. Juga sangat menjaga kebersihan. Hal itu terlihat dari lingkungan rumah yang memang tampak bersih. Itu merupakan salah satu kegiatan Ahmad Tohari jika di rumah, berkebun dan merawat tanaman.
Pak Tohari tidak suka melihat ketidakadilan dalam bentuk apapun dan sekecil apapun. Hal itu kerap ia tuangkan dalam tulisannya. Tak heran jika bukunya sempat mengundang ketidak sukaan pemerintah. Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jentera Bianglala adalah buku yang sempat dicekal oleh pemerintah.
Namun justru buku itulah yang melegenda. Mengokohkan namanya sebagai penulis besar dengan karya yang selalu di ingat orang, Ronggeng Dukuh Paruk.
Berbagai penghargaan pun diterima oleh Ahmad Tohari. Salah satunya penghargaan The Fellow of The University of Lowa, di Amerika Serikat tahun 1996. Satu tahun sebelumnya yaitu tahun 1995 ia mendapat hadiah sastra ASEAN yakni SEA Write Award.
Jauh sebelumnya yakni sekitar tahun 1979, novel pertamanya dengan judul Di Kaki Bukit Cibalak, pernah memenangkan sayembara menulis roman yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Sejak itu novel-novel lain karyanya mulai muncul dan dikritisi banyak pihak.
Seperti novel yang berjudul Kubah dan Bekisar Merah. Bahkan bukunya yang berjudul Orang-orang Proyek isinya dengan gamblang menggambarkan tentang permainan kotor dalam sebuah proyek. Dan itulah gambaran diri seorang Ahmad Tohari yang blak-blakan dan apa adanya.
Sebelum benar-benar menekuni dunia kepenulisan, pak Tohari pernah bekerja sebagai staf redaktur harian Merdeka, Majalah Keluarga dan Amanah.
Bagi Ahmad Tohari menjadi seorang penulis bukanlah cita-citanya. Hanya sekadar hobi. Cita-citanya adalah menjadi seorang dokter. Karena itu ia kuliah mengambil jurusan kedokteran. Namun karena keadaan ekonomi cita-cita itu kandas. Ahmad Tohari berhenti kuliah.
Rupanya itulah jalan Tuhan untuk menjadikannya seperti sekarang ini. Seorang penulis kenamaan dan kebanggaan bangsa. Karena karya fenomenalnya Ronggeng Dukuh Paruk telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia..
Tak lama ketika saya berbincang-bincang dengan sang istri, ibu Syamsiah. Orang yang saya tunggu pun tiba. Pak Tohari. Dengan ramah beliau menyalami saya. Ibu Syamsiah menceritakan siapa saya dan maksud kedatangan saya.
Meski dalam kondisi lelah karena baru tiba dari perjalanan jauh. Pak Tohari melayani saya dengan baik. Beliau justru yang mewawancarai saya sebab saya dari Jakarta menuju kediamannya menggunakan sepeda motor.
Karena hari sudah siang saya pun pamit undur diri. Karena saya harus melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Meskipun hanya sebentar tetapi bagi saya ini sebuah pengalaman luar biasa. Bisa bertemu dan berbincang-bincang langsung dengan Sang Pendekar Sastra asal Tinggarjaya. Penulis Ronggeng Dukuh Paruk yang karyanya sudah diakui dunia. Ini semua menjadi catatan indah dalam hidup saya yang tak akan terlupakan selamanya.
#onedayonepost
#penulishebat
Aku belum pernah baca karya2 pak tohari. Jadi penaasaran sama isi buku yang dicekal pemerintah
BalasHapusAku belum pernah baca karya2 pak tohari. Jadi penaasaran sama isi buku yang dicekal pemerintah
BalasHapusKalau Deket kupinjemin Mba....hehe...
HapusWahhh. Keren ...
BalasHapusBisa ketemu langsung Pak Ahmad Tohari. Naik motor pula. Wow.
"Mata yang Enak Dipandang" aku suka, Mbak.
Terima kasih Mba Heni atas kunjungannya. Iya, aku juga suka dengan "Mata yang Enak dipandang" tapi "Orang-orang Proyek" yang paling aku suka sampai saat ini.
HapusMbak denik luar biasa.. Keliling Indonesia dan bertemu tokoh yg melegenda..
BalasHapusHehehe... terima kasih ya atas kunjungannya.
HapusHehehe... terima kasih ya atas kunjungannya.
Hapusmbak denik emang kereeen...
BalasHapusTerima kasih mba lisa
HapusBoleh minta alamat sang penulis
BalasHapusPgn menimba ilmu menulis dari beliau utk anak sayavyang sedang merintis belajar menulis novel...
No wa saya 081215468189
BalasHapusHampir semus karya pak A. Tohari memikat, bhs yang enak, kadang lucu. Paling suka cerpen senyum Karyamin. Kapan ya bisa menimba ilmu dari beliau langsung.
BalasHapus