Langsung ke konten utama

Komunitas Jelajah Budaya Mengajak Kita Menjelajah Museum Dengan Fun

Museum. Tempat yang bagi sebagian orang dianggap tak penting. Dipandang dengan sebelah mata. "Mau ngapain ke museum? Enggak ada yang menarik."

Pendapat seperti itu bukan suatu hal yang aneh terdengar. Kenyataannya memang berkunjung ke museum tidak semenarik mengunjungi tempat wisata lain. Bahkan ada pendapat yang sangat ekstrim terlontar. "Daripada ke museum mending nongkrong di kafe."

Hanya orang-orang tertentu dengan minat dan rasa nasionalisme yang tinggi, bisa melenggang ke museum dengan santai dan enjoy. Dan orang-orang seperti itu tidaklah banyak. Hanya segelintir saja.

             
Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Kondisi seperti ini menjadi tantangan bagi para pegiat sejarah. Dan orang-orang serta badan yang terkait didalamnya. Bagaimana menemukan cara dan strategi agar mereka terutama generasi muda tertarik mengunjungi museum. Sebab sesungguhnya museum merupakan tempat yang sarat sejarah. Tempat dimana kita bisa belajar dari masa lalu untuk masa kini dan masa datang.


Saya dan beberapa orang yang tertarik dengan sejarah pada hari Minggu, 23 September 2018 mengikuti program Edutainment Indonesia Merdeka' yang diadakan oleh Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol no.16, Menteng, Jakarta Pusat.

Acara yang digawangi oleh Komunitas Jelajah Budaya ini berbeda dari acara jelajah museum yang biasa kita jumpai. Jika biasanya mengunjungi museum itu dipandu oleh seorang tour guide yang akan mengajak kita mengelilingi museum, sambil diterangkan satu per satu sejarah dari tiap ruangan yang disinggahi. Maka tidak untuk kegiatan kali ini. Artinya tidak seratus persen seperti itu.

Kartum Setiawan ketua KJB memberikan penjelasannya

Dalam kegiatan Edutainment Indonesia Merdeka peserta diajak Menyusuri Jejak Pejuang Kemerdekaan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi dengan fun. Melalui kuis dan games yang dilakukan secara berkelompok.

Pasangan bermain

Sebelum acara dimulai, seperti biasa ada pembacaan doa. Menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga Stanza dan kata sambutan. Selanjutnya panitia mulai melakukan pengelompokan anggota grup. Hal ini dilakukan berdasarkan kertas kecil yang kita ambil secara acak. Di kertas tersebut tertulis nama tokoh atau peristiwa sejarah. Nah seluruh peserta diminta mencari pasangan dan kawan sesuai dengan isi kertas yang diperolehnya.

Saya mendapat kata petunjuk berupa singkatan BRI dan peristiwa Bandung Lautan Api. Beruntungnya, kali ini pasangan kata yang sesuai dengan petunjuk berada persis di depan saya. Jadi saya tak perlu  mencari-cari lagi. Apalagi sebagian besar peserta belum saling kenal. Jadi terbayangkan bagaimana bingungnya mencari pasangan sepermainan ini? Tapi seru. Ini awal keseruan acara Edutainment Indonesia Merdeka.

Grup yang dibentuk secara acak dan dadakan

Setelah menemukan pasangan bermain dan kawan satu kelompok, panitia memberikan tugas berikutnya untuk seluruh peserta. Yaitu membuat sekoci dari selembar kertas yang harus cukup menampung seluruh peserta grup, yang masing-masing terdiri atas 10 orang. Dengan hanya bermodalkan gunting. Tugas ini sempat membuat panik peserta. Termasuk grup saya yang sempat meminta kembali kertas yang disediakan karena terjadi kesalahpahaman.

Mimik tegang anggota grup saat membuat sekoci dari kertas

Meski sempat diliputi kepanikan dan bersitegang satu sama lain, akhirnya grup saya yang bernama Bung Tomo berhasil menyelesaikan tugas pertama dengan sukses. Senyum ceria dan napas lega mewarnai suasana begitu sekoci dari kertas tersebut berhasil diselesaikan.


Bergaya di dalam sekoci-sekocian dari kertas

Misi selanjutnya melaksanakan tugas sesuai dengan perintah yang ada dalam kertas yang diberikan oleh panitia. Tapi sebelumnya seluruh peserta sudah dipandu mengelilingi tiap ruangan dalam museum dan menonton film tentang detik-detik Kemerdekaan Indonesia. Dua kegiatan ini yang nantinya menjadi kunci jawaban dari tugas yang diberikan oleh panitia.


Peserta mendengarkan penjelasan mengenai ruang pertemuan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi


Ruang perumusan naskah proklamasi

Melanjutkan misi yang diberikan oleh panitia, saya dan grup Bung Tomo sempat kebingungan harus mulai darimana? Setelah mondar-mandir tak jelas karena bingung. Akhirnya kami mengerti juga mesti bagaimana. Hal pertama yang kami lakukan adalah menuju pos 4 dan menunaikan tugas yang diberikan. Yakni memindahkan gelas berisi air ketempat yang sudah ditentukan, dengan menggunakan tali. Ini permainan yang menguji kekompakan dan kesabaran peserta grup. Dan di pos ini kami gagal menyelesaikan tugas. Hiks..sayang sekali. Gelas yang sudah disusun dengan rapi roboh dalam hitungan detik. Kecewa? Tentu. Tapi inilah permainan. Ada yang berhasil dan ada yang gagal.

Pos di tempat yang sudah ditentukan.

Usai melakukan tugas di pos 4. Kami melanjutkan ke pos berikutnya. Memasuki sebuah ruangan yang didalamnya panitia sudah menanti dengan tugas yang harus kita laksanakan. Yaitu membaca naskah proklamasi tanpa melihat teks. Cukup menguji nyali dan ketelitian kita. Sebab sebelumnya kita sudah diperdengarkan dan melihat-lihat naskah proklamasi. 

Di pos ini grup kami berhasil melaksanakan tugas dengan baik. Lanjut ke pos berikutnya. Tebak kata yang terkait dengan sejarah tentunya. Dari 25 soal yang diberikan grup kami berhasil menyelesaikan beberapa saja. Yeaaahh...

Pos terakhir cukup menegangkan juga. Karena dari hasil tanya-tanya peserta yang keluar dari pos tersebut. Kita harus menyusun teks lagu Indonesia Raya tiga Stanza. Wow...grup kami pun sempat panik karena hanya satu orang yang hafal. Mulailah kami menghafal kalimat demi kalimat lirik lagu Indonesia Raya tiga Stanza. Serasa akan menghadapi ujian sekolah. .. hehehehe

Pos terakhir berhasil kami selesaikan dengan sukses. Selanjutnya tinggal berpose di tempat yang sudah ditentukan. Dan kami mendapat tempat di luar ruangan dalam kondisi panas terik. Tentu kami laksanakan dengan senang hati. Karena ini bagian dari permainan.

Secara keseluruhan kegiatan ini sangat menarik dan patut diapresiasi serta ditiru oleh museum-museum lain. Karena dengan cara fun peserta diajak menjelajah museum. Mengikuti serangkaian kegiatan yang tanpa disadari sebagai ajang pembelajaran. Sukses untuk Komunikasi Jelajah Budaya. Teruslah menginspirasi. (EP)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...