Langsung ke konten utama

Proses Kilat Membuat Kartu Anggota Perpustakaan Nasional


Perpustakaan Nasional. Apa yang terlintas dalam benak teman-teman begitu mendengar nama Perpustakaan Nasional? Megah, wah, keren, bagus, dan seram.

Wow! Ada juga yang bilang seram. Ada kok. Dan tidak hanya satu orang yang memberi sebutan seram. Ini artinya memang ada sebagian orang yang memandang Perpustakaan Nasional sebagai sesuatu yang menyeramkan. Kok bisa?

"Gedungnya tinggi sekali."
"Banyak penjaganya."
"Jiper alias tidak PD mau masuknya."
"Malu. Enggak ada teman."

Dan masih banyak alasan lain yang membuat langkah ke Perpustakaan Nasional terasa berat. Padahal di sini gudangnya ilmu. Tempat kita menjelajah dunia secara gratis. Karena sejatinya buku adalah jendela dunia. Lalu bagaimana mau bisa melongok dunia, menuju jendelanya saya enggan.


Yuk teman-teman! Buang semua rasa tak percaya dirimu. Jauhkan prasangka buruk yang ada dipikiranmu. Saya akan ceritakan bagaimana nyamannya berada di Perpustakaan Nasional meski sendirian. Karena untuk janjian dengan teman-teman waktunya enggak pernah klop. Kalau menunggu waktu yang pas dan klop. Saya enggak akan berangkat-berangkat ke sana.

Maka begitulah. Ketika menemukan waktu luang, saya segera niatkan untuk pergi ke Perpustakaan Nasional. Hari itu saya menggunakan transportasi umum bus Transjakarta. Dari rumah di Tangerang saya naik bus Transjakarta menuju Blok M. Dari sana saya lanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus Transjakarta lagi. Kali ini saya pilih jurusan Kota atau Harmoni. Tetapi saya turun di halte tugu Monas. Kok?

Iya. Sebab lokasi Perpustakaan Nasional itu di Jalan Merdeka Selatan, persis depan Monas dan bersebelahan dengan Balaikota Jakarta. Lanjut ya? Dari halte tugu Monas saya masih lanjut naik bus Transjakarta. Kali ini saya pilih jurusan Pulo Gadung yang melintasi Balaikota. Nah, di halte Balaikota inilah saya turun. Jaraknya tidak terlalu jauh kok. 



Turun dari bus Transjakarta jalan sedikit menuju zebra cross. Di sini saya tinggal menyebrang jalan menuju perpustakaan. Untuk menyebrang jalan pun tak usah takut. Di tepi zebra cross ada tiang yang ada tombolnya. Tekan tombol saat ingin menyebrang jalan. Nanti rambu lalu lintas dengan sendirinya akan menyala merah. Kendaraan yang melintas harus berhenti. Dan penyebrangan jalan bisa melenggang dengan tenang.

Tiba di depan pintu masuk perpustakaan ada petugas yang akan memeriksa tas kita. Setelah selesai dari pemeriksaan kita bisa masuk dan explor perpustakaan sesuai keinginan. Mudah bukan?

Perpustakaan Nasional terdiri dari 24 lantai. Dengan masing-masing lantai memiliki fungsi berbeda. Untuk menuju lantai 1-4 bisa menggunakan eskalator atau tangga jalan. Tapi untuk menuju lantai berikutnya harus menggunakan lift. Sebab eskalator hanya sampai lantai 4 saja.

Lalu bagaimana cara meminjam bukunya? Untuk bisa meminjam buku, kita harus menjadi anggota terlebih dulu.  Caranya tidak sulit kok. Bisa saat itu juga. Dan langsung jadi.


Siapkan saja kartu identitas diri. Lalu naik ke lantai 2. Di sana tempat pelayanan pembuatan kartu anggota. Sebelumnya kita mendaftar nomer antrian terlebih dulu. Pendaftaran ini dilakukan secara online dan bisa dilakukan sendiri di tempat yang sudah disediakan. Jika tidak mengerti bisa minta tolong petugas atau orang lain yang ada di sana.  Sejauh pengamatan dan pengalaman saya, petugas serta orang-orang yang dimintai tolong baik dan ramah kok.



Setelah mengisi form secara online, langsung mendapatkan nomer keanggotaan dan nomer antrian. Print data tersebut untuk diserahkan pada petugas di bagian cetak kartu saat dipanggil nanti.

Waktu menunggu dan proses mencetak kartu tidak terlalu lama kok. Rasanya tidak ada 5 menit usai dipanggil dan interview. Begitu selesai dipotret atau diambil gambar. Dalam hitungan detik kartu selesai dicetak. Trarang....kini kartu perpustakaan saya sudah jadi. Dengan ini kita bebas meminjam buku sesuai ketentuan. Mudah bukan? Dan tidak ada yang menyeramkan. Jadi jangan takut-takut lagi. Ayo ke Perpustakaan Nasional. (EP)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...