Langsung ke konten utama

Masa Depan Bahasa Ibu

Bahasa ibu. Topik pokok dalam seminar "Masa Depan Bahasa Ibu " yang diselenggarakan oleh Yayasan Rancage bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam hal ini Kemendikbud diwakili oleh Prof. Dadang Sunendar, M.HUM.

Bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki pada hari Rabu, 26/09/2018 saya mengikuti seminar tersebut. Selain tema yang diangkat cukup menggelitik hati saya untuk mengikuti seminar, pembicaranya pun tokoh-tokoh sastra yang saya kagumi. Ajip Rosidi dan Seno Gumira Ajidarma.


Seminar ini merupakan satu rangkaian dari kegiatan Penganugerahan Sastra Rancage 2018. Apaan tuh? Pemberian hadiah yang diberikan oleh Ajip Rosidi selaku pendiri Rancage, untuk sastrawan yang berjasa dalam mengembangkan sastra daerahnya. Ada sastrawan dari Jawa, Bali, Lampung, Batak dan Banjar. Bukankah Rancage hanya untuk sastrawan Sunda? Ya, awalnya seperti itu. Tapi dalam perkembangannya kini diberikan juga untuk sastrawan dari daerah lain.

Sekilas Tentang Rancage
Yayasan Rancage sendiri  merupakan yayasan yang didirikan oleh Ajip Rosidi karena kepeduliannya terhadap budaya Sunda, terutama di bidang bahasa dan sastra Sunda. Awalnya, sekitar tahun 1989 Ajip Rosidi memberikan anugerah Rancage ini dari kantongnya sendiri. Hingga 5 tahun ke depan selalu begitu. Namun menyadari bahwa pemberian hadiah semacam ini hanya berjalan selama Ajip Rosidi masih hidup. Maka keluarga dan lingkungan terdekat merasa perlu dibentuknya sebuah yayasan. Tahun 1993 secara resmi berdiri Yayasan Kebudayaan Rancage.

Hadiah Sastra Rancage diberikan setiap tahun sejak tahun 1989 sampai sekarang. Diberikan kepada pengarang yang menerbitkan buku karya sastra berkualitas dalam bahasa Sunda. Tapi sejak tahun 1990 mulai memberikan hadiah juga kepada orang yang berjasa dalam mengembangkan bahasa ibu atau bahasa daerahnya.

Selanjutnya ada pemberian hadiah Samsudi. Hadiah sastra yang diberikan kepada pengarang bacaan anak-anak dalam bahasa Sunda. Nama Samsudi diambil sebagai penghormatan kepada almarhum Samsudi, seorang guru, pengarang cerita anak-anak dalam bahasa Sunda, penyusun buku pelajaran, pelukis dan juga pencipta lagu.

Sedangkan hadiah Hardjapamekas diberikan kepada tiga orang guru bahasa Sunda yang mengajar di SD, SMP dan SMA. Tentu saja guru yang berprestasi dalam mengajarkan bahasa Sunda dan mengajak anak-anak mencintai bahasa Sunda. Nama Hardjapamekas digunakan untuk menghormati jasa-jasa R. Sobri Hardjapamekas yang mengemban profesi guru hingga akhir hayatnya, 1913-2005.


Tantangan bagi masa depan bahasa ibu

Bahasa ibu yaitu bahasa pertama yang diperkenalkan dan dipakai manusia sebagai alat komunikasi. Dalam hal ini biasanya bahasa dari daerah asal di ibu. Karena ibu orang yang berinteraksi pertama kali dengan seorang anak sejak dalam kandungan. Jika si ibu berasal dari Jawa tentu bahasa Jawa yang dipergunakan. Jika si ibu berasal dari Sunda tentu bahasa Sunda yang dipergunakan hingga si anak lahir dan tumbuh besar. Biasanya di lingkungan keluarga akan berbahasa seperti itu dalam keseharian.

Jika orang tua berasal dari dua daerah yang berbeda maka bahasa ibu yang dipergunakan menjadi bertambah. Yakni bahasa dari asal si ayah atau sebaliknya. Secara teori hal tersebut seharusnya memperkaya bahasa ibu dan melanggengkan bahasa daerah dari masing-masing orang.

Tetapi seiring perkembangan jaman dan tuntutan ekonomi. Lambat laun penggunaan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari mulai jarang terdengar. Bukan karena si ibu atau keluarga yang terkait sudah tidak bisa berbicara dalam bahasa ibu. Tetapi ada perasaan malu dan tidak keren jika tidak berbahasa yang kini sedang ngetren dikalangan masyarakat. Yakni bahasa asing.

Akibat tuntutan pekerjaan yang mengharuskan karyawan mahir berbahasa asing jika ingin mendapatkan posisi yang bagus. Maka sejak usia dini anak-anak mulai diajarkan menggunakan bahasa asing. Apalagi era globalisasi seperti sekarang ini. Banyak sekolah-sekolah yang bahasa pengantarnya adalah bahasa asing. Tak pelak bahasa asing pun menjadi bahasa utama yang wajib dipelajari ketimbang bahasa Indonesia. Apalagi bahasa ibu atau bahasa daerah. Tanpa disadari hal tersebut akan menggerus bahasa ibu.



Bisa diperhatikan sekeliling kita saat ini. Banyak orang tua bahkan si pengasuh anak yang berkomunikasi dengan si anak dengan menggunakan bahasa asing. Contoh kecilnya, mereka tidak berteriak "jangan" untuk melarang si anak tetapi dengan kata "no." Ini sudah menjadi pemandangan umum yang bisa kita lihat di keseharian.

Memang sah-sah saja. Tetapi jika kebanggaan menggunakan bahasa nasional dan bahasa ibu mulai pudar? Bagaimana nasib bahasa kita di masa datang? Para orang tua yang seharusnya menjadi jembatan penghubung bagi anak-anaknya mulai enggan mempelajari bahasa ibu. Lalu bagaimana mereka mau mengajari anak-anaknya? Apalagi jika sudah ada perasaan gengsi dan malu menggunakan bahasa ibu. 



Hal ini menjadi tantangan kita semua, tak hanya  pemerintah, guru, pegiat budaya dan orang tua. Tapi juga seluruh lapisan masyarakat dalam melestarikan bahasa ibu. Jika tak ada kesadaran akan pentingnya pelestarian bahasa ibu, maka cepat atau lambat bahasa ibu tersebut akan hilang ditelan jaman. Orang-orang tua yang biasanya pandai berbahasa ibu, mereka akan tiada tanpa ada regenerasi.

Dari sini rasa kepedulian itu seharusnya muncul kembali. Dengan mulai mempelajari bahasa ibu bagi yang sudah melupakan. Dan mulai mempraktekkan di lingkungan keluarga. Tak ada kata terlambat asal ada kemauan. Rancage telah mempelopori hal tersebut.

Bersama Nani Wijaya

Dalam kesempatan ini selain wawasan dan ilmu yang saya😋 dapatkan. Saya juga berkesempatan bertemu dengan tokoh sastra dan penulis lain yang namanya sudah berkibar di dunia sastra. Juga bertemu dengan aktris senior Nani Wijaya yang kini merupakan istri dari Ajip Rosidi.

Bersama Kurnia Effendi dan Endah Sulwesi

Tentu saja ini bonus yang tak terkira bagi saya. Sebab tak mudah menjumpai orang-orang seperti mereka. Sayang waktu saya terbatas sehingga tidak bisa berbincang-bincang lebih lama. Padahal dari perbincangan dengan orang-orang seperti mereka akan ada ilmu dan wawasan yang bisa kita terima. Semoga akan ada kesempatan lain bagi saya untuk menimba ilmu lagi dalam suasana yang berbeda. (EP)


Komentar

  1. Sebenarnya pengin menjadikan bahasa Jawa sebagai bahasa ibu anak-anakku...tapi susahnya, mereka nanti bakal kesulitan berbahasa Indonesia karena di sekolah bahasa pengantar bahasa Indonesia.
    Lha terus gimna?
    Caranya di rumah sama suami ngomong Jawa, jadi anak-anak lambat laun mengerti meski enggak aktif bicara

    BalasHapus
  2. Itulah Mba. Dilema sebenarnya. Apalagi bagi orang tua yang dua-duanya bekerja. Susah cara mengontrolnya.

    BalasHapus
  3. Itu juga pikiranku mbak Dian. Tapi sekarang anak-anak ngerti kalau emak bapaknya ngomong basa jawa. Tapi sekadar percakapan sehari-hari. Jadi pengen bikin buku anak bahasa ibu. Hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuuk Mbaaa...tulis. Jadi ide menarik loh ini.

      Hapus
  4. Aku termasuk yg nggak bisa bahasa ibu, sedikiiit banget yang aku ngerti. Hiks, sayang juga ya, jangan sampai pudar deh bahasa ibu kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayuk Mba dipelajari lagi bahasa ibunya. Sayang loh.. hihihi. Terima kasih atas kunjungannya.

      Hapus
  5. Duluuu baca soal penghargaan Rancage ini di majalah berbahasa Jawa, sepertinya setelah diperluas bukan hanya untuk sastrawan Sunda, ya. Sekilas sih bahasannya. Penasaran sama artinya, tapi mau search juga internet belum seperti sekarang, mampunya baru ke warnet seminggu sekali :D. Jadi tahu lebih banyak deh, setelah baca tulisan Mbak Denik. Terima kasih ya, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mba. Terima kasih atas kunjungannya

      Hapus
  6. Aku dilahirkan dari orang tua yang merantau mba,alhamdulilah sedikit-sedikit ngerti bahasa jawa walaupun jawabnya tetep bahasa indonesia kalo diajak ngomong hehehe

    BalasHapus
  7. Wah ketemu Bu Nani Wijaya. TIM ini tempat main saya dulu Mbak saat masih jomblo wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya,nih. Enggak menyangka juga kami bersebelahan.

      Hapus
  8. Acara bagus seperti ini patut di dukung mbak. Pengen deh ikutan acara spt ini, tapi sayangnya saya gak dapat infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba. Harus didukung. Soal info terkadang memang menjadi kendala. Saya sering tuh dapat pemberitahuan malamnya, sedang acaranya sudah besok. Jadi repot kalau sudah ada jadwal lain.

      Hapus
  9. Suatu hari, sepupu aku cerita kalo anaknya yg masih d PAUD gak punya teman. Teman2 anaknya bilang, "Aku gak mau mau main sama kamu, ngomongnya bahasa Inggris melulu."

    Mungkin ortunya bangga anaknya yg masih kecil bisa bahasa Inggris. Tapi, aku malah miris. Jangankan bahasa ibu, bahasa Indonesia pun bisa punah kalo kayak gt caranya.

    Btw, sblum bisa baca aku jg ngomong bahasa Inggris meski gak tlalu kayak anak2 sekarang. Tp alhamdulillah ortu ngeuh kalo aku seharusnya lebih bisa bahasa Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah Mba. Terkadang orang tua tidak memikirkan dampaknya ke si anak. Judulnya bangga aja..hihihi. btw ortu Mba asyik tuh mengingat. Bukan malah membiarkan Mba cas via cus gitu aja.

      Hapus
  10. Aku msh berbicara bahasa Jawa ke anak2 tapi ya bahasa jawa yg Suroboyoan kasar krn bisanya itu haha :P
    Sementara suami org Kalimantan. Skrng hidup di Bogor yg pastinya nanti dapat pelajaran Bhs daerah lha jd bingung :D
    Tapi seenggak2nya kenal ya bahasa jawanya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setidaknya tahu dan mengenalkan ke anak-anak ya Mba... hehehe

      Hapus
  11. Aku kayanya gak punya bahasa ibu, Mba. Hihi, soalnya Depok itu bahasanya campur aduk, orangtua juga bahasanya Indonesia, tapi memang lebih kental Betawi kasar gitu. Kadang, suka iri sama teman yg bisa bahasa daerah. Huhu, karena aku lihatnya asyik da unik. Oya, ini acara keren patut dilestarikan ya, supaya anak cucu ke depan gak melupakan bahasa daerah mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa Betawi juga enggak apa-apa Mba. Yang penting tahu bagaimana penempatannya. Sehingga tidak terdengar songong kata orang Betawi.. hehehehe

      Hapus
  12. Bahasa ibu bagiku adalah bahasa Indonesia, walaupun sukuku Jawa, hehe. Maklum dari lahir tinggal di Jakarta. Walau begitu untung saja dr kecil aku bersama mbah yg masih melestarikan bahasa Jawa sbg bahasa ibu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mahoni. Usianya lebih

Alhamdulillah Bisa Kentut

Uuupppss!!! Ini bukan bicara jorok atau kotor. Tapi hanya untuk mengingatkan. Bahwa maaf, kentut itu termasuk anugerah terindah yang patut disyukuri. Loh! Kok? Eits, jangan bengong begitu ah. Coba saja rasakan ketika kita beberapa hari ternyata enggak bisa kentut. Rasanya ini perut kembung dan enggak enak. Tapi begitu bisa kentut. Rasanya legaaaa...sekali. Bisa terbayang toh bagaimana mereka yang tidak bisa kentut atau BAB (Buang air besar) akhirnya harus ke rumah sakit untuk diambil tindakan. Maka bersyukurlah kita yang bisa kentut setiap saat. Selama ini kita mengucapkan syukur itu jika berhubungan dengan rezeki dan sesuatu yang menyenangkan.  "Alhamdulillah dagangan hari ini ludes."  Atau  "Alhamdulillah si kakak juara kelas." Sangat jarang jika mengeluarkan kentut langsung mengucap Alhamdulillah. Padahal kentut salah satu nikmat yang luar biasa.  Jadi mulai sekarang biasakan mengucap syukurnya bukan saja ketika berhubungan dengan rezeki dan gengsi.

Gaya Rambut Muslimah yang Dianjurkan

Gaya rambut seseorang biasanya mengikuti karakter diri orang tersebut. Jika ia seorang yang aktif dan energik. Maka gaya rambut yang dipilih biasanya model Demi Moore. Itu loh si cantik di film Ghost. Gaya rambut ala Demi Moore Image foto by Lifestyle Okezone Gaya rambut ala Demi Moore sempat nge-hits di jamannya. Atau gaya rambut ala Putri Diana. Mendiang istri Pangeran Charles dari Inggris ini tetap cantik dan anggun meski berambut pendek. Gaya rambut ala Putri Diana Image foto by pinteres Bagi orang yang memiliki rambut panjang disebut sebagai orang yang sabar. Karena memiliki rambut panjang memang butuh kesabaran. Terutama dalam hal perawatan. Image foto by tagged.com Sementara orang yang menyukai gaya rambut pendek disebut sebagai orang yang tidak sabaran. Ingin serba cepat dalam bertindak. Tentu orang yang seperti ini tidak akan sabar kalau harus merawat rambut. Itu semua pendapat yang saya yakini ketika belum berhijab. Setelah berhijab dan mengetahui