Langsung ke konten utama

Eyang Sapardi Djoko Damono Inspirasi Dalam Berpuisi

"Sebetulnya semua orang itu bisa menulis puisi. Kalau mau." (Sapardi Djoko Damono)

Kata-kata yang makjleb banget dari sastrawan besar kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940 silam, Sapardi Djoko Damono.

Sebagai penulis pemula kata-kata tersebut semacam cambuk untuk terus berkarya. Jangan malas apalagi sampai berhenti menulis karena merasa mentok. 

Di sisi lain kata-kata tersebut seperti sindiran halus. "Asal mau. " Yah, asal kita mau pasti bisa. Seringkali prakteknya kata "mau" itu menjauh terus.

Aku sih suka puisi dan ingin juga bisa menulis puisi. Menuangkan apa yang dilihat dan dirasakan dalam bentuk puisi. Namun setiap kali mencoba menulis puisi rasanya kok mentok. Sampai berpikir.

 "Apa karena gue enggak romantis ya jadi sulit merangkai kata-kata puitis?"

Tidak seperti kawanku di komunitas One Day One Post, Fadli. Dia tuh bisa disebut suhunya puisi di ODOP. Karena encer sekali menuangkan kalimat-kalimat indah menggugah hati. Aku pikir, mungkin karena dia lelaki jadi terbiasa mengucapkan kata-kata yang bisa melelehkan hati. Makanya mudah sekali menuangkan dalam bentuk puisi. Semua itu  bisa jadi modal dia dalam meluluhkan hati perempuan. Eh, hehehe

Sementara perempuankan pihak yang dirayu. Jadi wajar kalau agak sulit menuangkan kata-kata romantis (aku sih). Apalagi  kata Eyang Sapardi Djoko Damono.

"Menulis puisi itu tidaklah gampang, tapi bisa dengan bahasa sederhana."

Semakin kuatlah pendapatku  kalau menulis puisi itu sulit. Eyang Sapardi Djoko Damono saja bilang seperti itu.

Namun sebagai seorang penulis pemula, rasanya kok tertantang ya? Masa sih enggak bisa? Menulis itu kan ketrampilan merangkai kata. Yang namanya ketrampilan bisa dipelajari. Maka aku pun bertekad untuk bisa menulis puisi. Sebab banyak hal yang ingin dituangkan. Tak apalah kalau harus nu na nu nu alias tertatih-tatih.

Oleh karenanya mencari cambuk itu perlu sebagai pendorong minat yang menggebu agar tak padam tergerus rasa malas. Salah satu caranya dengan banyak membaca karya-karya puisi. Mulai puisi karya teman sendiri sampai puisi karya sastrawan besar. Eyang Sapardi Djoko Damono salah satunya.

Karya-karyanya sudah tak diragukan lagi. Berikut ini salah satu puisi beliau yang aku suka banget.

Tentu, Kau Boleh

Tentu kau boleh
Mengalir di setiap darahku
Keluar masuk dinding-dinding jantungku
Dan menyapa setiap sel darahku

Tetapi jangan sekali-kali bertanya
Atau pura-pura bertanya "Kapan boleh pergi?"
Atau seenaknya saja melupakan 
Percintaan ini

Sampai huruf terakhir sajak ini
Kaulah yang harus bertanggung jawab
Atas air mataku

                 (Sapardi Djoko Damono)

Bisa mendapatkan petuah dan wejangan dari beliau anugerah luar biasa. Dan aku beruntung sekali bisa bertemu dengan beliau tanpa bersusah payah. Mudah dan lancar jaya.

Bersama Eyang Sapardi Djoko Damono

Pituturnya tenang dan menentramkan.

"Menulis itu bisa di mana saja, yang perlu itu niat menulis. Niat itu lebih penting dari segala-galanya.'

Ahay. Jadi semangat untuk menulis puisi. Sebab aku kalau niat sih sudah segunung. Tinggal mempraktekkannya saja. Jadi, menulis puisi? Siapa takut.

Tentang Kau dan Hujan

Dalam rinai hujan
Ada sebongkah rindu yang menggumpal
Saat kau tak di sisi

Bukan pada secangkir kopi kesukaanmu
Atau secangkir teh hijau buatanmu

Tetapi
Pada kau dan ciuman panjang di tengah hujan
Intermezo kita dalam mencurahkan cinta

                                                                (Denik)

Sebuah puisi yang coba aku ciptakan dan berhasil tayang di ngodop.com. Salah satu web. komunitas menulis online.

Seharusnya ini jadi penyemangat untuk terus menciptakan puisi-puisi lainnya. Namun entahlah, bagiku  menulis puisi kok sulit sekali ya? Padahal tidak membutuhkan ratusan kata lho. Susah nih kalau bukan tipe orang yang romantis hahahaha

Tapi harus terus semangat. Ayo, semangat! Yuk semangat dan pantang menyerah. Suatu saat pasti berhasil. (EP)

                                 
Sumber:
Gramedia.com
Dokumen pribadi









Komentar

  1. Dulu Saya suka iseng bikin puisi berdasarkan huruf pada nama. Nama sendiri dan nama teman-teman. Misal Wiwin gitu, bisa menjadi 5 baris puisi . Btw waktu SD dulu saya pernah suka banget dengan puisinya Sapardi Djooko Darmono, tapi sayang saya lupa judulnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayuk dikembangkan lagi Mba. Sudah ada bakat itu... hehehe

      Hapus
  2. Saya mati kutu kalau disuruh nulis puisi mba.. Sering takjub jika membaca puisi, darimana ya idenya para penulis puisi merangkai kata menjadi untaian kalimat yang indah itu?
    Sebagian teman bilang blogger = penulis. Sementara, saya belum PD di bilang penulis. Nulis blog saja lah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe...iya saya juga kagum dengan mereka yang bisa merangkai kata-kata puitis. Saya coba kok susah bener.

      Hapus
  3. duu saya juga mengira puisi itu lebayy, alay dan sebagainya. eh sekaran sedikit-sedikit kepikiran ide buat bahan bikin puisi. alhamdulillah puisi saya terkumpul menjadi buku solo antologi saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, keren Mba sudah punya buku puisi. Aku kapan ya? hehehehe

      Hapus
  4. Aku walaupun penulis pemula tetap ngga pede menulis apalagi baca puisi karena ingat pengalaman di bully waktu baca puisi jaman SMA :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow, baca puisi dibully? Macem mana tuh ngebullynya.. hehehehe. Yang penting enggak trauma ya Mba. Jadikan kenangan saja. Tetap semangat.

      Hapus
  5. Wah udah lama banget nggak nulis puisi, dulu mah pas awal-awal nikah suka bikin puisi buat suami trus diumpetin di dibawah lemari, ceritanya biar surprise gitu hehe. Tapi makin kesini makin jarang abisnya udah lama juga nggak bikin puisi jadinya kaku lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kaki ya Mba... hehehehe yang sedang senang-senangnya nulis aja begitu apalagi yang sudah lama tak nulis puisi. Yang penting semangat ya Mba.

      Hapus
  6. Menulis itu bisa di mana saja, yang perlu itu niat menulis. Niat itu lebih penting dari segala-galanya. Noted untuk kalimat ini. Kalau nggak ada niat kesempatan dan kemampuan akan jadi sia-sia. Apalagi kalau tak pernah diasah ya sudah tumpullah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba. Ibarat pisau yang tak diasah. Lama-lama bis tumpul.

      Hapus
  7. Yup, setuju, niat dan kemauan, serta pelaksanaan, adalah 3 hal yang membuat puisi terangkai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe...iya Mba. Tinggal merangkainya nih. Niat gak?

      Hapus
  8. Beruntungnya Mbak Denik bisa ketemu Eyang Sapadi. Saya suka puisi-puisi beliau, suka bikin puisi, dan setuju dengan kalimat beliau di awal tulisan ini. Yuk, berpuisi. Asyik, lho ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mba. Alhamdulillah. Rezeki biker Sholehah.. hehehehe

      Hapus
  9. Wah puisi Mba romantis sekali, benar juga kata beliau asalkan mau tiap orang bisa membuat puisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mba. Masih belajar. Susah sekali ternyata menulis puisi itu... hehehehe

      Hapus
  10. Mbak Denik puisinya dah keren bangets itu..Kalau aku waduh, mending nulis sekian ratus kata daripada puisi hihi..enggak puitis orangnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu juga seperjuangan sendiri Mba... hahahaha. Bener, lebih mudah menulis artikel ratusan kata dibandingkan menulis puisi.

      Hapus
  11. Puisi adalah salah satu genre tulisan yang aku nggak bisa-bisa. Rasanya kok sulit banget buat menuangkan kata.

    Selalu salut sama mereka yang bisa membolak-balikkan diksi jadi padanan kata indah bermakna dalam bentuk puisi.

    Wah happy banget ya mbak bisa langsung ketemu dan dapet wedjangan dari om Sapardi Djoko. Semangat terus mbak Denik��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mba. Aku juga begitu. Susah. Apa yo cuma orang romantis yang bisa menulis puisi... hehehe

      Hapus
  12. Aku punya beberapa buku karya beliau, tapi bukan buku kumpulan puisi... bahasanya enak dibaca, masih lekat walau tahun berkali-kali berganti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar. Kelihatannya mudah ya? Ternyata sulit merangkai kata-kata puitis itu.

      Hapus
  13. Menulis pyisi itu susah-susah gampang. Namun kalau ada kemauan pasti bisa. Aku suka banget dengan karya Eyang Sapardi Djoko Damono.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo aku sih susah banget... hehehehe. Jadi bisa bikin satu puisi rasanya bangga banget.

      Hapus
  14. Memang beliau ini inspirator para penulis especially penulis puisi ya mbak. Alhamdulillah sempat bertemu beliau juga dulu saat ada festival pembaca di Jakarta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, senang ya Mba. Sulit soalnya untuk jumpa sastrawan besar macam beliau.

      Hapus
  15. Waw..mba Denim ODOP angkatan berapa nih? Aku baru ikut oprec odop bulan lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, dirimu ODOP 7 ya? Aku batch 2. Salam kenal.

      Hapus
  16. terkadang saya nulis cerpen malah jd kayak puisi karena suka akhiran berima. saya kira kalau ikut kompetisi bakal menang ternyata yaa enggak lah lan puisi dan sastra lainnya beda penilaian yak. wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe..berarti ada bakat nulis puisi Mba. Ayuk sok gas Ken.

      Hapus
  17. Eyang Sapardi idola saya. Senangnya Mbak Denik bisa bertemu beliau.
    Dan ternyata puisi Mbak Denik keren sangadh...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...