“Hah! Tetangga sebelah kemalingan tadi malam? Jam 3 pagi. Duh, padahal jam 02.30 saya terjaga loh. Begitu melihat weker masih jam segitu, tarik selimut lagi deh.”
Sebuah lontaran kalimat yang pernah terdengar atau bahkan kita sendiri yang mengucapkannya, ketika terjadi suatu peristiwa dalam kehidupan bertetangga. Dan kita tidak peka.
Atau keluhan yang kerap terucap begitu saja dalam keseharian kita di mana pun berada.
“Iiih, semalam nyamuknya banyak bener. Gak bisa tidur saya. Baru sekitar jam 3-an pagi deh mulai bisa lelap tuh!”
Juga ketika kita tiba-tiba terjaga dalam tidur nyenyak hanya gara-gara merasa gatal digigit semut. Ucapan yang tercetus begitu saja biasanya sebuah keluhan.
Hal-hal seperti itu tanpa kita sadari kerap kita alami loh! Bukan hanya sekali, dua kali. Sering kali. Kita pun merasa bahwa itu gangguan tidur, yang tentu semua orang pernah mengalaminya. Dan menganggapnya biasa saja.
Padahal jika kita mau merenungkannya dengan sungguh-sungguh. Hal kecil yang kita alami itu merupakan tanda-tanda kehadiran Allah yang sedang menghampiri kita. Melalui semut dan nyamuk sebagai perantaranya. Untuk mencolek kita agar terbangun dan segera berwudhu.
Mendirikan salat malam. Lalu berkomunikasi dengan Sang Pencipta mengeluarkan uneg-uneg di hati. Karena di sepertiga malam yang akhir itu Dia turun dari Arsy-Nya untuk melihat hamba-hamba-Nya dari dekat.
Bukankah Dia sudah mengatakan dalam firman-nya,”Qumillaila ILLa qoliilaan. Innanasyiatallaili hiya asyaddu wath’awwa aqwamuqiilaa.” (surat Al-Muzzamil ayat 2 & 6)
Artinya : "Bangunlah engkau untuk sholat malam. Sesungguhnya bangun malam (untuk sholat lail) itu lebih memperkuat hati."
Sungguh sebuah perintah yang sering kali terabaikan begitu saja. Padahal jika mau melaksanakannya, tak akan kita mengenal kata galau apalagi merasakan galau. Sebab hati ini telah terjaga dari hal-hal seperti itu. Hanya, kita mengabaikan semua tanda-tanda pengingat yang telah dikirim oleh-Nya. Sebagai wujud kecintaan Dia kepada kita.
Mulai pikirkanlah dan renungkan hal-hal kecil semacam itu. Karena kita termasuk hamba yang istimewa bisa dicolek oleh Sang Empunya hidup. Jadi pada nyamuk dan Semut seharusnya kita berterima kasih. Karena makhluk kecil itu patuh diperintah oleh-Nya untuk membangunkan kita.
Kalau mereka (Nyamuk dan Semut) itu mutung, tidak mau melaksanakan perintah-Nya. Lalu diganti makhluk lain yang mencolek kita? Apa jadinya? Maka pada nyamuk dan Semut teriring rasa syukur yang tak terhingga itu. Seharusnya!
Larinda, Oktober 2016
#onedayonepost
#harike-6
#oktober
#renungandiri
#harike-6
#oktober
#renungandiri
Kadang kita yang nggak peka ya mbak..😢
BalasHapusIya, saya bgt tuh... Sering di colek dan abai saja, hikss
BalasHapuskita yang sudha marah duluan...
BalasHapusdiingatkan bersyukur..makasih mbakku
BalasHapusdiingatkan bersyukur..makasih mbakku
BalasHapusaku tadi juga abis dikejar2 nyamuk .. hihihi
BalasHapus