Langsung ke konten utama

Bersama Yamaha Menjelajah Negeri Tanpa Ngeri

Bahwa Yamaha Semakin di Depan itu memang benar dan terbukti. Saya merasakannya sendiri. Ketika tahun lalu tepatnya bulan Juli tahun 2016 saya dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Mio mampu melintas batas Tangerang menuju Surabaya sendirian. Ya, sendirian. Hanya berdua dengan Yamaha Mio yang saya kendarai.

Dokumen pribadi

Bermula dari melencengnya jadwal libur lebaran yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Saat itu memang bertepatan dengan libur lebaran Idul Fitri. Saya dan adik-adik biasanya mengunjungi sanak-saudara di daerah Lampung dengan mengendarai sepeda motor. Konvoi orang menyebutnya. Tetapi rencana itu batal karena salah satu adik saya merasa tidak fit kondisi badannya. Jadi diputuskan lebaran kali ini di Jakarta saja. 

Saya yang memiliki waktu seminggu libur lebaran, merasa sayang jika waktu libur yang cukup panjang itu tidak dipergunakan untuk melakukan sesuatu hal yang berguna. Silaturrohim salah satunya. Untuk rekan dan kerabat di Jakarta saja sih satu, dua hari sudah bisa dikunjungi semua. Nah, sisa waktu yang ada ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Lalu tercetuslah ide untuk mengunjungi sanak saudara di Jawa Tengah dengan mengendarai sepeda motor. 

“Gila Lo! Jawa Tengah itu kan jauh. Panas bokong gue motoran berjam-jam,” ujar salah satu kawan yang ingin saya ajak untuk menemani perjalanan ini.

Begitu pun jawaban dari kawan-kawan yang lain. Ya sudahlah. Berhubung tidak ada yang mau diajak akhirnya saya putuskan berangkat sendiri. Sendiri tak berarti sepi. Sendiri tetaplah berarti. Itu prinsip saya. 

Berbekal prinsip itu maka hari itu, Jumat tanggal 8 Juli 2016 tepat pukul 08.00 pagi saya berangkat menuju Jawa Tengah. Tempat sanak-saudara ibu berada. Apakah tak ada perasaan khawatir pergi sendirian? Hohoho. Tentu adalah perasaan itu. Saya kan manusia biasa. 

Apalagi kondisi sepeda motor Yamaha Mio yang akan saya bawa ini tidak dalam kondisi fit. Maksudnya belum di servis dan ban belakang sudah tipis. Mau dibawa ke bengkel saat itu ya gak bisa. Karena masih suasana lebaran. Bengkelnya belum buka. Jadi ya sudah. Nanti saja kalau sudah di Jawa Tengah baru di servis. Saya yakin bisa kok. Yamaha kan terpercaya. Moto Yamaha Semakin di Depan bukan main-main loh.
 
Maka melajulah saya bersama Yamaha Mio membelah Jakarta. Melintasi Bekasi, Karawang, Subang dan Cirebon. Di kota Cirebon saya putuskan bermalam untuk mengistirahatkan tubuh dan si Yamaha Mio ini. 

Esok paginya perjalanan saya lanjutkan melintasi Brebes, Tegal, Bumi Ayu, Ajibarang, dan sampailah diWangon serta Rawalo. Dua tempat yang saya tuju. 

“Bocah gendeng!” ucapan yang terlontar menyambut kedatangan saya. 

Saya hanya tersenyum sambil mengelus-elus si Yamaha Mio. Karena saya memang tidak memberi kabar tentang kedatangan ini. Diam-diam saja. Kalau memberi tahu terlebih dahulu tentu tidak boleh. Sambil melepas kangen dan bersilaturrahim dengan sanak-saudara di sini saya pun tak lupa memberi kabar kepada kawan dan keluarga di Jakarta bahwa saya sudah tiba dengan selamat. 

Ada salah satu kawan yang sangat suprise mendengar saya berada di Jawa Tengah. 

“Lanjut ke Surabaya aja, Mba! Kita lagi ada di sini. Lebaran di Surabaya.” 

Tawaran yang menantang. Surabaya kota masa kecil saya. Tempat keluarga bapak berada. Kenapa tidak? Maka malam itu saya putuskan bahwa saya akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya. 

Saya kabari keluarga di Jakarta tentang rencana perjalanan saya ini. Lagi-lagi reaksinya tak mendukung.

 “Jangan gila! Surabaya itu jauh banget tauk!” Saya hanya tertawa. 

“Doain aja. Tanggung sudah di sini.” Dan sudah. Tidak ada yang bisa mencegah saya. Karena mereka tahu bagaimana saya. Begitupun sanak-saudara yang saya singgahi ini. Meskipun berat melepas kepergian saya tetapi semua keputusan ada ditangan saya. Maka diikhlaskan dan didoakan adalah jalan terbaiknya. 

Akhirnya hari itu, Minggu tanggal 10 Juli 2016 pukul 08.00 pagi saya bersama Yamaha Mio memulai penjelajahan lagi. Tujuan akhir Surabaya. Tetapi saya rencanakan untuk menyinggahi tempat-tempat menarik yang dilalui. Sekaligus mengunjungi kawan-kawan dunia Maya yang bisa dihubungi. Tekad itu semakin memacu semangat saya untuk menjelajah negeri ini bersama Yamaha Mio. 

Jalur yang saya pilih adalah melalui Purwokerto, Banyumas, Sokaraja, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Bandungan, Ambarawa, Bawen dan bermalam di Semarang. Selama perjalanan ini saya singgah sejenak di tempat-tempat yang menurut saya cukup menarik. Tentu saja untuk mengabadikan moment. Ada yang dengan cara selfie atau minta bantuan orang yang kebetulan ada di sekitar saya. Seperti saat melihat keindahan Sungai Serayu dan gagahnya Gunung Selamet.

Saat melintasi perbatasan daerah Wonosobo, saya merasa senang sekali. Karena ini artinya saya akan meliuk-liuk di daerah Dieng yang sudah terkenal keindahannya. Saya usap si Yamaha Mio untuk terus bersemangat. Setelah sebelumnya saya sempatkan menikmati segelas dawet ayu khas Banjarnegara saat melintas di alun-alun daerah sana. Meskipun saya tidak terlalu suka dawet, tetapi mumpung di sana ya bolehlah mencicipi rasanya. Sekaligus mengistirahatkan si Yamaha Mio yang sudah membawa saya sampai di Banjarnegara. 

Dan moment yang saya sukai adalah ketika bisa berfoto dengan si Yamaha Mio dengan latar pegunungan Dieng. Wow.....!!! 

Setelah cukup puas menikmati keindahan pegunungan Dieng, perjalanan pun saya lanjutkan. Selepas meliuk-liuk di daerah Wonosobo, saya dan si Yamaha Mio kembali meliuk-liuk di daerah Temanggung yang kanan kirinya hutan jati. Tiba di persimpangan jalan antara jalur yang menuju Semarang dan Ungaran, laju si Yamaha Mio saya belokkan menuju Ungaran. Karena saya ingin menikmati senja di Bandungan. 

Setelah merasa cukup puas menikmati suasana Bandungan, perjalanan pun saya lanjutkan menuju kota Semarang melalui Ambarawa dan Bawen untuk bermalam dan istirahat di sana. Saya tidak ingin memaksakan diri dan juga si Yamaha Mio untuk secepatnya tiba ditujuan. Karena saya ingin bersenang-senang dengan si Yamaha Mio menikmati keindahan alam Indonesia dan mensyukuri karunia yang sudah Tuhan berikan berupa kekuatan diri ini. 

Esok harinya, Senin 11 Juli 2016 pukul 08.00 saya kembali melanjutkan perjalanan. Jalur yang saya pilih adalah Grobogan, Sukolilo, Pati, Rembang, Lasem dan bermalam di Tuban. Tetapi sebelum meninggalkan Semarang, saya sempatkan singgah di Masjid Agung Jawa Tengah. 

Baru setelah itu saya lanjutkan perjalanan menuju Pati. Karena ada kawan yang ingin saya kunjungi di daerah sana. Usai dari Pati perjalanan tinggal saya luruskan menuju Rembang, Lasem dan Tuban. Saat melintasi perbatasan provinsi Jawa Timur, perasaan ini begitu membuncah penuh kebahagiaan. Wow. Saya sudah tiba di daerah Jawa Timur. 

Saya pun semakin bersemangat memacu si Yamaha Mio untuk segera tiba di Tuban. Di sini selain ada kawan yang ingin saya singgahi juga ada beberapa sanak-saudara yang juga perlu dikunjungi. Setelah bermalam dan merasakan suasana Tuban malam hari, keesokan harinya perjalanan saya lanjutkan untuk menuju Surabaya yang sudah di depan mata. 

Hari itu Selasa tanggal 12 Juli 2016 pukul 06.00 pagi saya meninggalkan Tuban dengan tujuan Mojokerto dulu sebelum tujuan akhir yakni Surabaya. Saya ingin sekali menjejakkan kaki di bumi Majapahit. Selain itu memang ada kawan di sana yang juga perlu di singgahi. Jalur yang saya pilih adalah melalui Babat, Ngimbang, Ploso baru Mojokerto. Sebelum memasuki daerah Ngimbang, saya mengajak si Yamaha Mio untuk sejenak istirahat di bengkel. Untuk mengganti oli dan ban belakang yang sudah menipis. 

Selain itu untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya bocor ban di tengah hutan. Ya, hutan. Sebab jalur Ngimbang yang akan saya lalui adalah berupa hutan yang sepi. Dan benar saja. Ketika saya melalui jalur itu, ada sepasang suami istri dengan anak yang masih balita terlihat berjalan menuntut sepeda motornya yang bocor. Sementara untuk mencapai bengkel terdekat entah berapa kilometer lagi. Maka saya ulurkan bantuan untuk memboncengkan si ibu muda bersama anaknya menuju bengkel terdekat. Saya bersyukur sudah membawa si Yamaha Mio ke bengkel, sehingga dalam situasi seperti ini bisa mengulurkan bantuan dengan tenang.

Seusai mengedrop si ibu muda tersebut dibengkel terdekat, saya pun melanjutkan perjalanan menuju Ploso. Jalur terdekat untuk sampai di Mojokerto. Rasanya sudah tak sabar untuk segera menjejakkan kaki di bumi Majapahit. Maka ketika akhirnya saya tiba di alun-alun Mojokerto, rasanya luar biasa sekali. 

Setelah puas menikmati senja di alun-alun Mojokerto dan bertemu dengan kawan d sini serta merasakan suasana malam di bumi Majapahit. Saya pun harus segera melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam. Saya tidak bermalam di Mojokerto karena ada sedulur yang bisa saya singgahi di daerah Krian.  

Esok paginya hari Rabu tanggal 13 Juli 2016 pukul 06.30 saya lanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Tepatnya daerah Jemursari. Di sanalah tempat yang akan saya tuju. Kemacetan sepanjang jalan Sidoarjo saya nikmati dengan hati berbunga. Begitupun keruwetan di jalan-jalan saat memasuki wilayah Surabaya. Karena hari itu sudah usai libur lebaran bagi semua karyawan dan pegawai yang tidak cuti. Semua saya nikmati dengan hati senang dan penuh kesyukuran. Karena akhirnya saya sampai juga di Surabaya. 

Yeaaah...!!!! Yamaha jagonya motor sport.

Jika saya bersama si Yamaha Mio bisa menjelajah negeri tanpa rasa ngeri. Tentu bagi teman-teman yang memiliki Yamaha R15 atau Yamaha R25 bisa lebih mantap menjelajah negeri dengan penuh keyakinan. Karena memang Yamaha R15 dan R25 lebih unggul segala-galanya. Bagi yang belum tahu atau ingin tahu lebih banyak tentang Yamaha R15 atau Yamaha R25, bisa melihat link ini http://www.yamaha-motor.co.id

Mari menjelajah negeri bersama Yamaha. Karena Yamaha Semakin di Depan.


#YamahaJagonyaMotorSport



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mahoni. Usianya lebih

Alhamdulillah Bisa Kentut

Uuupppss!!! Ini bukan bicara jorok atau kotor. Tapi hanya untuk mengingatkan. Bahwa maaf, kentut itu termasuk anugerah terindah yang patut disyukuri. Loh! Kok? Eits, jangan bengong begitu ah. Coba saja rasakan ketika kita beberapa hari ternyata enggak bisa kentut. Rasanya ini perut kembung dan enggak enak. Tapi begitu bisa kentut. Rasanya legaaaa...sekali. Bisa terbayang toh bagaimana mereka yang tidak bisa kentut atau BAB (Buang air besar) akhirnya harus ke rumah sakit untuk diambil tindakan. Maka bersyukurlah kita yang bisa kentut setiap saat. Selama ini kita mengucapkan syukur itu jika berhubungan dengan rezeki dan sesuatu yang menyenangkan.  "Alhamdulillah dagangan hari ini ludes."  Atau  "Alhamdulillah si kakak juara kelas." Sangat jarang jika mengeluarkan kentut langsung mengucap Alhamdulillah. Padahal kentut salah satu nikmat yang luar biasa.  Jadi mulai sekarang biasakan mengucap syukurnya bukan saja ketika berhubungan dengan rezeki dan gengsi.

Gaya Rambut Muslimah yang Dianjurkan

Gaya rambut seseorang biasanya mengikuti karakter diri orang tersebut. Jika ia seorang yang aktif dan energik. Maka gaya rambut yang dipilih biasanya model Demi Moore. Itu loh si cantik di film Ghost. Gaya rambut ala Demi Moore Image foto by Lifestyle Okezone Gaya rambut ala Demi Moore sempat nge-hits di jamannya. Atau gaya rambut ala Putri Diana. Mendiang istri Pangeran Charles dari Inggris ini tetap cantik dan anggun meski berambut pendek. Gaya rambut ala Putri Diana Image foto by pinteres Bagi orang yang memiliki rambut panjang disebut sebagai orang yang sabar. Karena memiliki rambut panjang memang butuh kesabaran. Terutama dalam hal perawatan. Image foto by tagged.com Sementara orang yang menyukai gaya rambut pendek disebut sebagai orang yang tidak sabaran. Ingin serba cepat dalam bertindak. Tentu orang yang seperti ini tidak akan sabar kalau harus merawat rambut. Itu semua pendapat yang saya yakini ketika belum berhijab. Setelah berhijab dan mengetahui