“Apa! Loe enggak jadi merried? Kenapa?” tanya saya.
“Uangnya gak cukup. Kita maunya sederhana aja. Tapi ortu maunya pesta gede-gedean. Jadi di suruh undur dulu,” kata kawan saya.
“Oalaaah. Sabar ya? Belum dikodar menikah sekarang berarti,” kata saya memberikan semangat.
Dokumen pribadi
Itu percakapan kami yang ternyata sudah berlangsung lama. Ketika kami bertemu kembali, kawan saya itu justru curhat yang lebih menyentuh perasaan.
“Gue udah putus sama calon yang dulu itu. Jadi sekarang jomlo.”
“What! Kok bisa? Kan tinggal ngumpulin uang aja?” sahut saya agak kaget tapi buru-buru senyum santai biar enggak tegang.
“Calon gue enggak sanggup kalo harus nurutin ortu gue. Jadinya dia mundur. Dan gue dipersilakan nyari yang lain.”
Saya terhenyak.
“Sekarang kalo ada cowok yang deket sama gue, ortu yang udah nyecer soal kesanggupan si cowok kalo mau serius sama gue. Lha, gue kan malu ya? Belum-belum udah gitu. Jadinya gue males mau merried,” ujar kawan saya dengan nada kesal.
“Waktu gue protes sama ortu. Mereka bilang sekarang ini apa-apa mahal. Ya harus sudah dipatokin berapa-berapanya. Biar enggak malu-maluin. Apalagi temen-temen kantor bokap kebanyakan atasan-atasan gitu. Jadi ya harus pesta beneran. Bukan asal-asalan. Kalau perlu jual tanah atau mobil deh,” tutur kawan saya.
Astagfirullah. Sampai segitunya? Kata saya dalam hati. Jadi iba mendengar permasalahan kawan saya ini.
Pada dasarnya menikah itu kan ibadah. Sebagai umat muslim ini merupakan salah satu sunah rasul. Setengah dari agama kita sudah terjaga dengan menikah. Jadi seyogyanya ya dilancarkan dan dimudahkan urusannya. Tidak dipersulit seperti itu.
Namun dalam kenyataannya niat baik itu terkadang terkendala masalah gengsi. Iya, gengsi. Seorang anak yang sudah berniat menikah tiba-tiba membatalkan niatnya. Hanya karena merasa tak sanggup memenuhi salah satu syarat yang diajukan. Yaitu harus pesta besar-besaran dengan biaya sekian ratus juta. Ini kan membuat setan tertawa penuh kemenangan.
Kok bisa? Ya, iya. Karena setan memang sangat menghalang-halangi umat Nabi Muhammad untuk menikah. Dengan cara apapun. Bisa dengan menghembuskan rasa khawatir bahwa setelah menikah tidak memiliki kebebasan lagi. Bisa juga dengan menghembuskan rasa gengsi seperti kasus kawan saya itu. Sehingga akhirnya timbul perasaan malas menikah.
Jika sudah begini, setan sudah merasa menang. Selanjutnya tinggal sedikit cara lagi maka setan bisa menggelincirkan umat Nabi Muhammad ke lembah nista. Dan si setan akan mendapatkan mahkota kemenangan.
Mereka yang awalnya sudah berniat menikah lalu batal bahkan memutuskan malas menikah, sangat rentan dari godaan setan. Apalagi jika tidak dilandasi keimanan yang kuat. Alih-alih lebih mendekatkan diri kepada Allah. Mereka justru mencari kesibukan di luar bersama teman-teman dengan dalih menghilangkan stress.
Dalih seperti ini yang akhirnya bisa menjerumuskan mereka ke lembah nista. Yakni perbuatan zina. Sebab sebagai manusia yang sudah matang, kebutuhan biologis itu dengan sendirinya sudah minta dipenuhi. Tetapi karena cara halal sulit ditempuh akhirnya mereka memilih cara seperti itu. Yang penting tidak hamil. Aman. Cuma Allah yang tahu. Pendapat mereka Allah enggak bakal cerita kemana-mana. Enggak kayak manusia. Audzubillah min dzalik.
Tahukah? Bahwa setan bersorak penuh kemenangan. Mereka berhasil mengajak umat Nabi Muhammad untuk menjadi penghuni neraka yang kekal. Sementara mereka, orang-orang yang berhasil dijerumuskan itu merasa biasa saja. Justru menganggap enteng hal semacam itu.
"Hari gini? Wajar kali begituan duluan."
Astagfirullah hal adziim. Semoga pembaca tulisan ini tidak termasuk golongan yang seperti ini. Baik diposisi sebagai orang tua atau diposisi sebagai si anak. Menikah itu ibadah. Yang namanya ibadah itu berat serta ada saja halangannya. Tugas kita adalah membantu dan melancarkan. Jika tidak mampu ya cukup mendoakan dengan yang baik-baik.
Kalau pun ada penundaan, bukan disebabkan oleh keegoisan manusia. Baik sangka saja terhadap Allah. Semua sudah ada kodarnya. Yang penting tetap berada di jalan-Nya. Jangan menyimpang.
#onedayonepost
#januari2017
#harike-8
#renungan
#januari2017
#harike-8
#renungan
Sepertinya sidah jamak terjadi di masyarakat kita yang kek gitu mbak...
BalasHapusItulah...Makanya harus diluruskan, niat menikah itu untuk apa? Kasihan kan mereka yang terkena imbas dari semua ini.
BalasHapusAmiinn..
BalasHapusAlhamdulillah ortu sudah berhasil kami 'pengaruhi' dengan konsep pernikahan sederhana.
Semoga pembaca cerita ini semakin sadar esensi pernikahan sbg ibadah dan dimudahkan dlm melaksanakan ^_^
Aamiin... Betul Mba.
BalasHapus