Banyak cara yang dilakukan orang dalam mempromosikan dagangannya. Ada yang dengan cara membagi-bagikan brosur, menempelkan selebaran, mendatangi rumah-rumah atau gencar promosi di media sosial. Semua demi larisnya barang yang dijual.
Ada juga yang berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Seperti yang dilakukan oleh pedagang tahu bulat. Jajanan yang sedang marak dan menjadi fenomena di masyarakat. Bahkan tahu bulat ini menginspirasi musisi dangdut dalam berkreativitas. Sehingga terciptalah lagu dengan tema tahu bulat.
Dokumen pribadi
Sementara di kalangan masyarakat sendiri, lagu jualan tahu bulat sudah tak asing terdengar di telinga.
Tahu Bulat...Di gorengnya mendadak...Satu lima ratus...Kalau duanya seribu.
Hampir semua orang hafal dengan lagu itu. Saya sebetulnya orang yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal semacam ini. Tetapi ketika tetangga sebelah rumah kerap mendendangkan lagu macam itu, saya menjadi hafal dan prihatin karenanya.
Hafal? Tentu saja. Lha, wong setiap hari tetangga sebelah mendendangkan lagu itu untuk menenangkan anaknya. Ini yang menjadi keprihatinan saya. Anak balita didendangkan lagu seperti itu. Bisa dibayangkan apa yang terekam diingatannya? Memang itu hak mereka terhadap anaknya. Tapi mbok yo sing bener kalau mengudang anak itu.
Usia keemasan seharusnya dijejali dengan hal-hal baik. Meskipun itu hanya sebuah lagu. Tidak asal dalam menimang dan mengasuh anak. Sebab seperti apa anak kita kelak, kita sendiri sebagai orang tua yang mewarnai hidupnya. Anak ibarat kertas putih yang masih kosong. Kita, orang tuanyalah yang memberi goresan pada kertas itu. Maka berhati-hatilah. Jangan sampai kotor, rusak apalagi robek.
#onedayonepost
#maret2017
#harike-8
#polaasuhorangtua
Masing mending lagu tahu bulat mbak... Klo lagu2 yg gak senonoh itu. Lebih parah malah. Anak kelas 1 SD lagunya udah gak bener. Gimana nanti gedenya?? Miris.
BalasHapus