Selalu ada kejutan dalam hidup. Kalimat yang mungkin biasa saja. Namun kerap terasa luar biasa ketika kita mengalaminya. Tak percaya? Coba diingat-ingat kembali beberapa peristiwa dibelakang hari.
Hal ini yang belum lama saya alami. Ketika dalam suatu kesempatan mengikuti pelatihan membatik bersama ibu-ibu se-kecamatan Kota Tangerang. Saya mendapatkan kejutan tak terduga. Kalau bisa diduga bukan kejutan namanya.
Ibu-ibu yang merupakan para pembatik di kecamatan setempat dan para pegiat budaya dipertemukan kembali dalam pelatihan membatik. Kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang.
Dokpri
Jika tahun lalu pelatihan dititikkan pada satu lokasi. Tidak demikian dengan pelatihan tahun ini. Kegiatan dilakukan di wilayah kecamatan masing-masing. Karena saya tinggal di Larangan Indah maka saya tergabung dalam pelatihan di wilayah Kecamatan Larangan. Bergabung dengan ibu-ibu pembatik yang sudah mahir dan keren jasa.
Dalam pelatihan yang dilaksanakan selama lima hari berturut-turut ini, kami diberikan materi yang terkait dengan membatik. Mulai dari sejarah batik, cara membuat desain batik, cara mewarnai, cara membuang limbah batik sampai cara memasarkan batik yang sudah dibuat serta pengetahuan lain seperti tentang koperasi.
Selanjutnya ilmu yang didapatkan selama pelatihan diaplikasikan dalam bentuk praktek membatik. Tentu saja bukan asal membatik. Karena kita diberi PR untuk membuat batik sepanjang dua meter yang hasilnya akan dipamerkan. Wow, tak main-main bukan?
Lalu di mana kejutan yang saya sebutkan di atas? Jadi ya, dalam salah satu sesi pelatihan terkait pewarnaan. Pematerinya pernah satu event dengan saya, yang parahnya saya tidak mengenalinya. Bukan karena sombong tidak mau mengenal orang. Tetapi saya itu tidak ngeh-an orangnya. Kadang kenal wajah tapi tak tahu namanya. Atau tahu namanya tapi lupa wajahnya. Ya begitulah. Apalagi kalau hanya bertemu sesaat. Harap dimaklum ya?
Nah, kembali ke cerita di atas. Ketika tiba di sesi pemberian materi berikutnya. Si pemateri menyapa beberapa peserta yang ada didekatnya. Saya salah satunya. Dalam satu perbincangan tiba-tiba beliau berkata:
"Sepertinya kita pernah bertemu sebelum ini deh, Bu."
Saya yang tidak ngeh-an hanya tersenyum.
"Oh, ya? Di mana ya, Pak? Maaf, saya teh orangnya lupaan," kata saya tak enak hati.
Si bapak terdiam sebentar. Sepertinya mengingat-ingat sesuatu. Tiba-tiba:
"Ah, iya. Ibu kan yang menulis buku Ketika Srikandi Bersepeda ya? Saya datang waktu bedah buku ibu di Dewan Kesenian Kota Tangerang waktu itu."
Saya langsung ingat peristiwa itu. Tapi tidak ingat wajah si bapak ini. Kalau ternyata ia salah satu tamu yang hadir. Duh, parah jasa nih saya?
"Oh, iya. Benar. Saya memang pernah bedah buku di sana. Duh, tapi saya benar-benar tidak ingat wajah bapak," sahut saya merasa tak enak hati.
Si bapak tersenyum.
"Enggak apa-apa, Bu. Waktu itu kan ibu yang di depan. Jelas tidak ingat satu per satu wajah yang datang. Sekarang gantian saya yang di depan. Kalau tidak berhadapan seperti ini mungkin saya juga tidak tahu. Apalagi Mas Zein tadi ada menyinggung soal tulisan. Saya baru ingat."
Kami sama-sama tersenyum. Tak menduga dengan peristiwa ini. Bahwa ternyata literasi dan budaya mempertemukan kami kembali. Usai pemberian materi barulah kami sempat berbincang-bincang kembali.
Semoga pertemuan ini memberi sinergi yang baik bagi perkembangan budaya dan literasi yang kami geluti. Terutama untuk perkembangan di kota tempat kami tinggal. Yaitu Kota Tangerang. Semoga.
Jadi selalu semangat ya dalam berkegiatan itu. Kegiatan apa saja. Yang bermanfaat tentunya. Siapa tahu ada kejutan juga yang kamu dapatkan. Ketemu mantan misalnya. Eh.(EP)
Dalam pelatihan yang dilaksanakan selama lima hari berturut-turut ini, kami diberikan materi yang terkait dengan membatik. Mulai dari sejarah batik, cara membuat desain batik, cara mewarnai, cara membuang limbah batik sampai cara memasarkan batik yang sudah dibuat serta pengetahuan lain seperti tentang koperasi.
Dokpri
Selanjutnya ilmu yang didapatkan selama pelatihan diaplikasikan dalam bentuk praktek membatik. Tentu saja bukan asal membatik. Karena kita diberi PR untuk membuat batik sepanjang dua meter yang hasilnya akan dipamerkan. Wow, tak main-main bukan?
Dokpri
Lalu di mana kejutan yang saya sebutkan di atas? Jadi ya, dalam salah satu sesi pelatihan terkait pewarnaan. Pematerinya pernah satu event dengan saya, yang parahnya saya tidak mengenalinya. Bukan karena sombong tidak mau mengenal orang. Tetapi saya itu tidak ngeh-an orangnya. Kadang kenal wajah tapi tak tahu namanya. Atau tahu namanya tapi lupa wajahnya. Ya begitulah. Apalagi kalau hanya bertemu sesaat. Harap dimaklum ya?
Dokpri
Nah, kembali ke cerita di atas. Ketika tiba di sesi pemberian materi berikutnya. Si pemateri menyapa beberapa peserta yang ada didekatnya. Saya salah satunya. Dalam satu perbincangan tiba-tiba beliau berkata:
"Sepertinya kita pernah bertemu sebelum ini deh, Bu."
Saya yang tidak ngeh-an hanya tersenyum.
"Oh, ya? Di mana ya, Pak? Maaf, saya teh orangnya lupaan," kata saya tak enak hati.
Si bapak terdiam sebentar. Sepertinya mengingat-ingat sesuatu. Tiba-tiba:
"Ah, iya. Ibu kan yang menulis buku Ketika Srikandi Bersepeda ya? Saya datang waktu bedah buku ibu di Dewan Kesenian Kota Tangerang waktu itu."
Saya langsung ingat peristiwa itu. Tapi tidak ingat wajah si bapak ini. Kalau ternyata ia salah satu tamu yang hadir. Duh, parah jasa nih saya?
"Oh, iya. Benar. Saya memang pernah bedah buku di sana. Duh, tapi saya benar-benar tidak ingat wajah bapak," sahut saya merasa tak enak hati.
Si bapak tersenyum.
"Enggak apa-apa, Bu. Waktu itu kan ibu yang di depan. Jelas tidak ingat satu per satu wajah yang datang. Sekarang gantian saya yang di depan. Kalau tidak berhadapan seperti ini mungkin saya juga tidak tahu. Apalagi Mas Zein tadi ada menyinggung soal tulisan. Saya baru ingat."
Dokpri
Kami sama-sama tersenyum. Tak menduga dengan peristiwa ini. Bahwa ternyata literasi dan budaya mempertemukan kami kembali. Usai pemberian materi barulah kami sempat berbincang-bincang kembali.
Semoga pertemuan ini memberi sinergi yang baik bagi perkembangan budaya dan literasi yang kami geluti. Terutama untuk perkembangan di kota tempat kami tinggal. Yaitu Kota Tangerang. Semoga.
Jadi selalu semangat ya dalam berkegiatan itu. Kegiatan apa saja. Yang bermanfaat tentunya. Siapa tahu ada kejutan juga yang kamu dapatkan. Ketemu mantan misalnya. Eh.(EP)
#odopday8
#tentangkita
#onedayonepost
#literasidanbudaya
#estrilookcommunity
wuaaah keren banget mbaa, langsung di notice sama bapaknya dan melalui tulisan. Itu keren banget lho mba, tapi biasanya gitu sih, aku juga kalo ketemu org yg aku idolakan itu, biasanya lewat tulisannya yg membuat aku terpukau
BalasHapusHihihi...iya, Mba. Aku juga gitu. Pas merasakan sendiri percaya gak percaya gitu deh.
HapusSaya suka dengan kejutan, tapi kejutan yang manis bukan yang ngeselin (eh, malah milih). Hihihi.
BalasHapusHehehehe
HapusSaya juga ga gampang untuk ingat wajah dan nama orang yang baru sekali dua kali bertemu. Mungkin saat acara bedah buku acaranya sangat berkesan jadi pematerinya tidak terlupakan :D. Sehat dan sukses selalu ya Bu :).
BalasHapusAamiin. Terima kasih Mba. Iya, nih. Repot kalo enggak ngeh-an gini.. hehehe
HapusWaahhh keren banget Mba :)
BalasHapusMeski nggak mudah mengingat orang, asal orang mengingat kita melalui karya-karya kita ya Mba :D
Brandingnya kereennn
Iya, Mba. Senang ada yang mengingat kita. Meski malu hari juga karena enggak ngeh-an.. hehehe
HapusAku selalu salut sama pembatik. Mereka itu telaten banget ngebatiknya. Aku seneng pakai batik yang ditulis begini. Motifnya bagus-bagus.
BalasHapusBetul Mba. Makanya ingin bisa juga walau gak jago-jago amat.. hehehe
HapusWow keren mba, dikenali dari karya itu sesuatu banget. Aku dulu pernah ngebatik, tapi buat tugas kuliah hahaha... itu susah banget mengerjakannya karena harus detil dan menitikkan satu-satu. Jadi ingin tahu hasil batiknya mba
BalasHapusTerima kasih Mba. Betul itu. Membatik bukan pekerjaan mudah. Butuh ketelitian dan kesabaran.
Hapusmba aku penasaran sama batik dua meternya hehe.
BalasHapussenengnya ikut eveng emang gini ya. dapet ilmu baru. ketemu orang baru, eh ketemu juba sama oranb lama hhe.
Saya juga penasaran dengan karya sendiri nih... hehehe. Cuma harus distop sementara kegiatannya. Jadi belum diwarnai.. hehehe
HapusBagus kegiatan pelatihan praktik membatiknya ya Mbak,, pasti bermanfaat bagi peningkatan keterampilan ibu-ibu
BalasHapusBenar Mba. Sangat bermanfaat.
HapusBatik itu hasil karyanya saja begitu bagus, jadi pembuatannya juga tidak bisa sembarangan, perlu ketelitian dan kesabaran. Salut sama yang buat batik.
BalasHapusBetul Mba. Pembatik itu hebat. Saya merasa enggak sabaran kayaknya... hehehe
HapusKebetulan yang mengejutkan. Aku suka kalimat: literasi dan budaya yang memepetemukan. Btw, susah gak membatik itu Mbak? Kalau kami di Palembang, khasnya bikin songket. Menurutku susah ��
BalasHapusEnggak susah sih. Cuma benar-benar butuh kesabaran, ketelitian dan ketekunan.
HapusPasti berkesan sekali ya, Mbak, ketemu dengan pembaca buku kita. Sampai-sampai hadir di acara bedah bukunya. Buat seorang penulis ini prestasi banget lho, Mbak. Apresiasi dari pembaca itu segalanya.
BalasHapusBetul Mba. Apalagi beliau salah satu pengisi materinya. Sempat gimana gitu karena sifat gak ngeh-an ini.
HapusSaya lahir di Batang, dekat Pekalongan yang terkenal dengan julukan kota batik, tapi sampai sekarang masih belum terlaksana belajar mbatik, hihihi..
BalasHapusTerus semangat berbagi manfaat ya mba.. you're inspiring !
Wah, iya tah Mba? Orang Pekalongan tapi belum pernah nyoba membatik... hehehe
HapusAyo kapan-kapan Mba. Aku sih penasaran aja kayak mana rasanya membatik
Wow, langsung dikenali. Terbukti hits nih mbak denik.
BalasHapusSebetulnya, saya juga merasa pernah ketemu mbak di eventnya BP kalau nggak salah.
Hihihi...iya, ya? Kalau ketemu lagi langsung teriakin aja Mba. Saya mah enggak ngeh-an kalo gak dicolek duluan... hehehe
HapusMaunya di setiap daerah juga ada kegiatan seperti ini. pengenalan budaya. setidaknya diperuntukkan bagi ibu-ibu. Btw, selamat utk karyanga yang udah terbit buk.
BalasHapusTerima kasih Mba. Iya, betul. Setidaknya bagi yang memiliki bakat dan minat bisa tersalurkan.
HapusHihi, gantian yang di depan maka Mbak Denik enggak mengenali Bapak ini. Keren, Mbak...Semoga sinergi budaya dan literasi ini terus berjalan dengan baik ya. Semnagat dengan kegiatannya, semoga lancar jaya!!
BalasHapusAamiin. Terima kasih Mba
Hapus