Langsung ke konten utama

From Erni to Denik

Apalah arti sebuah nama.

Begitu ungkapan yang sering kita dengar. Bagi saya, nama itu apalah...apalah. Orang tua, saat memberikan nama untuk buah hatinya, diiringi doa dan harapan indah dibalik nama tersebut. Maka berterima kasihlah atas nama yang telah kita sandang tersebut.

Dokumen pribadi

Namun ada hal-hal yang akhirnya mengubah nama pemberian orang tua dalam hal pemanggilan. Entah karena faktor lingkungan, suku, atau perubahan fisik. Contohnya yang terjadi pada kawan saya. Nama aslinya Ampuh Sihombing. Tapi kawan-kawan lebih senang memanggil dia Ucok. Panggilan anak laki-laki dalam suku Batak. Karena kawan saya memang keturunan Batak. Ada lagi salah satu kawan yang berasal dari Jawa Tengah. Tepatnya dari daerah Tegal. Jono namanya. Tetapi kawan-kawan lebih senang memanggil dia Jawir. Sah-sah saja sih selama si pemilik nama tidak keberatan dengan panggilan tersebut.

Begitu pula yang terjadi pada diri saya. Nama pemberian orang tua adalah Erni Purwitosari. Jika dijabarkan satu per satu, Erni memiliki makna perasaan pada keadilan. Sedangkan Purwitosari adalah air suci dari 7 sumber mata air. Saat saya masih bersekolah dasar, iseng saya bertanya kepada Bapak.

"Pak! Kenapa sih Bapak memberi nama Erni Purwitosari. Itu kan Jawa banget. Memang artinya apa sih, Pak?" 

Bapak tersenyum mendengar pertanyaan saya. Lalu dengan lembut dan penuh kasih bapak menjelaskan makna dari nama saya tersebut.

"Nama Erni Purwitosari itu tidak ada yang menyamai. Artinya sangat bagus. Bapak berharap kelak kamu bisa tumbuh menjadi orang yang peka terhadap keadilan. Itu makna dari nama Erni. Juga nantinya kamu bisa menjadi penyejuk bagi orang-orang yang berada didekatmu. Karena Purwitosari itu air suci dari 7 sumber mata air. Begitu Nduk arti namamu."

Hohooo..ternyata indah nian arti nama saya. Aaahh...saya jadi terharu mengingat percakapan dengan bapak beberapa tahun yang lalu. Jadi ingin memeluk bapak untuk kembali mengucapkan rasa terima kasih itu. Sayang bapak sudah tak bersama kami lagi. Beliau telah kembali keharibaan-Nya.

Seiring berjalannya waktu, nama indah pemberian orang tua saya itu berganti tanpa sengaja dalam hal pemanggilan. Semua berawal dari kehadiran seorang keponakan dalam keluarga kami. Anak dari adik saya. Dalam adat Jawa, saya dipanggil Bude oleh anaknya adik saya. Saat keponakkan saya mulai bisa bicara, rupanya dia cadel. Tidak bisa memanggil saya dengan panggilan Bude Erni. Melainkan dia singkat menjadi De'Ni. Artinya Bude Erni juga. Tapi versi dia.

Dokumen pribadi

Entah kenapa keponakkan saya itu lengket sekali dengan saya. Melebihi kedekatan dia dengan ibu kandungnya. Apa ini efek nama saya yang kata Bapak menyejukkan itu? Uhuuy...hehehe. Entahlah. Pokoknya begitulah. Adik saya merasa senang-senang saja. Sebab dia jadi bebas melangkah. Lha wong anaknya ngintilin saya terus. Kemana pun saya pergi inginnya ikut.

Celakanya, saya orang yang berhati lembut. Uhuyyy.... hehehe  Jadilah tak tega melihat keponakan menangisi kepergian saya. Sejak itu kemana pun saya pergi, selalu mengajak keponakan. Mulai dari mengajar (kebetulan saya mengajar play grup), jadi tak masalah membawa anak kecil. Sampai kumpul dengan kawan-kawan. 

Lucunya, keponakan saya akan protes dan marah-marah jika saya dipanggil dengan nama Erni. 

"Ini bukan Elni. (dengan  logat cadelnya) Tapi Deni. Deni aku," protes keponakkan saya.

Kawan-kawan menanggapinya dengan gemas.

"Iya deh, ini Deni aku," kata si kawan  sambil menarik tangan saya. Menggoda keponakan saya. Sontak membuat keponakan saya menjerit sambil memeluk saya erat-erat.

"Bukan. Ini Deni aku!" 

Sejak itu kawan-kawan memanggil saya dengan nama Deni juga. 

Saat mengajaknya ke pedalaman Baduy (dokpri)

Ketika si keponakan sudah besar. Saya tetap mengajak dia kemana-mana. Menonton sepak bola (kebetulan kami sama-sama menyukai sepak bola), ke acara-acara dengan komunitas, bahkan sampai pergi kepedalaman Baduy dia saya ajak serta.

Dari sinilah nama saya mengalami perubahan lagi. Untuk pendataan, nama Deni saya dengan Deni laki-laki rancuh. Maka untuk membedakan, nama saya diberi akhiran "K" menjadi Denik. Sejak itu nama lain saya adalah Denik. Nama yang sangat apalah...apalah bagi saya. Itulah cerita sebuah nama dari Erni menjadi Denik.


#HariKeenam
#OneDayOnePost
#MyFamily








Komentar

  1. Nama aslinya kereeen. Ditunggu kunjungan baliknya mba. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Gilang. Saya sering berkunjung loh! Gak merasakan kehadiranku ta...hahaha

      Hapus
  2. makna dari nama aslinya dalemmmm banget :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, untung dulu tanya-tanya. Kalo gak mungkin sampai sekarang gak tahu...hehe

      Hapus
  3. mantaap maknanya kak, itu (adek laki2) keponakannya kah?

    BalasHapus
  4. pembahasaan yang mengalirr.. enak dibaca.. dan.. mengandung 'sesuatu'
    alaa kulli haalll.. keren mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe...sesuatu yang apalah..apalah ya? Terima kasih kunjungannya.

      Hapus
  5. namanya 👍👍👍
    tp sekarang malah dipanggil denik, yg terpenting, tetap nyaman dgn panggilan barunya..😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap! Nyaman...itu yang terpenting. Terima kasih sudah berkunjung.

      Hapus
  6. namanya 👍👍👍
    tp sekarang malah dipanggil denik, yg terpenting, tetap nyaman dgn panggilan barunya..😁

    BalasHapus
  7. wah, kita senasip mba Denik
    namaku juga mengalami pergeseran panggilan :D

    BalasHapus
  8. Jadi tau sejarah perubahan panggilan from Erni to Denik. :)

    BalasHapus
  9. Gak seru kalo gak ngintilin dhe nik..
    Pinter banget ponakanx,xixi

    BalasHapus
  10. Aku mau ngintilin mbak denik juga ah.. sapa tau dikasih permen..😁

    BalasHapus
  11. Owalah itu toh sejarahnya. Tapi aku suka nama aslimu mbk. Artinya keren.

    BalasHapus
  12. Owalah itu toh sejarahnya. Tapi aku suka nama aslimu mbk. Artinya keren.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yap! Pemberian orang tua. Terima kasih sudah berkunjung y April.

      Hapus
  13. nama aslinya makna nya dalemmm ya mba^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...