Langsung ke konten utama

Kupu-Kupu Malam

Hujan masih tampak deras mengguyur bumi. Memandang pekatnya malam dalam guyuran hujan menghadirkan perasaan tak tenang. Sebab perjalanan yang ditempuh masih cukup jauh. Menunggu hujan reda di emperan sebuah toko yang sudah tutup sendirian. Rasanya seperti ada yang menyentak-nyentak dada. Takut.

Picture by pixabay

Dua orang yang tadi sama-sama berteduh baru saja nekad melanjutkan perjalanan. Sedangkan saya masih bertahan, menunggu hujan agak reda. 
 
"Ini akibat malas membawa jas hujan," rutuk hati saya.

Dan saya harus sabar menunggu sambil berharap agar hujan mau sedikit saja meredakan curahnya. Rupanya harapan saya didengar sang hujan. Tak lama curah air hujannya tak sebanyak (deras) tadi. Hanya sedikit saja (gerimis) yang turun.

Dengan gerakan reflek saya melihat jam dipergelangan tangan. Pukul 23.00 WIB! 

"My God! Harus nekad! Kalau tetap menunggu sampai hujan benar-benar reda, sampai jam berapa berdiri di sini sendirian? Iiih...!" 

Tanpa sadar bulu kuduk ini berdiri. Merinding. Dengan segera saya naik ke motor dan bergegas meninggalkan tempat itu.Laju sepeda motor tak bisa dipacu dengan cepat. Sebab kondisi jalanan yang licin. Saya tidak ingin terjadi apa-apa di tengah malam yang sepi begini. Maka sepanjang jalan tak henti-hentinya melafazkan doa-doa perlindungan. Berharap segera tiba di rumah dengan selamat.   

Hujan sudah semakin reda. Tinggal rinai-rinai kecil yang tampak jelas di bawah sorot lampu jalan.Toko-toko sudah tutup semua. Hanya beberapa warung rokok pinggir jalan yang terlihat buka. Tak jauh setelah melewati sebuah warung rokok, pandangan ini tertuju pada dua orang gadis remaja yang terlihat berjalan santai, masing-masing membawa payung ukuran sedang.

Berbalut rok mini dan kaos berwarna terang tanpa lengan, siapa yang tak menoleh saat melintasinya. Kulit putih bersih dan wajah cantik mereka begitu berkilau di tengah malam seperti ini. Berbagai pertanyaan pun terlontar dipikiran. Tetapi tak terbesit sedikit pun prasangka buruk terhadap kedua gadis remaja itu. Yang menilik fisiknya mungkin masih pelajar SLTA.

"Apa tidak dingin malam-malam berpakaian seperti itu? Ngapain juga malam-malam keluar rumah rumah? Kalau pun ingin membeli sesuatu di warung, apa orang tuanya tidak melarang mereka keluar dengan pakaian seperti itu?" tanya hati saya.

Tiba-tiba....dug! Saya tersentak. Rupanya motor yang saya kendarai melewati jalanan berlubang. Saya tak terlalu memperhatikan jalan. Sebab pikiran ini tertuju pada dua gadis tadi. Dan apesnya, salah satu ban motor saya bocor akibat terantuk lubang tadi. Dengan cepat saya turun dan menuntun motor menuju bengkel pinggir jalan, yang dari jauh masih terlihat buka. 

"Ini, nih akibat pikiran tak fokus," rutuk hati saya.

"Bang! Mau nambal nih. Bocor ban motor saya!" kata saya begitu tiba di depan bengkel. 

"Taruh situ aja Mba!" kata si tukang bengkel sambil meraih kursi plastik di samping tempat ia duduk tadi.

"Duduk Mba!" kata tukang bengkel itu lagi.

Saya pun segera duduk sambil memperhatikan tukang bengkel itu mengeksekusi ban motor saya.

"Bocor di mana Mba?" tanya tukang bengkel itu.

"Itu di depan sana. Pas ada lubang," sahut saya.

"Bannya sudah tipis Mba. Nanti kalo cuma ditambal bisa bocor lagi. Harus ganti ban ini," kata tukang bengkelnya.

Saya tahu ini modus dia yang malas nambal dan hanya dapat sedikit uang dari hasil tambalan malam-malam begini. Makanya berkata seperti itu. Dan dia pikir saya akan terpengaruh karena saya perempuan. Oh, no! Karena baru seminggu kemarin saya ganti ban. Bagaimana bisa dia bilang bannya sudah tipis. Mau membohongi saya rupanya.

"Oh, gitu ya Bang! Gimana ya? Uang saya gak cukup untuk ganti ban. Biar deh ditambal sebisanya saja," kata saya. Dan tukang bengkel itu tak berkata apa-apa lagi.

"Di sekitar sini ada rumah penduduk Bang?" tanya saya memecah kebisuan.

"Ada. Tapi agak jauh. Masuk gang dulu," sahut tukang bengkel itu.

"Memangnya ini jalan apa Bang, namanya?" tanya saya lagi.

Si tukang bengkel itu lalu menyebutkan sebuah nama.

"Lagi nyari alamat Mba?" kata tukang bengkel itu balik bertanya.

"Oh, enggak. Cuma tadi itu lihat dua gadis remaja berjalan menuju warung rokok di sana. Saya pikir penduduk sekitar sini mungkin," kata saya.

Eh, si tukang bengkel malah terlihat senyum-senyum.

"Dua cewek berpakaian minim yang Mba lihat itu cewek gak bener. Tiap malam memang mangkal di sana. Menjajakan diri," terang si tukang bengkel.

"Masih muda sih Bang. Paling masih anak SLTA. Cantik-cantik meski pun tanpa riasan," sahut saya tak percaya.

Karena setahu saya, di film-film itu para perempuan malam riasannya tebal. Dan usianya sudah terlihat matanglah. Tidak sepolos dua gadis tadi.

"Kalau gak muda dan gak cantik mana laku Mba!" sahut tukang bengkel itu sambil senyum-senyum.

Saya pun ikut tersenyum menyadari kenaifan saya.

"Iya,ya," kata saya.

"Kalau sudah tua mana laku Mba! Sudah alot pula," kata tukang bengkel itu lagi.

Kali ini saya diam tak menanggapi kata-katanya. Bisa panjang ceritanya nanti. Kebetulan motor saya pun sudah selesai dieksekusi.

"Berapa Bang jadinya?" tanya saya sambil mengeluarkan dompet.

Tukang bengkel itu menyebutkan harga yang harus saya bayar. Setelah beres saya pun bersiap melanjutkan perjalanan.

"Masih jauh Mba rumahnya?" tanya si tukang bengkel.

"Lumayan Bang. Tangerang," sahut saya.

"Wah, hati-hati Mba sudah malam begini," kata si tukang bengkel itu lagi.

"Baiklah. Makasih Bang," sahut saya. 

Lalu saya pun kembali melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan saya tak habis pikir. Dua gadis remaja tadi itu wanita yang menjajakan diri. Berarti tadi itu saya melihat kupu-kupu malam. Yang selama ini hanya saya dengar istilahnya dan saya lihat gayanya melalui film. Tidak pernah melihat secara langsung. Sayang sekali ya? Anak muda yang sehat dan cantik seperti itu sudah menjadi kupu-kupu malam. 

Bagsimana nasib hidupnya ke depan? Bagaimana masa depan negeri ini jika generasi mudanya seperti itu? Mencari jalan pintas demi kepuasan duniawi. Saya pernah mendengar bahwa ada di sekolah dan kampus yang pelajar serta mahasiswinya memiliki pekerjaan seperti itu. Ayam kampus julukan mereka. Dan malam ini saya melihatnya secara langsung. Miris sekali rasanya. Wajah cantik dan kemudaan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya ia jajakan begitu saja kepada lelaki hidung belang yang mampu membayar dirinya. Audzubillah min dzalik.


#HariKeduapuluh
#OneDayOnePost
#Prihatin

Komentar

  1. susunan kata-katanya enak dibaca mbak :)

    BalasHapus
  2. Semoga kita dijauhkan dari hal itu mba.

    BalasHapus
  3. Sedih ya.ka,mudh2 keluarga kita semua dijaga dr hal buruuk, aamiin

    BalasHapus
  4. Sedih ya.ka,mudh2 keluarga kita semua dijaga dr hal buruuk, aamiin

    BalasHapus
  5. Mbak denik berani banget ya pulang malem2 sendirian lagi.. kalau aku..


    Sama aja sih.. nekad-nekadan juga..😅😅😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perempuan di jaman sekarang harus tangguh...hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mahoni. Usianya lebih

Alhamdulillah Bisa Kentut

Uuupppss!!! Ini bukan bicara jorok atau kotor. Tapi hanya untuk mengingatkan. Bahwa maaf, kentut itu termasuk anugerah terindah yang patut disyukuri. Loh! Kok? Eits, jangan bengong begitu ah. Coba saja rasakan ketika kita beberapa hari ternyata enggak bisa kentut. Rasanya ini perut kembung dan enggak enak. Tapi begitu bisa kentut. Rasanya legaaaa...sekali. Bisa terbayang toh bagaimana mereka yang tidak bisa kentut atau BAB (Buang air besar) akhirnya harus ke rumah sakit untuk diambil tindakan. Maka bersyukurlah kita yang bisa kentut setiap saat. Selama ini kita mengucapkan syukur itu jika berhubungan dengan rezeki dan sesuatu yang menyenangkan.  "Alhamdulillah dagangan hari ini ludes."  Atau  "Alhamdulillah si kakak juara kelas." Sangat jarang jika mengeluarkan kentut langsung mengucap Alhamdulillah. Padahal kentut salah satu nikmat yang luar biasa.  Jadi mulai sekarang biasakan mengucap syukurnya bukan saja ketika berhubungan dengan rezeki dan gengsi.

Gaya Rambut Muslimah yang Dianjurkan

Gaya rambut seseorang biasanya mengikuti karakter diri orang tersebut. Jika ia seorang yang aktif dan energik. Maka gaya rambut yang dipilih biasanya model Demi Moore. Itu loh si cantik di film Ghost. Gaya rambut ala Demi Moore Image foto by Lifestyle Okezone Gaya rambut ala Demi Moore sempat nge-hits di jamannya. Atau gaya rambut ala Putri Diana. Mendiang istri Pangeran Charles dari Inggris ini tetap cantik dan anggun meski berambut pendek. Gaya rambut ala Putri Diana Image foto by pinteres Bagi orang yang memiliki rambut panjang disebut sebagai orang yang sabar. Karena memiliki rambut panjang memang butuh kesabaran. Terutama dalam hal perawatan. Image foto by tagged.com Sementara orang yang menyukai gaya rambut pendek disebut sebagai orang yang tidak sabaran. Ingin serba cepat dalam bertindak. Tentu orang yang seperti ini tidak akan sabar kalau harus merawat rambut. Itu semua pendapat yang saya yakini ketika belum berhijab. Setelah berhijab dan mengetahui