Sumpit. Siapa yang tak mengenal peranti satu ini? Hampir semua orang mengenalnya. Baik yang lihai menggunakan peranti ini atau pun yang sama sekali tak bisa menggunakannya.
Dokumen pribadi
Saat membeli mie ayam atau dim sum, sudah hampir dipastikan si penjual tak lupa menyiapkan peranti satu ini. Dan saya termasuk salah satu orang yang senang menggunakan sumpit saat bersantap.
Beruntungnya, saya memiliki kawan yang baik hati. Saat ia berkesempatan jalan-jalan ke Korea dan Jepang, salah satu oleh-oleh yang ia bawakan untuk saya adalah sumpit.
"Nih, buat Loe! Di sana setiap lihat sumpit gue jadi inget Loe. Makanya gue khusus beli ini buat Loe seorang," ujar kawan saya itu.
Aih, senangnya perasaan saya. Bukan semata-mata senang dengan oleh-oleh yang kawan saya berikan, tapi lebih kepada perhatiannya kepada saya. Jauh-jauh ke luar negeri sempet-sempetnya beli sumpit buat saya.
Karena senangnya terhadap peranti satu ini, maka saya pun mencari tahu tentang "Siapa sih sebenarnya si sumpit ini?" Dan ternyata sumpit itu memiliki kisah sejarah yang panjang juga.
Saya akan mengulasnya agar yang tidak tahu menjadi tahu. Yang penasaran jadi tak penasaran lagi. Selama ini sumpit identik dengan mie ayam dan dim sum. Padahal tidak sepenuhnya pendapat itu benar. Karena di negeri asal si sumpit yaitu China, sumpit adalah peranti bersantap mereka sehari-hari.
Tidak hanya saat makan mie ayam atau dim sum. Masyarakat China saat makan nasi dan bubur pun menggunakan sumpit. Oleh karena itu sumpit disebut sebagai peranti bersantap khas China. Dan rupanya sumpit ini sudah ada sejak tahun 300 SM.
Pada awalnya sumpit adalah alat makan berupa dua bilah kayu atau bambu sepanjang 26 cm. Tapi seiring perkembangan jaman, sumpit ada yang dibuat dari metal, gading, giok dan plastik.
Menurut filosofi Kong Hu Cu sumpit bersifat negatif. Mengandung arti benda tajam seperti pisau. Dan ini diasosiasikan dengan perang dan kematian. Karena itu masyarakat China tidak meletakkan pisau di meja makan. Menurut mereka ini hal tabu untuk dilakukan.
Selain di China, sumpit juga terdapat di Korea dan Jepang. Bedanya, sumpit China ujungnya tumpul. Sedangkan sumpit Jepang ujungnya runcing dengan panjang 22 cm. Untuk sumpit Korea hampir mirip dengan sumpit Jepang, tapi panjangnya hanya 19 cm.
Dalam pemakaiannya ternyata penggunaan sumpit ada tata caranya. Tidak asal saja loh.
Nah, berikut ini tata cara menggunakan sumpit.
1. Saat mengambil makanan gunakan sumpit untuk memindahkan makanan. Dari cetakan ke mangkuk saji. Barulah makanan bisa dinikmati melalui mangkuk saji. Tidak boleh menusuk makanan dengan sumpit atau meletakkan sumpit di atas pinggan berisi makanan.
2 . Saat ingin berbicara, letakkan sumpit di pinggir piring. Jangan memainkan sumpit dengan cara melambai-lambaikannya ke udara. Kecuali memanggil orang untuk bergabung. Supaya ikut makan di meja yang sama.
3 . Jangan menempelkan sumpit di mulut sementara mulut sedang mengunyah makanan. Apalagi menjilati sumpit yang sudah dipakai mengambil makanan.
4 . Sumpit juga dilarang menyentuh bibir.
5 . Jangan pula menancapkan sumpit di mangkuk nasi. Menurut adat, ini namanya tidak sopan.
Jadi kenali pirantinya sebelum malu hati dan jadi malu-maluin.
Dari berbagai sumber.
#HariKedelapan
#OneDayOnePost
#MyPerkakas
#OneDayOnePost
#MyPerkakas
Ga bisa pake sumpit hehehe
BalasHapusWeleeh...
HapusBisa juga dipake jadi stick drum kali..hehe
BalasHapusOalaah begitu tah tata kramanya
BalasHapusKl sumpitnya dari metal atau plastik kan licin yah. Jadi stres sendiri makannya. Hahahaha. Mba denik, hebatan, kepikiran bahas sumpit.
BalasHapusaku juga ga bisa make sumpit...
BalasHapusaku juga ga bisa make sumpit...
BalasHapusHayo belajar atuh..bisaaa...hehe
HapusPakai sumpit susah, mending pakr garpu aja lah.
BalasHapusHayoo..belajar. Bisa kok..hehe
HapusPakai sumpit susah, mending pakr garpu aja lah.
BalasHapusBelum pernah pakai sumpit aku, Mbak.:D
BalasHapusAlhamdulillah, dapet ilmu dulu. Biar nanti kalo pake sumpit ga malu-maluin. :D
Weleh..belum pernah Ni Fika? Hayo dicoba? Pasti susah...hehe..awalnya. Lama-lama asyik juga kok.
BalasHapus