Langsung ke konten utama

Siemens M35, Antara Gaji dan Mengaji

"Sampaikan kebenaran, walau satu ayat"

Nasihat dari guru mengaji yang selalu saya pegang teguh. Terlepas diterima atau tidak nasihat tersebut oleh si pendengar. 

Atas dasar itulah maka ketika dimintai nasihat oleh kawan atau siapa pun. Maka saya akan menyampaikannya sebatas kemampuan dan ilmu yang dimiliki.

Suatu ketika saat saya masih bekerja di salah satu bank swasta, kawan satu kantor yang kebetulan pulangnya satu arah. Kerap curhat dan bertanya tentang agama kepada saya. Dengan ilmu yang masih sedikit, saya pun menyampaikan apa-apa yang saya ketahui. Salah satunya mengenai keutamaan membaca Al-Qur'an.

Bahwasanya kebaikan dari mempelajari Al-Qur'an itu dihitung dari huruf per huruf. Jadi bisa dibayangkan berapa banyak pahala yang kita peroleh jika rajin membaca Al-Qur'an.

Entah apa yang disampaikan dan bagaimana kawan saya menceritakan ulang semua itu di rumahnya. Tiba-tiba kawan saya berbisik:

"Nik, Mbakku minta diajari ngaji sama kamu."

What? Jelas saja saya kaget. Karena saya bukan guru ngaji. Saya jelaskan dan sarankan bagaimana caranya jika kakak dari kawan saya ini ingin belajar mengaji.

"Tapi kamu bisa ngaji kan, Nik? Bisa baca Al-Qur'an?" tanya kawan saya.

Saya tersenyum. "Tentu bisa walau tak sebagus para penghapal Al-Qur'an."

"Kalau begitu kamu temui kakakku langsung deh. Selanjutnya terserah kakakku."

Setelah bertemu dan berdiskusi secara langsung. Akhirnya disepakati setiap hari Sabtu saya mengajari kakak kawan saya itu mengaji dari nol. Ya, dari nol. Sebab sudah berumur tetapi tidak tahu huruf Hijaiyah sama sekali. Oleh sebab itu ia malu kalau harus belajar mengaji di tempat lain.

Dengan niat mengajarkan kebaikan maka hari Sabtu dan Minggu dimana saya libur bekerja, digunakan untuk mengajar mengaji. Adapun selanjutnya jika sudah bisa saya sarankan untuk memperdalamnya dengan mengikuti pengajian.

Atas dasar niat baik dan keinginan kuat untuk bisa, Alhamdulillah si kakak kawan saya ini akhirnya bisa membaca Al-Qur'an. Bahkan dengan sepenuh hati ia pun mulai mengenakan jilbab.

Saya terharu melihatnya. Bersyukur bisa menjadi perantara hidayah baginya. Si kawan saya justru yang sampai kami tak bekerja lagi belum berubah. Hidayah itu memang harus dicari. Dengan begitu Allah akan tunjukkan jalannya.

Lalu apa hubungannya dengan ponsel Siemens M35? Jadi pada saat saya mengiyakan untuk meluangkan waktu mengajari si kakak. Ia menanyakan bayarannya? Berapa ia harus membayar saya setiap bulannya?

Ponsel pertamaku 

Saya katakan, ilmu agama itu tidak untuk dijual. Nasihat agama, kebenaran yang disampaikan, tidak untuk mengharapkan imbalan. Tetapi benar-benar karena mengharap ridho Allah. Jadi saya tidak memberi harga atas ilmu agama yang saya ajarkan.

"Jadi gimana? Aku kan enggak enak? Kamu ke sini kan pakai ongkos. Belum untuk makan dan upah lelahnya?"

"Ya sudah untuk pengganti uang transpor saja. Biar sama-sama enak. Lainnya tak usah dipikirkan," kata saya.

Entah apa yang terlintas dipikirannya. Suatu hari usai belajar mengaji. Ia mengajak saya ke Pondok Indah Mall. Tempat tinggalnya memang di daerah sana.

"Habis ini kita ke PIM ya? Temani aku nyari ponsel? Kamu enggak ada acara lagi kan?"

Kebetulan saya tidak ada acara lain. Jadi saya bersedia menemaninya. Tiba di counter handphone, ia meminta saran saya dalam memilih handphone. Berhubung saya tidak terlalu paham urusan gadget. Jadi saya utarakan sesuai fungsi handphone sesungguhnya dan dari pandangan pertama saya saat jatuh suka pada barang yang terpajang di etalase. Dan pilihan jatuh pada produk Siemens M35.

Menurut saya bentuknya sederhana, warnanya pun tidak terlalu mencolok. Dan tidak pasaran. Karena saat itu Nokia sedang merajai pasar ponsel. Jaman itu pun handphone masih merupakan barang mewah. Hanya segelintir orang yang memiliki. Biasanya mereka yang jam kerjanya mobile.

Usai berkeliling-keliling mall dan mendapatkan apa yang dicari. Berpisahlah kami di lobi mall.

"Terima kasih sudah menemaniku jalan-jalan. Ini buat kamu. Ini nomor ponselku. Nanti kalau nomormu sudah aktif segera hubungi aku ya? Untuk menjadwalkan waktu belajar aku lagi. Karena satu bulan ini aku dinas ke luar kota. Paling hanya satu atau dua hari ke kantor di Jakarta. Sampai ketemu lagi ya?"


Aslinya Siemens M35 (hargano.com)

Saya melongo. Sungguh tak percaya. Jaman itu saya belum merasa memerlukan ponsel. Jadi pemberian ini terasa mewah sekali bagi saya.

"Mba, ini sangat berlebihan. Saya kan bisa bertanya kabar lewat adik Mba."

"Tak apa-apa. Terimalah. Jadi komunikasi kita lebih enak. Enggak harus lewat adikku," sahutnya.

Itulah ponsel pertama yang saya miliki. Dan masih apik tersimpan di laci. Meski  sudah berganti casing. Tidak asli lagi. Ini satu bukti bahwa ketika kita mau meluangkan waktu untuk agama Allah, maka kebaikan dunia dengan sendirinya akan ikut. Asalkan semua itu dilakukan dengan ikhlas. (EP)


#Day16
#ODOP
#Teknologi
#EstrilookCommunity





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mahoni. Usianya lebih

Alhamdulillah Bisa Kentut

Uuupppss!!! Ini bukan bicara jorok atau kotor. Tapi hanya untuk mengingatkan. Bahwa maaf, kentut itu termasuk anugerah terindah yang patut disyukuri. Loh! Kok? Eits, jangan bengong begitu ah. Coba saja rasakan ketika kita beberapa hari ternyata enggak bisa kentut. Rasanya ini perut kembung dan enggak enak. Tapi begitu bisa kentut. Rasanya legaaaa...sekali. Bisa terbayang toh bagaimana mereka yang tidak bisa kentut atau BAB (Buang air besar) akhirnya harus ke rumah sakit untuk diambil tindakan. Maka bersyukurlah kita yang bisa kentut setiap saat. Selama ini kita mengucapkan syukur itu jika berhubungan dengan rezeki dan sesuatu yang menyenangkan.  "Alhamdulillah dagangan hari ini ludes."  Atau  "Alhamdulillah si kakak juara kelas." Sangat jarang jika mengeluarkan kentut langsung mengucap Alhamdulillah. Padahal kentut salah satu nikmat yang luar biasa.  Jadi mulai sekarang biasakan mengucap syukurnya bukan saja ketika berhubungan dengan rezeki dan gengsi.

Gaya Rambut Muslimah yang Dianjurkan

Gaya rambut seseorang biasanya mengikuti karakter diri orang tersebut. Jika ia seorang yang aktif dan energik. Maka gaya rambut yang dipilih biasanya model Demi Moore. Itu loh si cantik di film Ghost. Gaya rambut ala Demi Moore Image foto by Lifestyle Okezone Gaya rambut ala Demi Moore sempat nge-hits di jamannya. Atau gaya rambut ala Putri Diana. Mendiang istri Pangeran Charles dari Inggris ini tetap cantik dan anggun meski berambut pendek. Gaya rambut ala Putri Diana Image foto by pinteres Bagi orang yang memiliki rambut panjang disebut sebagai orang yang sabar. Karena memiliki rambut panjang memang butuh kesabaran. Terutama dalam hal perawatan. Image foto by tagged.com Sementara orang yang menyukai gaya rambut pendek disebut sebagai orang yang tidak sabaran. Ingin serba cepat dalam bertindak. Tentu orang yang seperti ini tidak akan sabar kalau harus merawat rambut. Itu semua pendapat yang saya yakini ketika belum berhijab. Setelah berhijab dan mengetahui