Langsung ke konten utama

Mengolah Kain Perca, Hobi Lama Bersemi Saat Pandemi

Pernah dengarkan istilah cinta lama bersemi kembali? Tahukah? Ternyata tak hanya bunga dan cinta yang bisa bersemi kembali. Hobi pun bisa bersemi kembali. Setidaknya inilah yang kualami. Yang menjadi hobi terbaruku saat ini.

Semua berawal dari pandemi Covid-19 yang melanda dunia, kemudian masuk ke Indonesia awal Maret 2020. Sejak itu terjadi perubahan besar-besaran terhadap pola dan gaya hidup masyarakat. Akibat terpuruknya roda perekonomian. 

Hampir semua kegiatan dilakukan dari rumah. Masyarakat dilarang keluar rumah. Toko-toko banyak yang tutup. Perusahaan besar pun banyak yang bangkrut. Mereka yang mapan saja merasa goyah. Apalagi yang belum mapan. Ambruk iya.

Sedih rasanya saat mendengar curhatan teman-teman yang terdampak. Suaminya kena PHK, si teman tak bekerja. Bingung mencari pemasukan darimana? Bahkan ada yang menjual cincin kawin untuk menyambung hidup.

Aku pribadi sih syukur Alhamdulilah tidak terlalu merasakan dampaknya. Artinya tidak merasa susah-susah amat. Bahkan akhir tahun 2020 masih bisa keluar kota menjelajah negeri. Meski tidak sesering seperti sebelum pandemi. Setidaknya adalah kegiatan offline.

Sebagai penulis lepas dan juga blogger, memang terasa juga efeknya. Yakni tidak ada kegiatan offline. Semua dilakukan secara online. Tentu ada bedanya. Lebih enak dan lebih besar pemasukan dari kegiatan offline sih hehehe.

Disyukuri saja. Setidaknya masih diberikan kelancaran rezeki dibandingkan mereka yang kesulitan secara ekonomi.  Nah, dalam kondisi seperti ini jika ingin membantu sana-sini pun tak bisa. Agak mikir deh kasarnya. Habis mau bagaimana lagi? 

Syukurnya aku memiliki kemampuan terpendam. Suit...suit... hehehe. Sebenarnya sebuah hobi lama sih. Yang kemudian bersemi saat pandemi. Wih, istilahnya. Kerenkan? Denik gitu lho. Memangnya cuma cinta lama yang bisa bersemi kembali. Hobi juga bisa. Ini buktinya.

Dokumen pribadi

Jadi, aku tuh sebenarnya senang mengolah kain perca. Tentu kain yang sudah tak terpakai. Sayang aja kalau dijadikan keset atau lap. Apalagi kalau kainnya masih bagus. Disulap menjadi barang baru kan keren tuh. Nah, dari sinilah aku mulai berkreasi dengan kain perca. Membuat sesuatu yang berbeda.

Sebenarnya hanya sebuah alas. Tapi alas unik dan menarik. Yang rasanya jarang dijumpai. Jadi limited editionlah istilahnya. Karena memang dari aku sendiri tidak membuat jenis dan warna yang sama. Jadi hanya satu-satunya.

Saat hasil karya tersebut kupromosikan, responnya bagus. Bahkan aku sempat memberikan pelatihan di komunitas atau untuk ibu-ibu RT jika akunya ada waktu. Alhamdulillah meski tak seberapa tapi memberikan hasil dan manfaat. Kegiatan ini kulakukan sebelum pandemi.

Berhubung aktivitasku yang kebanyakan di luar rumah bahkan ke luar kota. Maka tak tersentuh lagi kain-kain tersebut. Teronggok begitu manis di dalam keranjang yang disiapkan. Sebenarnya sayang. Namun apa daya? Jika pulang berkegiatan sudah larut malam. 

Begitu pandemi yang mengharuskan di rumah saja. Aku pun terpikir untuk mengolah kembali kain tersebut. Mulailah aku mengatur waktu. Antara mengurus pekerjaan rumah, ibadah, menulis dan olahraga. Nah, kini kutambahkan dengan membuat kriya dari kain perca.

Dokumen pribadi

Hasilnya? Wah, lumayan bagus lho. Ais, memuji sendiri. Abis kamu enggak mau memuji sih. Ya, kamu? Hehehehe. Eh, tapi beneran bagus kok. Karena aku ikutkan lomba kreasi saat pandemi dapat juara kedua lho. Tidak cuma sekali. Ada sekitar dua lomba terkait kreasi kriyaku ini mendapat apresiasi semua. Alhamdulillah.

Kemudian aku coba pasarkan. Hasilnya? Alhamdulillah bisa menghasilkan pitih alias uang juga. Wuih, senangnya. Karena hasil dari penjualan ini sepenuhnya kuberikan untuk kemanusiaan. Maksudnya untuk membantu teman atau sedulur yang kesusahan.

Salah satunya ada yang digunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan. Jualan minuman dan jajanan untuk anak-anak. Karena dia dan suaminya tidak punya modal. Tidak ada pemasukan. Padahal setiap hari butuh makan toh?

Ya, Alhamdulillah aku bisa membantu. Sebenarnya aku hanya perantara. Pada dasarnya rezeki itu kan dari Allah SWT. Hanya saja kali ini melalui tanganku.

Dokumen pribadi

Aku sangat bersyukur. Sebab dari hobi lama yang bersemi kembali ini bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Aku jadi bersemangat membuat kriya dari kain perca tersebut. Apalagi kini aku menjadi sponsor salah satu event komunitas. Semakin bersemangatlah.

Inilah hobiku di tengah pandemi di sela-sela waktu luang. Membuat kriya dari kain perca. Bagaimana dengan teman-teman? (EP)


#BPNRamadan2021





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Dari Dekat Para Pengisi Suara Animasi "Doraemon"

DORAEMON. Salah satu film animasi yang cukup populer di Indonesia. Merupakan judul sebuah manga dari Jepang karya Fujiko F. Fujio. Terbit pertama kali pada Desember 1969. Doraemon adalah sebuah robot musang yang datang dari abad ke-22. Doraemon dikirim untuk menolong Nobita. Seorang anak kelas 5 Sekolah Dasar yang sangat pemalas. Tujuannya agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesan di masa depan, tidak menderita akibat sifat pemalas Nobita. Dalam cerita ini Nobita suka lalai dan tidak mau mendengarkan apa kata Doraemon. Sehingga benda-benda dari Doraemon yang gunanya untuk membantu dan mewujudkan keinginan Nobita, kerap jatuh ke tangan teman-temannya yang usil. Kekacauan pun terjadi karena ulah teman-temannya. Gian, Shizuka, dan Suneo adalah tokoh-tokoh sentral dalam cerita ini. Anime Doraemon dan kawan-kawan        Di Indonesia anime Doraemon dikenal sejak 13 November 1988 sampai sekarang. Disiarkan oleh stasiun tel...

Layar Tancap Dalam Kenangan

Pada suatu hari ketika saya melewati sebuah perkampungan yang sedang menggelar hajatan, ada sebuah pemandangan yang tiba-tiba menggelitik hati. Yaitu layar tancap (layar tancep). Sesuatu yang sudah jarang sekali ditemukan. Apalagi di zaman sekarang.  Dokumen pribadi Padahal beberapa tahun yang lalu layar tancap pernah menjadi primadona masyarakat. Terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dahulu dalam setiap acara hajatan terutama jika masyarakat Betawi yang menggelarnya, layar tancap menjadi sebuah hiburan yang ditunggu-tunggu. Semacam tren mark yang tak boleh dilewatkan. Bahkan bisa menaikkan gengsi si pemilik hajat, bila dilihat dari jenis layar tancap yang disewa. Mabak. Itu salah satu jenis layar tancap yang dianggap paling bagus. Dari tampilan di layar, kejernihan suara dan kualitas gambar yang baik, mabak memang berbeda. Oleh karena itu harga sewanya konon mahal. Tak heran bila si empunya hajatan lantas disebut sebagai orang yang mampu. Sekitar tahun 1990-an ke...

Misteri Pohon Besar di Kalibata City Apartement

Saat saya sedang berjalan-jalan di Kalibata City Apartment, Jakarta Selatan. Pandangan saya tertarik pada sebuah pohon besar di samping belakang apartement. Ukuran pohonnya memang besar sekali. Pikir saya. ”Kenapa tidak ditebang? Bisa bahaya kalau roboh.”  Dokumen pribadi Saya pun iseng menanyakan hal tersebut kepada kawan yang sudah lama tinggal di sana. Jawabannya sungguh membuat merinding bulu kuduk.  “Gak ada yang bisa menebang pohon tersebut. Karena banyak penunggunya. Setiap malam ada saja yang melihat penampakan-penampakan dibawah pohon itu.”  Hiiii...Seram juga ya, pikir saya. “Makanya ada semacam meja kecil diatas pohon itu. Untuk tempat sesajen. Biar penunggunya gak mengganggu orang-orang di sini,” papar kawan saya. Diam-diam ada rasa penasaran dalam hati saya. Seperti apa sih pohon itu jika dilihat dari dekat?  Maka saya pun mendekati pohon tersebut. Memang besar sekali. Terlihat dari batangnya yang besar dan tinggi. Nama pohonnya ternyata pohon mah...